Palu (ANTARA) - Tujuh orang penyandang disabilitas yang tergabung dalam Solidaritas Difabel Berkarya di Kota Palu membuat masker dari kain untuk dibagikan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan di daerah itu.
"Tadi pagi baru saya antar 1.000 masker yang kami buat," kata Sekretaris Solidaritas Difabel Berkarya, Sri Dewi Santiana di Palu, Selasa.
Masker tersebut diberikan kepada Pembina Solidaritas Difabel Berkarya, Wijaya Candra, untuk selanjutnya dibagikan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, dan masyarakat di pedalaman yang membutuhkan.
Dia mengatakan untuk membuat 1.000 masker tersebut membutuhkan waktu tujuh hari dengan melibatkan tujuh difabel dari tuna daksa dan tuna rungu.
"Mereka bagi-bagi tugas, ada yang menggunting dan menjahit, ada yang melipat dan paking," katanya.
Dewi mengatakan masker yang dibuat para difabel tersebut, masker dua lapis berbahan kain sehingga bisa dimasukkan tisu.
Menurut Dewi, para difabel yang dibina oleh Solidaritas Difabel Berkarya tersebut, mendapat upah dari pembinanya, Wijaya Candra sesuai jumlah masker yang mereka produksi.
"Dengan cara itu, teman-teman difabel semakin giat membuat masker karena mereka dapat upah dari jumlah yang mereka buat," katanya.
Sementara itu, pembina Solidaritas Difabel Berkarya, Wijaya Candra mengatakan untuk mendukung kinerja para difabel yang mereka bina, ia mendapat bantuan tiga buah mesin jahit dari Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI).
Dengan bantuan itu, kata dia, para difabel bisa meningkatkan kemampuannya untuk berkarya di tengah sulitnya ekonomi akibat wabah COVD-19.
"Tadi pagi baru saya antar 1.000 masker yang kami buat," kata Sekretaris Solidaritas Difabel Berkarya, Sri Dewi Santiana di Palu, Selasa.
Masker tersebut diberikan kepada Pembina Solidaritas Difabel Berkarya, Wijaya Candra, untuk selanjutnya dibagikan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, dan masyarakat di pedalaman yang membutuhkan.
Dia mengatakan untuk membuat 1.000 masker tersebut membutuhkan waktu tujuh hari dengan melibatkan tujuh difabel dari tuna daksa dan tuna rungu.
"Mereka bagi-bagi tugas, ada yang menggunting dan menjahit, ada yang melipat dan paking," katanya.
Dewi mengatakan masker yang dibuat para difabel tersebut, masker dua lapis berbahan kain sehingga bisa dimasukkan tisu.
Menurut Dewi, para difabel yang dibina oleh Solidaritas Difabel Berkarya tersebut, mendapat upah dari pembinanya, Wijaya Candra sesuai jumlah masker yang mereka produksi.
"Dengan cara itu, teman-teman difabel semakin giat membuat masker karena mereka dapat upah dari jumlah yang mereka buat," katanya.
Sementara itu, pembina Solidaritas Difabel Berkarya, Wijaya Candra mengatakan untuk mendukung kinerja para difabel yang mereka bina, ia mendapat bantuan tiga buah mesin jahit dari Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI).
Dengan bantuan itu, kata dia, para difabel bisa meningkatkan kemampuannya untuk berkarya di tengah sulitnya ekonomi akibat wabah COVD-19.