Timika (ANTARA) - Dinas Peternakan Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, menjamin ketersediaan daging ayam, daging sapi, dan telur ayam buras selama masa pandemi COVID-19 terutama selama umat Islam menjalankan ibadah puasa bulan Ramadhan 1441 Hijriah.
Kepala Disnak Mimika Yosefin Sampelino di Timika, Selasa, mengatakan pasokan daging ayam dan daging sapi ke Timika hingga saat ini tetap lancar menggunakan sejumlah kapal kargo dari Surabaya.
"Untuk pasokan daging beku apakah daging ayam maupun daging sapi dari luar ke Timika tidak ada masalah. Sampai sekarang tidak ada hambatan dalam hal pengiriman barang ke Timika menggunakan kapal kargo dari Surabaya," kata Yosefin.
Untuk telur ayam, menurut Yosefin, sudah beberapa tahun terakhir Mimika tidak lagi mengizinkan distributor memasukannya dari luar untuk memproteksi para peternak lokal.
Saat ini, katanya, produksi telur ayam buras lokal di Timika sebetulnya cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan warga setempat.
"Khusus untuk telur ayam, yang terpenting orang tidak bawa ke luar Timika saja maka produksi yang ada mencukupi. Sejak awal wabah COVID-19 melanda sampai di Timika, kami sudah keluarkan larangan untuk membawa telur ayam dari Timika ke luar terutama ke kabupaten tetangga di pedalaman sebab kebutuhan kami di Mimika cukup meningkat," ujar Yosefin.
Sehubungan dengan itu, Disnak Mimika telah menyurati otoritas Bandara Mozes Kilangin Timika dan Pelabuhan Pomako agar mengawasi para pedagang yang biasa membawa telur ke luar Timika menuju kabupaten tetangga.
Yosefin mengatakan produksi telur ayam buras di Mimika selama ini sekitar 10 ribu rak hingga 11 ribu rak per hari.
Selama masa pandemi COVID-19 sekarang ini, katanya, permintaan atau konsumsi telur meningkat hingga 20 persen.
Permasalahan yang dihadapi para peternak telur ayam di Timika sekarang ini, demikian Yosefin, yaitu tidak adanya lagi pasokan bibit ayam (DOC) petelur dari Surabaya lantaran tidak ada penerbangan membawa kargo dari Surabaya ke Timika.
"Sekarang ini tidak ada pasokan DOC lagi dari Surabaya karena tidak ada penerbangan kargo dari Surabaya ke Timika. Ayam DOC ini baru berusia satu hari sehingga tidak bisa dikirim melalui kapal laut dengan waktu tempuh perjalanan dari Surabaya ke Timika lebih dari satu minggu," jelasnya.
Dengan tidak adanya DOC baik ayam petelur maupun ayam pedaging, katanya, produksi telur di Timika nantinya bisa menurun 500 karton hingga 1.000 karton per hari mulai Mei.
"Sebetulnya peternak mengharapkan kalau ada penerbangan dalam minggu-minggu ini bisa memasok 230 box DOC dari Surabaya. Kalau tidak ada pasokan DOC maka secara otomatis produksi akan turun, sebab ada banyak ayam-ayam yang sudah mulai afkir," jelasnya.
Ibu-ibu peternak ayam petelur binaan Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) di Timika. (ANTARA/Evarianus Supar)
Saat ini di Timika terdapat lebih dari 100 kelompok peternak ayam petelur baik binaan Disnak Mimika, binaan Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) maupun peternak mandiri.
Harga jual telur ayam per rak di Timika yang dibeli oleh Disnak dari peternak lokal melalui enam posko yang ada yaitu Rp60 ribu per rak. Sementara harga di tingkat pedagang pengecer sekitar Rp65 ribu per rak.
"Setiap hari peternak datang mengantar telur ke posko untuk dijual kepada masyarakat umum. Ada enam posko penjualan telur ayam yang kami buka selama masa pandemi COVID-19 yaitu di SP3, SP2, Gorong-gorong, Budi Utomo dan Cartenz," jelas Yosefin.
Selain mengandalkan produksi dari peternak lokal, produksi telur ayam di wilayah Timika sebagian besar berasal dari Yayasan Jayasakti Mandiri (YJM) di Kampung Utikini Baru SP13.
Selain memasok kebutuhan telur untuk PT Freeport Indonesia di wilayah Tembagapura dan Kuala Kencana serta sejumlah swalayan, telur ayam produksi PT YJM juga dipasok ke pasar umum di Kota Timika.
Kepala Disnak Mimika Yosefin Sampelino di Timika, Selasa, mengatakan pasokan daging ayam dan daging sapi ke Timika hingga saat ini tetap lancar menggunakan sejumlah kapal kargo dari Surabaya.
"Untuk pasokan daging beku apakah daging ayam maupun daging sapi dari luar ke Timika tidak ada masalah. Sampai sekarang tidak ada hambatan dalam hal pengiriman barang ke Timika menggunakan kapal kargo dari Surabaya," kata Yosefin.
Untuk telur ayam, menurut Yosefin, sudah beberapa tahun terakhir Mimika tidak lagi mengizinkan distributor memasukannya dari luar untuk memproteksi para peternak lokal.
Saat ini, katanya, produksi telur ayam buras lokal di Timika sebetulnya cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan warga setempat.
"Khusus untuk telur ayam, yang terpenting orang tidak bawa ke luar Timika saja maka produksi yang ada mencukupi. Sejak awal wabah COVID-19 melanda sampai di Timika, kami sudah keluarkan larangan untuk membawa telur ayam dari Timika ke luar terutama ke kabupaten tetangga di pedalaman sebab kebutuhan kami di Mimika cukup meningkat," ujar Yosefin.
Sehubungan dengan itu, Disnak Mimika telah menyurati otoritas Bandara Mozes Kilangin Timika dan Pelabuhan Pomako agar mengawasi para pedagang yang biasa membawa telur ke luar Timika menuju kabupaten tetangga.
Yosefin mengatakan produksi telur ayam buras di Mimika selama ini sekitar 10 ribu rak hingga 11 ribu rak per hari.
Selama masa pandemi COVID-19 sekarang ini, katanya, permintaan atau konsumsi telur meningkat hingga 20 persen.
Permasalahan yang dihadapi para peternak telur ayam di Timika sekarang ini, demikian Yosefin, yaitu tidak adanya lagi pasokan bibit ayam (DOC) petelur dari Surabaya lantaran tidak ada penerbangan membawa kargo dari Surabaya ke Timika.
"Sekarang ini tidak ada pasokan DOC lagi dari Surabaya karena tidak ada penerbangan kargo dari Surabaya ke Timika. Ayam DOC ini baru berusia satu hari sehingga tidak bisa dikirim melalui kapal laut dengan waktu tempuh perjalanan dari Surabaya ke Timika lebih dari satu minggu," jelasnya.
Dengan tidak adanya DOC baik ayam petelur maupun ayam pedaging, katanya, produksi telur di Timika nantinya bisa menurun 500 karton hingga 1.000 karton per hari mulai Mei.
"Sebetulnya peternak mengharapkan kalau ada penerbangan dalam minggu-minggu ini bisa memasok 230 box DOC dari Surabaya. Kalau tidak ada pasokan DOC maka secara otomatis produksi akan turun, sebab ada banyak ayam-ayam yang sudah mulai afkir," jelasnya.
Saat ini di Timika terdapat lebih dari 100 kelompok peternak ayam petelur baik binaan Disnak Mimika, binaan Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) maupun peternak mandiri.
Harga jual telur ayam per rak di Timika yang dibeli oleh Disnak dari peternak lokal melalui enam posko yang ada yaitu Rp60 ribu per rak. Sementara harga di tingkat pedagang pengecer sekitar Rp65 ribu per rak.
"Setiap hari peternak datang mengantar telur ke posko untuk dijual kepada masyarakat umum. Ada enam posko penjualan telur ayam yang kami buka selama masa pandemi COVID-19 yaitu di SP3, SP2, Gorong-gorong, Budi Utomo dan Cartenz," jelas Yosefin.
Selain mengandalkan produksi dari peternak lokal, produksi telur ayam di wilayah Timika sebagian besar berasal dari Yayasan Jayasakti Mandiri (YJM) di Kampung Utikini Baru SP13.
Selain memasok kebutuhan telur untuk PT Freeport Indonesia di wilayah Tembagapura dan Kuala Kencana serta sejumlah swalayan, telur ayam produksi PT YJM juga dipasok ke pasar umum di Kota Timika.