Timika (ANTARA) - Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Mimika, Provinsi Papua hingga saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan PCR terhadap 244 sampel spesimen swab yang telah dikirim ke Laboratorium Balitbangkes Provinsi Papua di Jayapura.
Data yang diterima Antara dari Posko Gugus Tugas COVID-19 Kabupaten Mimika di Timika, Jumat malam ini menunjukan belum terdapat penambahan jumlah kasus positif COVID-19 atau masih sama dengan laporan sebelumnya pada 14 Mei yaitu sebanyak 118 kasus.
Dari 118 kasus kumulatif COVID-19 di Mimika itu, sebanyak 23 pasien sudah dinyatakan sembuh dan tiga pasien meninggal dunia.
Adapun kasus aktif yang sementara dirawat dan diisolasi di rumah sakit yaitu sebanyak 92 kasus. Para pasien COVID-19 itu menjalani perawatan di RSUD Mimika, Shelter Wisma Atlet Timika, Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) dan Rumah Sakit Tembagapura.
Persebaran kasus COVID-19 di Mimika berdasarkan distrik (kecamatan) yaitu terbanyak di Distrik Tembagapura dengan 72 kasus, Mimika Baru dan Wania masing-masing dengan 21 kasus, dan Distrik Kuala Kencana dengan empat kasus.
Sementara jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) di Mimika sebanyak 92 orang, orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 538 orang dan orang tanpa gejala (OTG) sebanyak 936 orang.
Penasihat Yayasan Caritas Timika Papua (YCTP) yang mengelola RSMM, Yosep Yopi Kilangin mengatakan sejak awal dirinya telah mendorong RSMM Timika untuk ikut membantu Dinas Kesehatan setempat dalam merawat dan mengobati pasien COVID-19.
"Saya sejak awal mengharapkan RSMM juga siap untuk membantu Dinkes menangani wabah pandemi COVID-19. Bagaimanapun juga rumah sakit ini menjadi tujuan utama masyarakat lokal terutama yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat khususnya untuk penanganan kuratif," kata Yopi Kilangin yang baru melepas jabatan sebagai Direktur YCTP pada Februari lalu.
Tokoh masyarakat Amungme di Kabupaten Mimika, Yosep Yopi Kilangin (ANTARA/Evarianus Supar)
Yopi juga meminta Dinkes Mimika bersama Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Mimika agar merespon permintaan Organisasi Kaum Intelektual Amungsa (OKIA) agar segera memeriksakan kesehatan seluruh warga Kampung Kiliarma, Distrik Agimuga.
Pemeriksaan kesehatan seluruh warga Kiliarma dipandang mendesak lantaran pada pekan lalu seorang petugas kesehatan meninggal dunia di kampung itu dan jenazahnya dibawa ke Timika serta dikuburkan dengan prosedur dan tata cara penanganan pasien COVID-19.
"Sebagai tokoh masyarakat Amungme yang lahir dan besar di Agimuga, saya menilai permintaan OKIA itu cukup wajar. Dinkes Mimika tidak perlu menanggapi berlebihan permintaan OKIA. Saya berharap perlu ada langkah-langkah serius dan segera menyiapkan tim untuk pergi ke Agimuga guna memeriksakan kesehatan masyarakat di sana," katanya.
Menurut dia, distrik-distrik di wilayah pesisir pantai dan pegunungan Mimika, termasuk Agimuga hingga kini masih menjadi daerah hijau dari penularan COVID-19, dan wilayah-wilayah itu menjadi basis utama tempat bermukimnya warga asli dari Suku Amungme dan Kamoro.
"Permintaan OKIA itu semata-mata untuk mengamankan masyarakat asli dari wabah pandemi COVID-19 yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Masyarakat Agimuga itu sama dengan masyarakat lokal di distrik lain yang kita anggap masih daerah hijau sehingga perlu ada upaya-upaya serius untuk melindungi mereka dari bahaya pandemi ini," jelasnya.
Data yang diterima Antara dari Posko Gugus Tugas COVID-19 Kabupaten Mimika di Timika, Jumat malam ini menunjukan belum terdapat penambahan jumlah kasus positif COVID-19 atau masih sama dengan laporan sebelumnya pada 14 Mei yaitu sebanyak 118 kasus.
Dari 118 kasus kumulatif COVID-19 di Mimika itu, sebanyak 23 pasien sudah dinyatakan sembuh dan tiga pasien meninggal dunia.
Adapun kasus aktif yang sementara dirawat dan diisolasi di rumah sakit yaitu sebanyak 92 kasus. Para pasien COVID-19 itu menjalani perawatan di RSUD Mimika, Shelter Wisma Atlet Timika, Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) dan Rumah Sakit Tembagapura.
Persebaran kasus COVID-19 di Mimika berdasarkan distrik (kecamatan) yaitu terbanyak di Distrik Tembagapura dengan 72 kasus, Mimika Baru dan Wania masing-masing dengan 21 kasus, dan Distrik Kuala Kencana dengan empat kasus.
Sementara jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) di Mimika sebanyak 92 orang, orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 538 orang dan orang tanpa gejala (OTG) sebanyak 936 orang.
Penasihat Yayasan Caritas Timika Papua (YCTP) yang mengelola RSMM, Yosep Yopi Kilangin mengatakan sejak awal dirinya telah mendorong RSMM Timika untuk ikut membantu Dinas Kesehatan setempat dalam merawat dan mengobati pasien COVID-19.
"Saya sejak awal mengharapkan RSMM juga siap untuk membantu Dinkes menangani wabah pandemi COVID-19. Bagaimanapun juga rumah sakit ini menjadi tujuan utama masyarakat lokal terutama yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat khususnya untuk penanganan kuratif," kata Yopi Kilangin yang baru melepas jabatan sebagai Direktur YCTP pada Februari lalu.
Yopi juga meminta Dinkes Mimika bersama Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Mimika agar merespon permintaan Organisasi Kaum Intelektual Amungsa (OKIA) agar segera memeriksakan kesehatan seluruh warga Kampung Kiliarma, Distrik Agimuga.
Pemeriksaan kesehatan seluruh warga Kiliarma dipandang mendesak lantaran pada pekan lalu seorang petugas kesehatan meninggal dunia di kampung itu dan jenazahnya dibawa ke Timika serta dikuburkan dengan prosedur dan tata cara penanganan pasien COVID-19.
"Sebagai tokoh masyarakat Amungme yang lahir dan besar di Agimuga, saya menilai permintaan OKIA itu cukup wajar. Dinkes Mimika tidak perlu menanggapi berlebihan permintaan OKIA. Saya berharap perlu ada langkah-langkah serius dan segera menyiapkan tim untuk pergi ke Agimuga guna memeriksakan kesehatan masyarakat di sana," katanya.
Menurut dia, distrik-distrik di wilayah pesisir pantai dan pegunungan Mimika, termasuk Agimuga hingga kini masih menjadi daerah hijau dari penularan COVID-19, dan wilayah-wilayah itu menjadi basis utama tempat bermukimnya warga asli dari Suku Amungme dan Kamoro.
"Permintaan OKIA itu semata-mata untuk mengamankan masyarakat asli dari wabah pandemi COVID-19 yang sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Masyarakat Agimuga itu sama dengan masyarakat lokal di distrik lain yang kita anggap masih daerah hijau sehingga perlu ada upaya-upaya serius untuk melindungi mereka dari bahaya pandemi ini," jelasnya.