Timika (ANTARA) - Wakil Bupati Mimika, Papua Johannes Rettob turun tangan langsung untuk membuka blokade (palang) Jalan Trans Timika-Paniai di sekitar perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Pusaka Agro Lestari (PAL) pada Senin siang.

Wabup John didampingi Kapolsek Kuala Kencana Iptu Yakobus Sera Ayatandi dan Danramil Kuala Kencana Kapten Inf A Munir mendatangi lokasi ruas Jalan Trans Timika-Paniai pada Selasa siang setelah menerima informasi bahwa ada sekelompok warga Kampung Iwaka menutup akses jalan itu dengan batang dan ranting pepohonan.

Aksi penutupan jalan tersebut merupakan imbas dari kasus banjir yang menggenangi rumah-rumah warga Kampung Iwaka pada Kamis (9/7).

Warga Iwaka menuding adanya aktivitas penambangan pasir dan batu di sungai sekitaran PT PAL yang memicu terjadinya banjir besar yang menggenangi rumah mereka dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

Ikut menemui warga Iwaka yang melakukan penutupan akses Jalan Trans Timika-Paniai yaitu Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Mimika Ny Kalina Omaleng dan Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Mimika Ny Suzana Herawaty Rettob.

Setelah menyampaikan aspirasinya kepada Wabup Mimika, warga Iwaka akhirnya merelakan blokade jalan dibuka kembali.

Wabup Mimika John Rettob mengatakan kasus banjir yang menggenangi rumah-rumah warga Kampung Iwaka pada Kamis (9/7) lalu perlu dicarikan solusi segera.

"Banjir terjadi hanya pada saat musim hujan karena ada peningkatan debit air di sungai sehingga masuk sampai menggenangi rumah masyarakat Kampung Iwaka. Kami akan mencari solusi untuk mengatasi banjir ini dan itu harus permanen dimulai dari hulu. Tentu ini menjadi program prioritas," jelasnya. Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob mendengarkan aspirasi masyarakat yang memblokade ruas Jalan Trans Timika-Paniai, Selasa (14/7/2020) (ANTARA/Evarianus Supar)
Mantan Kepala Dishubkominfo Mimika itu menyebut banjir yang menggenangi rumah warga Kampung Iwaka baru terjadi dalam kurun waktu tiga tahun belakangan selama bulan Mei, Juni dan Juli saat curah hujan di wilayah Timika sedang tinggi.

Namun banjir yang menggenangi rumah warga Kampung Iwaka pada pekan lalu itu hanya berlangsung beberapa jam mulai pukul 11.00 WIT dan kembali surut pada pukul 16.00 WIT.

Meski begitu, ratusan kepala keluarga bersama anggota keluarga mereka memilih tidur di badan jalan yang letaknya lebih tinggi yang terletak di tengah-tengah kampung lantaran khawatir banjir susulan kembali menggenangi rumah mereka.

John menegaskan warga Kampung Iwaka tidak boleh pindah dari kampung mereka untuk bisa bebas dari banjir.

"Untuk bebas dari banjir solusinya bukan pindah ke tempat lain. Kita harus menyelesaikan penyebabnya karena kampung itu kampung mereka, tempat mereka berkebun, mencari ikan, sagu dan lain-lain untuk menunjang kehidupannya.

Kepala Kampung Iwaka Elyas mendukung pernyataan Wabup Mimika bahwa mayoritas warga kampungnya tidak mau pindah ke tempat lain dan meminta Pemkab Mimika membuat fondasi beton untuk mendudukan rumah warga dalam posisi lebih tinggi dari badan jalan di tengah kampung.

"Kalau bisa Pemda bangun fondasi tinggi sekitar 1,5 meter supaya rumah-rumah lebih tinggi dari badan jalan. Saat banjir menggenangi rumah warga, semua orang pergi tidur di tengah jalan, ada yang mengungsi ke balai kampung," kata Elyas. Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob bersama Dandim 1710 Mimika Letkol Inf Pio L Nainggolan saat meninjau Kampung Iwaka yang dilanda banjir pada Jumat (10/7/2020). (ANTARA/Evarianus Supar)
Tokoh masyarakat Iwaka Marianus meminta Pemkab Mimika memperhatikan nasib warga Kampung Iwaka, sebagai kampung asli masyarakat Suku Kamoro.

"Tolong Pemda perhatikan kami. Saya orang asli tidak mau pindah ke tempat lain. Masa saya hidup dalam kondisi tidak layak seperti ini terus," kata Marianus.


 

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024