Jayapura (ANTARA) - Kepala Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Merauke, Sudirman mendorong Kampung Makaling, Distrik Okaba, Kabupaten Merauke menjadi desa/kampung gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks) untuk komoditas kelapa dan produk turunannya.
"Jadi, tugas saya selain melakukan penguatan tugas pokok dan fungsi perkarantinaan di wilayah, juga melaksanakan tugas strategis dalam mengawal program komando strategis pembangunan pertanian (Konstratani) dan Gratieks," katanya ketika dihubungi dari Kota Jayapura, Senin.
Menurut dia, program Konstratani dan Gratieks yang digagas Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan asal produk pertanian sekaligus memacu ekspornya ke manca negara.
"Di wilayah kerja Papua bagian Selatan, kami telah sukses mendaftarkan tiga badan penyuluh pertanian atau BPP milik dinas pertanian di tingkat kecamatan menjadi BPP model Kostratani dan terus melakukan pendampingan," katanya.
Untuk itu, kata dia, Karantina Pertanian Kelas I Merauke selaku koordinator Gerakan Tigakali Lipat Ekspor (Gratieks) produk pertanian melakukan pemetaan kawasan sentra produk pertanian yang memiliki potensi ekspor.
"Bersama dengan tim, kami memetakan desa atau kampung, salah satunya adalah mendatangi lokasi sentra perkebunan yang digadang-gadang dapat terpilih sebagai desa pendukung Gratieks," katanya.
"Nah, Kampung Makaling sengaja kami pilih sebagai salah satu desa Gratieks, karena pengembangan perkebunan kelapa dalam di Merauke terluas ada di kampung Makaling dan hasil olahannya berupa kopra," ujar Sudirman.
Apalagi luas lahan perkebunan di wilayah tersebut mencapai 100 Ha, dengan produksi kopra dapat mencapai 78 ton/bulan dari 3.275 Ha tersebar di sepanjang pesisir pantai Disitrik Okaba.
"Kami turun lapangan dengan cara mengumpulkan petani perkebunan kelapa yang sudah membentuk Gapoktan, diskusi bersama dengan penyuluh, pemangku adat setempat, serta melihat langsung sistem budidaya dan pengolahan usai panen masyarakat kampung disana," kata Sudirman menjelaskan.
Harapannya, dengan kunjungan awal pada pekan kemarin, kata dia, akan memberikan gambaran sejauh mana Karantina Merauke mengambil langkah dalam mengawal program Gratieks di Merauke.
"Terutama pengembangan industri hilirnya yakni pengolahan kelapa menjadi kopra yang bernilai tinggi. Karena untuk membuka kran ekspor kita harus bisa memastikan selain ketersediaan bahan baku di hilir harus kontinyu, kualitas pun menjadi syarat utama agar nilai jual semakin tinggi di pasar baik lokal maupun pasar ekspor," katanya lagi.*
"Jadi, tugas saya selain melakukan penguatan tugas pokok dan fungsi perkarantinaan di wilayah, juga melaksanakan tugas strategis dalam mengawal program komando strategis pembangunan pertanian (Konstratani) dan Gratieks," katanya ketika dihubungi dari Kota Jayapura, Senin.
Menurut dia, program Konstratani dan Gratieks yang digagas Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan asal produk pertanian sekaligus memacu ekspornya ke manca negara.
"Di wilayah kerja Papua bagian Selatan, kami telah sukses mendaftarkan tiga badan penyuluh pertanian atau BPP milik dinas pertanian di tingkat kecamatan menjadi BPP model Kostratani dan terus melakukan pendampingan," katanya.
Untuk itu, kata dia, Karantina Pertanian Kelas I Merauke selaku koordinator Gerakan Tigakali Lipat Ekspor (Gratieks) produk pertanian melakukan pemetaan kawasan sentra produk pertanian yang memiliki potensi ekspor.
"Bersama dengan tim, kami memetakan desa atau kampung, salah satunya adalah mendatangi lokasi sentra perkebunan yang digadang-gadang dapat terpilih sebagai desa pendukung Gratieks," katanya.
"Nah, Kampung Makaling sengaja kami pilih sebagai salah satu desa Gratieks, karena pengembangan perkebunan kelapa dalam di Merauke terluas ada di kampung Makaling dan hasil olahannya berupa kopra," ujar Sudirman.
Apalagi luas lahan perkebunan di wilayah tersebut mencapai 100 Ha, dengan produksi kopra dapat mencapai 78 ton/bulan dari 3.275 Ha tersebar di sepanjang pesisir pantai Disitrik Okaba.
"Kami turun lapangan dengan cara mengumpulkan petani perkebunan kelapa yang sudah membentuk Gapoktan, diskusi bersama dengan penyuluh, pemangku adat setempat, serta melihat langsung sistem budidaya dan pengolahan usai panen masyarakat kampung disana," kata Sudirman menjelaskan.
Harapannya, dengan kunjungan awal pada pekan kemarin, kata dia, akan memberikan gambaran sejauh mana Karantina Merauke mengambil langkah dalam mengawal program Gratieks di Merauke.
"Terutama pengembangan industri hilirnya yakni pengolahan kelapa menjadi kopra yang bernilai tinggi. Karena untuk membuka kran ekspor kita harus bisa memastikan selain ketersediaan bahan baku di hilir harus kontinyu, kualitas pun menjadi syarat utama agar nilai jual semakin tinggi di pasar baik lokal maupun pasar ekspor," katanya lagi.*