Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mendorong agar insan pendidikan dapat menjadikan pandemi COVID-19 sebagai laboratorium bersama untuk menempa mental pantang menyerah dan mengembangkan budaya inovasi.
“Saya sangat percaya bahwa selalu ada hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi. Banyak pemangku kepentingan di bidang pendidikan bahu-membahu, bergotong-royong mengatasi kompleksitas situasi yang belum pernah terbayangkan sebelumnya,” ujar Nadiem dalam upacara peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2020 di Jakarta, Rabu
Para orang tua begitu aktif terlibat mendampingi anaknya saat belajar dari rumah. Ayah dan ibu membahu memberikan motivasi, menemani belajar, bahkan turut pula menjadi guru bagi anak-anaknya, ujarnya.
Jutaan guru Indonesia, tambah dia, turut serta dalam ribuan webinar dan pelatihan daring. Guru-guru Indonesia giat dan aktif mencari solusi terbaik demi berlangsungnya pembelajaran di masa pandemi.
“Sikap-sikap positif ini, semangat pantang menyerah dan gotong royong adalah sebuah keteladanan untuk anak-anak kita, murid-murid kita, para penerus bangsa,” jelas Nadiem.
Ia juga mengajak semua pihak melanjutkan kolaborasi yang telah terbentuk. Pandemi telah memberikan momentum dan pelajaran berharga untuk mengakselerasi penataan ulang sistem pendidikan untuk melakukan lompatan dalam menghasilkan SDM-SDM unggul untuk Indonesia Maju.
“Bapak dan ibu guru yang saya hormati, pada kesempatan ini kami ingin memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada semua guru, tenaga kependidikan, pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan pendidikan yang telah menciptakan perubahan dan inovasi yang sangat luar biasa,” kata dia lagi.
Data UNESCO mencatat lebih dari 90 persen atau di atas 1,3 miliar populasi siswa global harus belajar dari rumah. Hampir satu generasi di dunia terganggu pendidikannya. Akibat pandemi pula, jutaan pendidik dituntut untuk bisa melakukan Pembelajaran Jarak Jauh atau belajar dari rumah.
Nadiem menyebut ada pilihan untuk menyerah. Ada opsi untuk mengeluh. Akan tetapi para gur Indonesia memilih terus bangkit dan berjuang.
“Itu karena keyakinan bahwa kita tetap bisa mengupayakan keberlanjutan pembelajaran bagi murid-murid yang kita cintai walau dengan segala keterbatasan,” jelas dia.