Timika (ANTARA) - Pemimpin Gereja Katolik Keuskupan Agats (Asmat) Mgr Aloysius Murwito OFM mengajak warga di wilayah itu untuk lebih serius mencegah penularan COVID-19 dengan menggunakan masker, menjaga jarak dan menjaga kebersihan diri dengan cuci tangan.
Ditemui Antara di Timika, Minggu, Uskup Murwito mengatakan wilayah Asmat yang sebelumnya menjadi zona hijau, namun dalam dua bulan belakangan ini berubah menjadi zona kuning lantaran sudah ditemukan ada warga terpapar COVID-19.
"Akhirnya Asmat jebol juga meski bulan-bulan sebelumnya masih zona hijau, tapi lebih kurang dua bulan ini pada akhirnya ditemukan juga ada warga masyarakat yang terpapar virus corona. Setiap orang harus menganggap ini masalah serius dan berupaya menekan agar angkanya tidak naik. Kalau 3 M itu ditaati sungguh-sungguh, maka amat punya pengaruh menurunkan angka orang yang terpapar COVID-19," ucapnya.
Uskup Murwito meminta warga Asmat tidak menafsirkan macam-macam pandemi COVID-19 yang menyebar ke seantero belahan dunia ini, dengan menerima hasil temuan kasus yang telah diperiksa melalui peralatan PCR, sebagai golden chek diagnosa COVID-19.
"Kalau sudah diumumkan oleh pemerintah, berarti temuan itu valid dan sudah dibuktikan melalui pemeriksaan laboratorium, Jangan ditafsirkan macam-macam, apalagi disangkut-pautkan dengan politik praktis terkait pilkada. Penjelasan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat itu memang sudah betul, berdasarkan data-data yang telah diuji, bukan berita bohong alias hoaks," ujarnya.
Uskup menyebut upaya sosialisasi terhadap COVID-19, bagaimana cara penularannya dan cara pencegahannya sudah dan terus dilakukan oleh jajaran pemkab setempat, bahkan juga oleh lembaga-lembaga keagamaan, termasuk pihak Keuskupan Agats sendiri.
"Kami juga ikut terlibat secara aktif. Baru-baru ini saat ulang tahun Keuskupan Agats, kami membagi-bagikan masker pada titik-titik kerumunan orang di Agats sambil memberikan penjelasan tentang pentingnya upaya pencegahan agar orang tidak ikut terpapar," ujarnya.
Sejauh ini belum ditemukan petugas pastoral di Keuskupan Agats yang terpapar COVID-19.
Meski begitu, semua petugas diminta untuk tetap mengikuti dan mematuhi protokol kesehatan, terutama saat melayani umat di wilayah masing-masing.
"Sekarang ini kegiatan peribadatan secara berjamaah sudah kembali dilakukan, tetapi kami selalu mengatur jarak duduk umat dan kapasitas umat yang datang beribadah di gereja dikurangi setengahnya sehingga tempat ibadah tidak menjadi kluster penyebaran COVID-19," kata Uskup Murwito.
Saat ini sudah lebih dari 72 warga Asmat terpapar COVID-19, dimana sebagian besar pasien terpapar sudah dinyatakan sembuh.
Kesulitan utama yang dihadapi pemkab setempat dalam mengatasi penyebaran COVID-19 lantaran tidak tersedianya fasilitas pemeriksaan PCR. Sampel spesimen swab pasien yang diduga terpapar harus dikirim untuk diperiksa di Merauke dengan waktu pemeriksaan selama beberapa hari.
Ditemui Antara di Timika, Minggu, Uskup Murwito mengatakan wilayah Asmat yang sebelumnya menjadi zona hijau, namun dalam dua bulan belakangan ini berubah menjadi zona kuning lantaran sudah ditemukan ada warga terpapar COVID-19.
"Akhirnya Asmat jebol juga meski bulan-bulan sebelumnya masih zona hijau, tapi lebih kurang dua bulan ini pada akhirnya ditemukan juga ada warga masyarakat yang terpapar virus corona. Setiap orang harus menganggap ini masalah serius dan berupaya menekan agar angkanya tidak naik. Kalau 3 M itu ditaati sungguh-sungguh, maka amat punya pengaruh menurunkan angka orang yang terpapar COVID-19," ucapnya.
Uskup Murwito meminta warga Asmat tidak menafsirkan macam-macam pandemi COVID-19 yang menyebar ke seantero belahan dunia ini, dengan menerima hasil temuan kasus yang telah diperiksa melalui peralatan PCR, sebagai golden chek diagnosa COVID-19.
"Kalau sudah diumumkan oleh pemerintah, berarti temuan itu valid dan sudah dibuktikan melalui pemeriksaan laboratorium, Jangan ditafsirkan macam-macam, apalagi disangkut-pautkan dengan politik praktis terkait pilkada. Penjelasan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat itu memang sudah betul, berdasarkan data-data yang telah diuji, bukan berita bohong alias hoaks," ujarnya.
Uskup menyebut upaya sosialisasi terhadap COVID-19, bagaimana cara penularannya dan cara pencegahannya sudah dan terus dilakukan oleh jajaran pemkab setempat, bahkan juga oleh lembaga-lembaga keagamaan, termasuk pihak Keuskupan Agats sendiri.
"Kami juga ikut terlibat secara aktif. Baru-baru ini saat ulang tahun Keuskupan Agats, kami membagi-bagikan masker pada titik-titik kerumunan orang di Agats sambil memberikan penjelasan tentang pentingnya upaya pencegahan agar orang tidak ikut terpapar," ujarnya.
Sejauh ini belum ditemukan petugas pastoral di Keuskupan Agats yang terpapar COVID-19.
Meski begitu, semua petugas diminta untuk tetap mengikuti dan mematuhi protokol kesehatan, terutama saat melayani umat di wilayah masing-masing.
"Sekarang ini kegiatan peribadatan secara berjamaah sudah kembali dilakukan, tetapi kami selalu mengatur jarak duduk umat dan kapasitas umat yang datang beribadah di gereja dikurangi setengahnya sehingga tempat ibadah tidak menjadi kluster penyebaran COVID-19," kata Uskup Murwito.
Saat ini sudah lebih dari 72 warga Asmat terpapar COVID-19, dimana sebagian besar pasien terpapar sudah dinyatakan sembuh.
Kesulitan utama yang dihadapi pemkab setempat dalam mengatasi penyebaran COVID-19 lantaran tidak tersedianya fasilitas pemeriksaan PCR. Sampel spesimen swab pasien yang diduga terpapar harus dikirim untuk diperiksa di Merauke dengan waktu pemeriksaan selama beberapa hari.