Makassar (ANTARA) - Tim Penggerak PKK Sulsel dan Yayasan Daarut Tauhid (DT) milik Ustadz Abdullah Gymnastiar, berkolaborasi di sejumlah bidang di antaranya dalam pengembangan ekonomi kerakyatan.

Direktur Utama DT Peduli Muhammad Bascharul Asana di Makassar, Selasa, mengatakan, pihaknya sudah banyak membantu dan membina pengusaha kecil atau pelaku UMKM, namun masih terpusat di Pulau Jawa.

Mereka dibantu mulai dari modal, pemasaran, dan dibina hingga mandiri.

"Melalui lembaga DT Peduli ini, kita tidak hanya menyalurkan donasi, atau infaq dan sedekah dari masyarakat saja. Tetapi juga membantu sejumlah pelaku UMKM hingga mereka mandiri," jelas Rully dalam pertemuan dengan PKK Sulsel hari ini.

Pria yang akrab disapa Rully ini menjelaskan melalui pertemuannya dengan PKK Sulsel, diharapkan DT Peduli bisa masuk dan menjadi mitra pemerintah, hingga mensinergikan program-program DT Peduli dengan PKK Sulsel.

Apalagi, di berbagai media, ia melihat bagaimana PKK Sulsel sangat aktif membantu perekonomian masyarakat melalui program-programnya selama ini.

"Tujuan DT Peduli dan PKK Sulsel ini sama. Sehingga kami harap bisa berkolaborasi ke depannya," harapnya.

Menanggapi hal tersebut, Ketua PKK Sulsel Lies F Nurdin bahkan berkeinginan mengadopsi sejumlah sistem pembinaan ekonomi kerakyatan yang dilakukan DT Peduli.

"Apa yang sudah dilakukan DT Peduli ini sangat luar biasa. Kalau bisa, kami ingin banyak belajar dari DT Peduli," tutur Lies.

Ia menuturkan, PKK Sulsel pernah bekerja sama dengan salah satu provider ojek online, memprogramkan 1.000 Perempuan Berdaya. Di tahap pertama, ada 400 perempuan yang dilatih mengembangkan produknya.

"Ini saya sementara lobi, kita lanjutkan lagi yang 600 orang itu," kata Lies.

PKK Sulsel, lanjutnya, selama ini memang fokus pada pengembangan ekonomi kerakyatan, berdasarkan potensi yang dimiliki daerah masing-masing.

Di Kabupaten Jeneponto misalnya, yang terkenal sebagai penghasil garam, PKK melaksanakan pelatihan untuk memberikan nilai tambah pada garam tersebut.

"Saya hadirkan ahli, dan petani garam disana kami latih membuat garam spa. Yang tadinya harga garamnya sekarung itu Rp 25 ribu, setelah diolah jadi garam spa, harganya jauh lebih mahal," jelas Lies.

Selain itu, PKK Sulsel juga memiliki Koperasi Wanita Masagena. Namun, pengelolaannya belum maksimal, dan masih butuh banyak belajar.

"Semoga ke depan, kita bisa berkolaborasi. PKK Sulsel bisa banyak belajar pada DT Peduli," ujarnya.

Pewarta : Abdul Kadir
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024