Jakarta (ANTARA) - PT Pupuk Kalimantan Timur menanamkan investasi senilai 2 miliar dolar AS atau setara Rp35,9 triliun hingga lima tahun ke depan untuk membangun pabrik pupuk baru di kawasan industri petrokimia, Teluk Bintuni, Papua Barat, yang akan memproduksi pupuk urea, amonia, dan metanol.

“Saat ini masih tahap awal, kita terus diskusi intensif dengan produsen gas dan Kementerian ESDM. Beberapa hal pokok sudah disepakati tapi
detailnya harus didalami," kata Direktur Utama Pupuk Kaltim, Rahmad Pribadi pada wawancara dengan media secara virtual, Minggu.

Rahmad menyampaikan, persiapan lahan akan dilakukan tahun 2022 untuk selanjutnya dilakukan rekonstruksi pabrik pada 2023. Jika sesuai rencana, maka pabrik tersebut bisa mulai beroperasi pada 2026.

Menurut Rahmad, Pupuk Kaltim akan memproduksi sendiri urea dan amonia di pabrik tersebut, sementara produksi metanol masih mempertimbangkan untuk kebutuhan mencari mitra.

“Bintuni sendiri kapasitas produksi metanol 1 juta ton, urea 1,1 juta ton,” tukas Rahmad.

Rahmad menyampaikan, sektor pertanian saat ini di Indonesia Timur masih belum berkembang, namun tetap memiliki potensi di beberapa daerah, misalnya food estate di Kalimantan, Merauke, hamparan pertanian yang cukup luas di Manokwari, dan lumbung pangan di Sulawesi.

Dengan adanya pasokan subsidi pupuk dari pemerintah, Rahmad berharap hal tersebut menjadi peluang untuk pengembangan sektor pertanian di Kalimantan Timur.

Sambil menunggu permintaan pupuk di Indonesia Timur tumbuh, maka pabrik Pupuk Kaltim di Bintuni akan memenuhi pasar ekspor ke beberapa negara.

Salah satu yang potensial adalah Australia, di mana saat ini negeri kanguru mengimpor 2 juta ton urea dari China, Amerika Serikat, dan Timur Tengah.

Hal itu akan menjadi peluang besar bagi Indonesia, jika pabrik Pupuk Kaltim di Bintuni telah beroperasi.

“Nanti kalau kita punya pabrik di Bintuni, tentu Australia bisa kita kuasai,” pungkas Rahmad.


 


Pewarta : Sella Panduarsa Gareta
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024