Jayapura (ANTARA) - Manajemen PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat terus mendukung para pelaku usaha sektor pertanian dengan mengkampanyekan program dedieselisasi dalam kegiatan proses bisnisnya.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat (UIWP2B) Abdul Farid di Jayapura, Kamis, mengatakan hal tersebut selaras dengan program electrifying agriculture yang dinilai ramah lingkungan, di mana para pelaku usaha kini mulai menggunakan tenaga listrik untuk meningkatkan hasil produksinya.
"Dedieselisasi merupakan salah satu upaya PLN dalam mengajak para pelaku usaha untuk beralih menggunakan tenaga listrik dari penggunaan mesin diesel, selain lebih praktis, dedieselisasi juga dinilai lebih ekonomis dan efisien," katanya.
Menurut Farid, pelayanan listrik terus dimaksimalkan untuk para pemilik usaha, di mana pihaknta ingin listrik yang andal dapat memberikan manfaat yang besar.
"Melihat potensi yang ada, para pelaku usaha lainnya diharapkan dapat memaksimalkan manfaat dan kemudahan program yang PLN tawarkan, hal ini dimaksudkan agar meningkatkan daya saing yang baik khususnya di tengah pandemi," ujarnya.
Salah satu pelaku usaha penggilingan padi Berkah Vitary di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke Sudarno mengatakan dirinya telah merasakan manfaat program dedieselisasi sejak 2019, jika sebelumnya hanya sebagian mesin, kini pihaknya telah sepenuhnya mengoperasikan mesin penggilingan padinya menggunakan tenaga listrik .
“Sebelumnya kami sudah menggunakan sebagian mesin yang menggunakan listrik, lalu kami bandingkan dengan mesin yang menggunakan bbm. Ternyata setelah dihitung , penggunaan listrik jauh lebih menguntungkan dan membuat kami memutuskan untuk beralih ke listrik sepenuhnya,” katanya.
Dia menjelaskan pihaknya mengapresiasi pelayanan yang diberikan PLN dalam membantu mengembangkan usahanya, pasalnya, semenjak beralih menggunakan tenaga listrik, biaya operasional yang harus dikeluarkan berkurang hingga 40 persen dari sebelumnya.
“Dulu saat menggunakan mesin diesel, kami menghabiskan bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 75 liter per hari, jadi kalau dihitung-hitung harus mengeluarkan biaya kurang lebih Rp600 ribu,” ujarnya.
Dia menambahkan selain itu, untuk mengembangkan usahanya, dirinya juga melakukan proses penambahan daya, yang semula hanya 33 kVA kini bertambah menjadi 164 kVA.
“Dari sisi pemeliharaan mesin kini jauh lebih mudah dibandingkan dulu, kegiatan produksi menjadi lebih cepat dan kualitas yang dihasilkan menjadi lebih baik, saya sangat berterima kasih kepada PLN yang telah mendukung usaha kami,” katanya lagi.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat (UIWP2B) Abdul Farid di Jayapura, Kamis, mengatakan hal tersebut selaras dengan program electrifying agriculture yang dinilai ramah lingkungan, di mana para pelaku usaha kini mulai menggunakan tenaga listrik untuk meningkatkan hasil produksinya.
"Dedieselisasi merupakan salah satu upaya PLN dalam mengajak para pelaku usaha untuk beralih menggunakan tenaga listrik dari penggunaan mesin diesel, selain lebih praktis, dedieselisasi juga dinilai lebih ekonomis dan efisien," katanya.
Menurut Farid, pelayanan listrik terus dimaksimalkan untuk para pemilik usaha, di mana pihaknta ingin listrik yang andal dapat memberikan manfaat yang besar.
"Melihat potensi yang ada, para pelaku usaha lainnya diharapkan dapat memaksimalkan manfaat dan kemudahan program yang PLN tawarkan, hal ini dimaksudkan agar meningkatkan daya saing yang baik khususnya di tengah pandemi," ujarnya.
Salah satu pelaku usaha penggilingan padi Berkah Vitary di Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke Sudarno mengatakan dirinya telah merasakan manfaat program dedieselisasi sejak 2019, jika sebelumnya hanya sebagian mesin, kini pihaknya telah sepenuhnya mengoperasikan mesin penggilingan padinya menggunakan tenaga listrik .
“Sebelumnya kami sudah menggunakan sebagian mesin yang menggunakan listrik, lalu kami bandingkan dengan mesin yang menggunakan bbm. Ternyata setelah dihitung , penggunaan listrik jauh lebih menguntungkan dan membuat kami memutuskan untuk beralih ke listrik sepenuhnya,” katanya.
Dia menjelaskan pihaknya mengapresiasi pelayanan yang diberikan PLN dalam membantu mengembangkan usahanya, pasalnya, semenjak beralih menggunakan tenaga listrik, biaya operasional yang harus dikeluarkan berkurang hingga 40 persen dari sebelumnya.
“Dulu saat menggunakan mesin diesel, kami menghabiskan bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 75 liter per hari, jadi kalau dihitung-hitung harus mengeluarkan biaya kurang lebih Rp600 ribu,” ujarnya.
Dia menambahkan selain itu, untuk mengembangkan usahanya, dirinya juga melakukan proses penambahan daya, yang semula hanya 33 kVA kini bertambah menjadi 164 kVA.
“Dari sisi pemeliharaan mesin kini jauh lebih mudah dibandingkan dulu, kegiatan produksi menjadi lebih cepat dan kualitas yang dihasilkan menjadi lebih baik, saya sangat berterima kasih kepada PLN yang telah mendukung usaha kami,” katanya lagi.