Jayapura (ANTARA) - Sabtu malam 2 Oktober ini Presiden Joko Widodo akan membuka Pekan Olahraga Nasional Ke-20 di Papua.
Dan pada setiap seremoni pembukaan ajang olahraga multicabang apa pun, PON Papua ini juga memanggul pesan simbolis besar yang melintasi dimensi selain olahraga.
Ketua Harian Panitia PON Papua Yunus Wonda menyebut upacara pembukaan nanti itu mengusung tema "Papua masa dulu, masa kini, dan masa yang akan datang sebagai momentum kebangkitan anak-anak Papua".
Sepertinya bakal ada tiga segmen yang menampilkan aspek nostalgik di mana Papua mengenang apa yang terjadi pada masa lewat lalu dengan memetik semua kebaikan yang terjadi pada masa itu.
Lalu aspek kontemporer atau masa kini mengenai apa yang tengah terjadi pada Papua saat ini. Dan akhirnya aspek proyektif mengenai apa yang didamba, dibayangkan dan dimimpikan untuk Papua di masa depan.
Dari sini, agak terdengar seperti pesan yang juga pernah termuat dalam pembukaan Asian Games 2018 dan bahkan Paralimpiade Tokyo 2020. M
Seremoni nanti itu sepertinya akan bertutur soal kilas balik, tentang yang dilakukan saat ini, dan mengenai apa yang akan terjadi kemudian demi terus berkembangnya Papua.
Intinya, ini soal jembatan masa, dan bagaimana Papua serta Indonesia pada umumnya, telah, tengah dan akan mengelola waktu itu agar lestari dan terus maju.
Sebagian besar manusia berharap memiliki waktu lebih banyak, namun faktanya manusia selalu merasa kekurangan masa. Padahal waktu tetap selalu ada sebagai objek nilai dan sekaligus musuh yang setiap waktu mengejar manusia.
Kita bisa menghabiskan waktu, meluangkan waktu, memanfaatkannya, atau menghabiskannya. Waktu juga berperan sebagai obat untuk luka fisik dan emosi manusia.
Namun bagian waktu yang paling meresahkan dan sekaligus paling menyegarkan adalah masa depan, yakni tentang waktu yang terbentang di hadapan kita, yang ditentukan oleh tindakan-tindakan kita dan oleh ketidakpastian yang dapat membawa kita ke kejadian besar atau buruk di kemudian masa.
Ini adalah bagian dari hidup kita yang belum ditulis tapi akan kita tulis.
Stadion Lukas Enembe
Bagian yang akan ditulis itu pula yang sepertinya bakal menjadi artikulasi pesan dalam pembukaan PON Papua 2021.
Memang cuma seremoni, tetapi pesannya bakal sangat dalam, terlebih ada kata-kata 'sebagai momentum kebangkitan anak-anak Papua' dalam seremoni tersebut.
Papua sendiri, dan Indonesia pada umumnya, sudah jauh melangkah untuk sampai ke saat ini, dengan terus membangun banyak aspek kehidupan, mulai infrastruktur jalan raya sampai fasilitas olahraga yang bisa menjadi salah satu peninggalan terpenting PON Papua.
Di antara warisan infrastruktur itu adalah stadion ikonik yang terbesar di seluruh bagian timur Indonesia, Stadion Lukas Enembe.
Perlu waktu tiga tahun dan dana Rp1,3 triliun untuk membangun stadion yang terletak di Kampung Harapan, Nolokla, Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, stadion ini dibangun dengan menonjolkan identitas dan eksotisme Papua.
Dari jauh saja, stadion ini sudah terlihat sangat elok dan megah.
Stadion berstandar FIFA ini terbilang luas, karena berdiri di atas tanah seluas 13 hektar dan memiliki kapasitas maksimum 42.000 orang.
Tetapi pandemi dan protokol kesehatan COVID-19 membuat stadion ini hanya boleh dimasuki 10.000 orang atau 25 persen dari kapasitas aslinya, selama pembukaan PON Papua 2021 .
Sepuluh ribu orang yang bakal menyaksikan upacara pembukaan PON Papua 2021 yang dipimpin Presiden Jokowi itu sudah termasuk atlet, ofisial, dan tenaga pendukung lainnya.
Tak cuma dengan mendiskon kapasitas maksimum pengunjungnya, seremoni itu juga akan dipagari oleh pedoman kesehatan yang ketat demi mengekang penyebaran virus corona, di antaranya dengan adanya gerai-gerai vaksin di sejumlah titik Stadion Lukas Enembe.
Pengunjung yang boleh masuk wajib divaksinasi. Pun saat mereka menyaksikan pertandingan-pertandingan selama PON pertama yang digelar di bagian paling timur Indonesia ini.
Yunus Yonda memastikan seremoni siap digelar.
Platform yang kuat
Sepertinya kemeriahan seremoni pembukaan segera tersaji, termasuk atraksi kembang api yang mungkin tidak akan kalah meriah dari Asian Gemes tiga tahun. Pun demikian dengan pesan-pesan pembangunan Papua sudah siap digaungkan, termasuk ajakan kepada masyarakat provinsi ini untuk menatap masa dengan antusiastis dan memperlakukannya dengan tepat.
Stadion Lukas Enembe bakal menjadi pusat perhatian upacara pembukaan PON Papua dan selama PON ini sampai ditutup 15 Oktober.
Tetapi setelah PON Papua, situs olahraga ikonik ini semestinya tetap meneruskan fungsi-fungsi keolahragaannya, karena olahraga dan fasilitas olahraga itu demikian penting bagi masyarakat dan negara.
Ini karena olahraga bukan hanya soal memenangkan pertandingan, karena juga tentang membangun masyarakat yang lebih sehat, lebih bahagia, lebih aman dan lebih kuat.
Lebih dari itu, masyarakat yang mendapatkan kesempatan berperan serta dalam olahraga bisa kian mengetatkan ikatan sosial yang sudah terjalin kuat.
Olahraga memang bisa menciptakan platform komunikasi yang kuat yang bisa dimanfaatkan dengan menyebarluaskan pesan-pesan solidaritas dan rekonsiliasi, selain juga mempromosikan budaya damai, seperti diakui Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
PBB mengakui kontribusi olahraga yang terus meningkat dalam mewujudkan pembangunan dan perdamaian dengan berupaya mempromosikan toleransi dan saling menghormati.
Masalahnya, soal klasik mengenai keterpakaian fasilitas-fasilitas olahraga setelah ajang besar selesai, selalu mengemuka. Ini terjadi pada hampir segala perhelatan multicabang digelar, bahkan pasca event-event agung seperti Olimpiade pun soal seperti ini selalu ada.
Ini bakal menjadi tantangan besar bagi Papua. Namun jika semua pihak, baik tingkat daerah maupun pusat, bisa memastikan kontinuitas keterpakaian fasilitas-fasilitas megah bernilai triliunan rupiah itu, maka warisan PON ini lestari termanfaatkan.
Dalam konteks ini, kontinuitas event dan kompetisi, baik tingkat internasional maupun tingkat nasional serta juga lokal, mesti segera dipikirkan. Apalagi olahraga modern era ini sudah menjadi industri yang tidak melulu soal olahraga.
Kecenderungan seperti itu sebenarnya bagus sekali bagi olahraga karena dengan demikian akan selalu ada event, yang pada akhirnya membuat fasilitas-fasilitas megah itu tetap terpakai, dan kemudian terpelihara sehingga kemanfaatan triliunan dana yang sudah dibenamkan untuk membangun fasilitas olahraga, terjaga. Dan ini mungkin malah bisa memberikan sumbangsih besar kepada daerah dan masyarakatnya.
Stadion atau fasilitas olahraga yang terus hidup, tak saja membantu dan mendorong masyarakat tetap sehat, namun juga menghidupkan hal-hal lain di luar olahraga, termasuk ekonomi dan ikatan sosial masyarakat. Dan ini semua perlu, demi bangkitnya masyarakat, bangkitnya Papua.
Dan pada setiap seremoni pembukaan ajang olahraga multicabang apa pun, PON Papua ini juga memanggul pesan simbolis besar yang melintasi dimensi selain olahraga.
Ketua Harian Panitia PON Papua Yunus Wonda menyebut upacara pembukaan nanti itu mengusung tema "Papua masa dulu, masa kini, dan masa yang akan datang sebagai momentum kebangkitan anak-anak Papua".
Sepertinya bakal ada tiga segmen yang menampilkan aspek nostalgik di mana Papua mengenang apa yang terjadi pada masa lewat lalu dengan memetik semua kebaikan yang terjadi pada masa itu.
Lalu aspek kontemporer atau masa kini mengenai apa yang tengah terjadi pada Papua saat ini. Dan akhirnya aspek proyektif mengenai apa yang didamba, dibayangkan dan dimimpikan untuk Papua di masa depan.
Dari sini, agak terdengar seperti pesan yang juga pernah termuat dalam pembukaan Asian Games 2018 dan bahkan Paralimpiade Tokyo 2020. M
Seremoni nanti itu sepertinya akan bertutur soal kilas balik, tentang yang dilakukan saat ini, dan mengenai apa yang akan terjadi kemudian demi terus berkembangnya Papua.
Intinya, ini soal jembatan masa, dan bagaimana Papua serta Indonesia pada umumnya, telah, tengah dan akan mengelola waktu itu agar lestari dan terus maju.
Sebagian besar manusia berharap memiliki waktu lebih banyak, namun faktanya manusia selalu merasa kekurangan masa. Padahal waktu tetap selalu ada sebagai objek nilai dan sekaligus musuh yang setiap waktu mengejar manusia.
Kita bisa menghabiskan waktu, meluangkan waktu, memanfaatkannya, atau menghabiskannya. Waktu juga berperan sebagai obat untuk luka fisik dan emosi manusia.
Namun bagian waktu yang paling meresahkan dan sekaligus paling menyegarkan adalah masa depan, yakni tentang waktu yang terbentang di hadapan kita, yang ditentukan oleh tindakan-tindakan kita dan oleh ketidakpastian yang dapat membawa kita ke kejadian besar atau buruk di kemudian masa.
Ini adalah bagian dari hidup kita yang belum ditulis tapi akan kita tulis.
Stadion Lukas Enembe
Bagian yang akan ditulis itu pula yang sepertinya bakal menjadi artikulasi pesan dalam pembukaan PON Papua 2021.
Memang cuma seremoni, tetapi pesannya bakal sangat dalam, terlebih ada kata-kata 'sebagai momentum kebangkitan anak-anak Papua' dalam seremoni tersebut.
Papua sendiri, dan Indonesia pada umumnya, sudah jauh melangkah untuk sampai ke saat ini, dengan terus membangun banyak aspek kehidupan, mulai infrastruktur jalan raya sampai fasilitas olahraga yang bisa menjadi salah satu peninggalan terpenting PON Papua.
Di antara warisan infrastruktur itu adalah stadion ikonik yang terbesar di seluruh bagian timur Indonesia, Stadion Lukas Enembe.
Perlu waktu tiga tahun dan dana Rp1,3 triliun untuk membangun stadion yang terletak di Kampung Harapan, Nolokla, Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, stadion ini dibangun dengan menonjolkan identitas dan eksotisme Papua.
Dari jauh saja, stadion ini sudah terlihat sangat elok dan megah.
Stadion berstandar FIFA ini terbilang luas, karena berdiri di atas tanah seluas 13 hektar dan memiliki kapasitas maksimum 42.000 orang.
Tetapi pandemi dan protokol kesehatan COVID-19 membuat stadion ini hanya boleh dimasuki 10.000 orang atau 25 persen dari kapasitas aslinya, selama pembukaan PON Papua 2021 .
Sepuluh ribu orang yang bakal menyaksikan upacara pembukaan PON Papua 2021 yang dipimpin Presiden Jokowi itu sudah termasuk atlet, ofisial, dan tenaga pendukung lainnya.
Tak cuma dengan mendiskon kapasitas maksimum pengunjungnya, seremoni itu juga akan dipagari oleh pedoman kesehatan yang ketat demi mengekang penyebaran virus corona, di antaranya dengan adanya gerai-gerai vaksin di sejumlah titik Stadion Lukas Enembe.
Pengunjung yang boleh masuk wajib divaksinasi. Pun saat mereka menyaksikan pertandingan-pertandingan selama PON pertama yang digelar di bagian paling timur Indonesia ini.
Yunus Yonda memastikan seremoni siap digelar.
Platform yang kuat
Sepertinya kemeriahan seremoni pembukaan segera tersaji, termasuk atraksi kembang api yang mungkin tidak akan kalah meriah dari Asian Gemes tiga tahun. Pun demikian dengan pesan-pesan pembangunan Papua sudah siap digaungkan, termasuk ajakan kepada masyarakat provinsi ini untuk menatap masa dengan antusiastis dan memperlakukannya dengan tepat.
Stadion Lukas Enembe bakal menjadi pusat perhatian upacara pembukaan PON Papua dan selama PON ini sampai ditutup 15 Oktober.
Tetapi setelah PON Papua, situs olahraga ikonik ini semestinya tetap meneruskan fungsi-fungsi keolahragaannya, karena olahraga dan fasilitas olahraga itu demikian penting bagi masyarakat dan negara.
Ini karena olahraga bukan hanya soal memenangkan pertandingan, karena juga tentang membangun masyarakat yang lebih sehat, lebih bahagia, lebih aman dan lebih kuat.
Lebih dari itu, masyarakat yang mendapatkan kesempatan berperan serta dalam olahraga bisa kian mengetatkan ikatan sosial yang sudah terjalin kuat.
Olahraga memang bisa menciptakan platform komunikasi yang kuat yang bisa dimanfaatkan dengan menyebarluaskan pesan-pesan solidaritas dan rekonsiliasi, selain juga mempromosikan budaya damai, seperti diakui Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
PBB mengakui kontribusi olahraga yang terus meningkat dalam mewujudkan pembangunan dan perdamaian dengan berupaya mempromosikan toleransi dan saling menghormati.
Masalahnya, soal klasik mengenai keterpakaian fasilitas-fasilitas olahraga setelah ajang besar selesai, selalu mengemuka. Ini terjadi pada hampir segala perhelatan multicabang digelar, bahkan pasca event-event agung seperti Olimpiade pun soal seperti ini selalu ada.
Ini bakal menjadi tantangan besar bagi Papua. Namun jika semua pihak, baik tingkat daerah maupun pusat, bisa memastikan kontinuitas keterpakaian fasilitas-fasilitas megah bernilai triliunan rupiah itu, maka warisan PON ini lestari termanfaatkan.
Dalam konteks ini, kontinuitas event dan kompetisi, baik tingkat internasional maupun tingkat nasional serta juga lokal, mesti segera dipikirkan. Apalagi olahraga modern era ini sudah menjadi industri yang tidak melulu soal olahraga.
Kecenderungan seperti itu sebenarnya bagus sekali bagi olahraga karena dengan demikian akan selalu ada event, yang pada akhirnya membuat fasilitas-fasilitas megah itu tetap terpakai, dan kemudian terpelihara sehingga kemanfaatan triliunan dana yang sudah dibenamkan untuk membangun fasilitas olahraga, terjaga. Dan ini mungkin malah bisa memberikan sumbangsih besar kepada daerah dan masyarakatnya.
Stadion atau fasilitas olahraga yang terus hidup, tak saja membantu dan mendorong masyarakat tetap sehat, namun juga menghidupkan hal-hal lain di luar olahraga, termasuk ekonomi dan ikatan sosial masyarakat. Dan ini semua perlu, demi bangkitnya masyarakat, bangkitnya Papua.