Bengaluru, India (ANTARA) - Harga emas naik tipis di perdagangan Asia pada Jumat pagi, melayang mendekati level terendah dua minggu di sesi sebelumnya, setelah ketua Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan varian Omicron tidak dapat dianggap "ringan", sementara imbal hasil obligasi yang lebih kuat membatasi keuntungan.

Emas berjangka AS sedikit menguat 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 1.791,70 dolar AS per ounce pada pukul 01.00 GMT, sementara emas di pasar spot terangkat 0,2 persen menjadi dierdagangkan di 1.791,73 dolar AS per ounce.

Logam mulia kuning bersiap untuk penurunan mingguan terburuk sejak akhir November, jatuh sekitar 2,0 persen.

Varian virus corona Omicron yang lebih menular tampaknya menghasilkan penyakit yang lebih ringan daripada jenis Delta yang dominan secara global, tetapi tidak boleh dikategorikan sebagai "ringan", kata pejabat WHO, Kamis (6/1/2021).

Sementara itu, khawatir dengan persistensi inflasi tinggi yang tidak nyaman, bahkan gubernur bank sentral AS yang paling dovish pun sekarang setuju bahwa mereka perlu memperketat kebijakan tahun ini.

Para pedagang saat ini mengantisipasi peluang lebih besar dari 70 persen untuk kenaikan suku bunga setidaknya 25 basis poin pada pertemuan Fed Maret, menurut CME FedWatch Tool.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan naik ke level terkuat sejak Maret 2021.

Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi, tetapi logam ini sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga AS yang meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Logam mulia lainnya di pasar spot, perak diperdagangkan datar di 22,16 dolar AS per ounce, platinum naik 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 966,85 dolar AS, dan paladium naik tipis 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 1.875,78 dolar AS.

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024