Timika (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mimika, Papua menyebutkan masih terbatasnya tenaga guru dan juga persebaran tenaga guru yang tidak merata antara kota dan pedalaman menjadi salah satu aspek yang memicu kemunduran kualitas pendidikan di wilayah pedalaman setempat

Wakil Bupati Mimika Johannes Rettob yang dihubungi di Timika, Jumat, mengatakan bahkan kualitas pendidikan di wilayah pedalaman baik di pesisir pantai maupun di pegunungan dalam beberapa tahun terakhir mengalami kemunduran atau penurunan secara kualitas.

"Berdasarkan survei yang kami lakukan, di Mimika masih kekurangan tenaga guru. Di sekolah yayasan masih kurang 111 guru, sementara di sekolah negeri masih kurang 67 guru," katanya yang akrab disapa John Rettob.

Menurut John Rettob, pihaknya menyayangkan soal tidak meratanya penempatan tenaga guru di setiap sekolah, padahal pada sekolah-sekolah di Kota Timika dan sekitarnya, jumlah tenaga guru yang bertugas melimpah, namun ada sekolah di wilayah pedalaman sangat kekurangan tenaga guru.

"Beberapa kali saya turun di daerah pesisir, di satu sekolah muridnya sampai 200 orang dengan enam rombongan belajar tapi gurunya hanya tiga orang," ujarnya.

Dia menjelaskan kondisi tersebut menyebabkan kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah pedalaman tidak bisa berjalan efektif, sehingga tidak heran, siswa kelas IV SD bahkan belum bisa membaca, menulis dan berhitung dengan lancar.

"Kami berharap perlu dibuat semacam 'roadmap' pengelolaan pendidikan di setiap distrik (kecamatan) di Mimika agar segala kekurangan yang ada selama ini bisa segera dibenahi," katanya lagi.

Dia menambahkan pihaknya juga menyoroti banyaknya tenaga guru yang justru diberdayakan di berbagai instansi, entah sebagai bendaharawan ataupun sebagai pejabat struktural lainnya, padahal para guru diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk formasi tenaga kependidikan.

"Masalah pendidikan di Mimika harus ditangani secara serius, jika tidak maka akan membawa dampak yang sangat besar dalam hal ketersediaan SDM handal di Mimika ke depan, saya benar-benar prihatin melihat anak-anak asli Papua di pesisir dan pegunungan yang belum bisa membaca dan menulis," kata John yang juga lahir dan besar di Kampung Ipaya, Ditrik Amar," ujarnya lagi.

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Hendrina Dian Kandipi
Copyright © ANTARA 2024