Sydney (ANTARA) - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperingatkan pada Kamis bahwa kegagalan menghukum Rusia bisa mendorong negara-negara lain untuk memerangi tetangga mereka.
Ketika berbicara kepada parlemen Australia lewat video, dia juga mengatakan bahwa Rusia harus bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya di masa lalu.
"Jika kita tidak menghentikan Rusia sekarang, jika kita tidak meminta tanggung jawab Rusia, maka beberapa negara lain di dunia yang berusaha memulai perang serupa terhadap tetangga mereka akan memutuskan bahwa tindakan semacam itu juga menjadi mungkin bagi mereka," kata Zelenskyy, menurut terjemahan resmi.
Sambil duduk di kursi dan mengenakan kaus warna khaki yang jadi ciri khasnya, dia tak menyebut secara spesifik negara-negara yang bisa mencontoh Rusia.
Australia dan negara-negara Barat sekutunya telah mengungkapkan kekhawatiran mereka pada pernyataan agresif China terkait Taiwan.
"Nasib keamanan global diputuskan sekarang," kata Zelenskyy. "Tak ada yang mampu memenanginya, tak ada yang bisa menyelamatkan belahan dunia mana pun dari (kerusakan) radioaktif yang muncul jika senjata nuklir digunakan."
Negara-negara Barat mengatakan invasi Rusia di Ukraina, serangan terbesar terhadap sebuah negara di Eropa sejak Perang Dunia II, sama sekali tidak berdasar.
Rusia mengatakan mereka melakukan "operasi khusus" untuk melucuti Ukraina dan "melenyapkan pengaruh Nazi" (denazifikasi) di negara tetangganya itu.
Australia telah memasok peralatan pertahanan dan bantuan kemanusiaan ke Ukraina, juga melarang ekspor bijih alumina dan aluminium, termasuk bauksit, ke Rusia.
Negara di Asia-Pasifik itu juga telah menjatuhkan sanksi kepada 443 individu, termasuk pengusaha yang menjadi kroni Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sanksi juga diberikan pada 33 entitas, termasuk bank-bank Rusia dan semua yang bertanggung jawab atas utang luar negeri Moskow.
Australia pada Kamis mengatakan tengah memberlakukan 35 persen tarif tambahan pada impor dari Rusia dan Belarus, negara yang disebutnya mendukung invasi.
Bantuan militer kepada Ukraina juga ditingkatkan sebanyak 25 juta dolar menjadi 116 juta dolar Australia (sekitar Rp1,25 triliun).
Zelenskyy mengungkit konflik terburuk antara Australia dan Rusia dalam beberapa tahun terakhir, yaitu jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 pada 2014 di wilayah pemberontak di Ukraina timur.
Para penyelidik mengatakan pesawat berpenumpang 298 orang itu, termasuk 38 warga negara Australia, jatuh setelah terkena rudal darat-ke-udara buatan Rusia.
"Apakah Rusia membayar kompensasi kepada para korban tewas dan keluarga mereka? Tidak, mereka masih menyangkal kesalahan atas tragedi ini," kata dia.
Dia juga menyinggung invasi Rusia di Krimea pada tahun yang sama.
"Jika dunia menghukum Rusia pada 2014 atas apa yang mereka lakukan, tidak akan ada teror invasi seperti ini di Ukraina pada 2022. Kita harus mengoreksi kesalahan mengerikan semacam ini dan mengoreksinya sekarang," kata Zelenskyy.
Pemimpin Ukraina itu tidak menyebut sanksi baru terhadap Rusia tapi mengatakan penguasa negara itu sedang menggunakan ancaman serangan nuklir untuk membatasi respons global terhadap invasinya.
"Negara yang menggunakan ancaman nuklir harus menerima sanksi yang menunjukkan bahwa ancaman semacam itu merusak dirinya sendirinya," kata dia.
Sumber: Reuters
Ketika berbicara kepada parlemen Australia lewat video, dia juga mengatakan bahwa Rusia harus bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya di masa lalu.
"Jika kita tidak menghentikan Rusia sekarang, jika kita tidak meminta tanggung jawab Rusia, maka beberapa negara lain di dunia yang berusaha memulai perang serupa terhadap tetangga mereka akan memutuskan bahwa tindakan semacam itu juga menjadi mungkin bagi mereka," kata Zelenskyy, menurut terjemahan resmi.
Sambil duduk di kursi dan mengenakan kaus warna khaki yang jadi ciri khasnya, dia tak menyebut secara spesifik negara-negara yang bisa mencontoh Rusia.
Australia dan negara-negara Barat sekutunya telah mengungkapkan kekhawatiran mereka pada pernyataan agresif China terkait Taiwan.
"Nasib keamanan global diputuskan sekarang," kata Zelenskyy. "Tak ada yang mampu memenanginya, tak ada yang bisa menyelamatkan belahan dunia mana pun dari (kerusakan) radioaktif yang muncul jika senjata nuklir digunakan."
Negara-negara Barat mengatakan invasi Rusia di Ukraina, serangan terbesar terhadap sebuah negara di Eropa sejak Perang Dunia II, sama sekali tidak berdasar.
Rusia mengatakan mereka melakukan "operasi khusus" untuk melucuti Ukraina dan "melenyapkan pengaruh Nazi" (denazifikasi) di negara tetangganya itu.
Australia telah memasok peralatan pertahanan dan bantuan kemanusiaan ke Ukraina, juga melarang ekspor bijih alumina dan aluminium, termasuk bauksit, ke Rusia.
Negara di Asia-Pasifik itu juga telah menjatuhkan sanksi kepada 443 individu, termasuk pengusaha yang menjadi kroni Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sanksi juga diberikan pada 33 entitas, termasuk bank-bank Rusia dan semua yang bertanggung jawab atas utang luar negeri Moskow.
Australia pada Kamis mengatakan tengah memberlakukan 35 persen tarif tambahan pada impor dari Rusia dan Belarus, negara yang disebutnya mendukung invasi.
Bantuan militer kepada Ukraina juga ditingkatkan sebanyak 25 juta dolar menjadi 116 juta dolar Australia (sekitar Rp1,25 triliun).
Zelenskyy mengungkit konflik terburuk antara Australia dan Rusia dalam beberapa tahun terakhir, yaitu jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 pada 2014 di wilayah pemberontak di Ukraina timur.
Para penyelidik mengatakan pesawat berpenumpang 298 orang itu, termasuk 38 warga negara Australia, jatuh setelah terkena rudal darat-ke-udara buatan Rusia.
"Apakah Rusia membayar kompensasi kepada para korban tewas dan keluarga mereka? Tidak, mereka masih menyangkal kesalahan atas tragedi ini," kata dia.
Dia juga menyinggung invasi Rusia di Krimea pada tahun yang sama.
"Jika dunia menghukum Rusia pada 2014 atas apa yang mereka lakukan, tidak akan ada teror invasi seperti ini di Ukraina pada 2022. Kita harus mengoreksi kesalahan mengerikan semacam ini dan mengoreksinya sekarang," kata Zelenskyy.
Pemimpin Ukraina itu tidak menyebut sanksi baru terhadap Rusia tapi mengatakan penguasa negara itu sedang menggunakan ancaman serangan nuklir untuk membatasi respons global terhadap invasinya.
"Negara yang menggunakan ancaman nuklir harus menerima sanksi yang menunjukkan bahwa ancaman semacam itu merusak dirinya sendirinya," kata dia.
Sumber: Reuters