Jayapura (ANTARA) -
Akademisi Universitas Yayasan Papua (UNIYAP) mendorong adanya persiapan infrastruktur terlebih dahulu sebelum adanya kebijakan peralihan subsidi LPG 3 kilo gram ke kompor listrik oleh Kementerian ESDM yang mana akan memberikan dampak ramah lingkungan di Bumi Cenderawasih.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNIYAP Andri Irawan kepada Antara di Jayapura, Kamis, mengatakan sebelum dilakukan pengalihan ke energi fosil atau gas menjadi listrik sebaiknya pemerintah menyiapkan infrastruktur apalagi di Papua masih minim.
"Saya sangat setuju dengan pengalihan namun harus disosialisasikan serta adanya kajian atau pemetaan," katanya.
Menurut Andri, karena bagaimanapun, suka atau tidak suka masyarakat akan beralih pada energi yang lebih ramah lingkungan dan terbarukan.
"Namun kalo dilihat dari aspek lingkungan hidup lebih ramah lingkungan dengan kompor listrik, meskipun dampaknya jelas akan mengakibatkan inflasi di setiap daerah," ujarnya.
Dia menjelaskan jika akan dilakukan peralihan maka akan ada biaya operasional dan tetap yang harus ditanggung oleh UMKM sehingga akan berdampak pada penjualan.
"Untuk di Papua kami rasa belum bisa, karena pemerintah harus penuhi dulu kewajiban untuk menyiapkan infrastruktur primer dan sekundernya, baik PLTA atau PLTU dan PLTD untuk mensuplai energi listriknya," katanya lagi.
Dia menambahkan dengan persiapan yang baik maka UMKM dan masyarakat akan lebih siap menerima kebijakan tersebut.