Jayapura (ANTARA) - Akademisi Universitas Cenderawasih (Uncen) di Kota Jayapura, Provinsi Papua Marlina Flassy menyerukan pentingnya masyarakat orang asli Papua (OAP) mempertahankan kearifan lokal, terutama dalam mengelola komoditas sagu.
Akademisi Uncen Marlina Flassy kepada ANTARA saat menghadiri Festival Sagu di Kampung Yoboi di Jayapura, Sabtu, mengatakan sagu bukan hanya sumber pangan, tetapi memiliki multifungsi mulai dari daun, batang, hingga isinya yang memberikan manfaat besar bagi kehidupan masyarakat Papua.
"Sagu menyimpan nilai filosofis yang harus dijaga di tengah arus modernisasi, kita tidak hanya mengambil isinya tetapi nilai-nilai kebudayaan dalam proses pengelolaannya harus dilestarikan, agar tidak tergerus zaman," katanya.
Menurut Marlina, dirinya mengingatkan terkait program pembangunan moderen sangat berpotensi menggeser peran perempuan dan masyarakat adat dalam produksi sagu, jika tidak disertai kesadaran menjaga budaya.
"Proses menokok sagu (mengolah sagu) mencerminkan nilai gotong royong dan kebersamaan, karena saat aktivitas ini berlangsung ada proses transfer pengetahuan antar generasi, yakni dari orang tua ke anak-anak dan pemuda, ini merupakan aspek antropologis yang kaya," ujarnya.
Dia menjelaskan lebih dari sekedar aktivitas ekonomi, menokok sagu juga diiringi nyanyian, lagu daerah, dan nasehat adat, elemen budaya ini harus tetap dijaga dan dipertahankan.
"Jangan sampai kita terbawa arus globalisasi hingga melupakan warisan leluhur, yang baik dari budaya kita ini harus tetap dijaga agar tetap hidup," katanya lagi.
Dia menambahkan dirinya mengajak semua pihak untuk bijaksana menyikapi pengaruh luar, hal baik dari luar boleh diterima tetapi jangan sampai nilai-nilai lokal yang sudah ada sejak dahulu justru hilang.
"Pemerintah dan akademisi harus bersinergi membuat yang pro pelestarian budaya, Festival Sagu ini momen untuk mengangkat nilai ekonomi sagu tanpa mengabaikan kearifan lokal," ujarnya lagi.