Sentani (ANTARA) - Ketua Perempuan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Devy Anggrainy mengapresiasi isi dari Kebangkitan Masyarakat Adat Kabupaten Jayapura (KMA) IX pada Oktober 2022 yang merupakan rangkaian dari KMAN VI dan Festival Danau Sentani.
"Perempuan AMAN memberikan apresiasi kepada Bupati Jayapura yang telah mewujudkan isi dari Kebangkitan Adat Kabupaten Jayapura yang kini berusia sembilan tahun," katanya dalam siaran pers kepada Antara di Jayapura, Rabu.
Menurut Devy, hal tersebut merupakan salatu langkah maju dan patut diberikan apresiasi karena sudah memastikan bahwa masyarakat adat berdaulat di atas kampung adat.
"Dan salah satunya melalui 14 kampung adat yang telah diakui negara lewat pemberian kodefikasi resmi," ujarnya.
Dia menjelaskan kerja keras di atas kampung adat ada pada pundak perempuan-perempuan adat untuk memastikan bahwa perempuan adat tidak ditinggalkan dalam pengakuan yang sudah diberikan negara.
"Memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan perempuan adat dijaga terus dan diwariskan kepada genarasi berikutnya yang menjadi bagian dari identitas kami," katanya lagi.
Dia menambahkan salah satu isi dari kebangkitan akan dibawa pulang ke daerah asal (kampung) masing-masing untuk kemudian bisa mendorong para pemimpin atau kepala daerah untuk mencontohi apa yang ada di Kabupaten Jayapura.
Sementara itu, anggota Samdhana Institut Kristino Sawa mengatakan perempuan adat sejatinya harus mengisi kedaulatan kampung-kampung adat dengan cara membangkitkan semangat kebersamaan dan kerja sama kolektif seluruh elemen perempuan adat di tanah air.
"Perempuan adat akan kuat jika selalu bekerja sama jika kami bekerja sendirian tidak akan kuat dalan sebagai perempuan adat di Indonesia seperti dalam himne AMAN mengajak untuk bersatu itu artianya sesuatu yang akan kita tuju dan Indonesia ini tidak akan kuat tanpa adanya perempuan dan kerja sama," katanya.
"Perempuan AMAN memberikan apresiasi kepada Bupati Jayapura yang telah mewujudkan isi dari Kebangkitan Adat Kabupaten Jayapura yang kini berusia sembilan tahun," katanya dalam siaran pers kepada Antara di Jayapura, Rabu.
Menurut Devy, hal tersebut merupakan salatu langkah maju dan patut diberikan apresiasi karena sudah memastikan bahwa masyarakat adat berdaulat di atas kampung adat.
"Dan salah satunya melalui 14 kampung adat yang telah diakui negara lewat pemberian kodefikasi resmi," ujarnya.
Dia menjelaskan kerja keras di atas kampung adat ada pada pundak perempuan-perempuan adat untuk memastikan bahwa perempuan adat tidak ditinggalkan dalam pengakuan yang sudah diberikan negara.
"Memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan perempuan adat dijaga terus dan diwariskan kepada genarasi berikutnya yang menjadi bagian dari identitas kami," katanya lagi.
Dia menambahkan salah satu isi dari kebangkitan akan dibawa pulang ke daerah asal (kampung) masing-masing untuk kemudian bisa mendorong para pemimpin atau kepala daerah untuk mencontohi apa yang ada di Kabupaten Jayapura.
Sementara itu, anggota Samdhana Institut Kristino Sawa mengatakan perempuan adat sejatinya harus mengisi kedaulatan kampung-kampung adat dengan cara membangkitkan semangat kebersamaan dan kerja sama kolektif seluruh elemen perempuan adat di tanah air.
"Perempuan adat akan kuat jika selalu bekerja sama jika kami bekerja sendirian tidak akan kuat dalan sebagai perempuan adat di Indonesia seperti dalam himne AMAN mengajak untuk bersatu itu artianya sesuatu yang akan kita tuju dan Indonesia ini tidak akan kuat tanpa adanya perempuan dan kerja sama," katanya.