Biak (ANTARA) - Dewan Adat Kainkain Karkara Biak, Papua menyebutkan lagu Apuse yang banyak dinyanyikan kini merupakan nyanyian dalam bahasa Biak yang belum diketahui siapa penciptanya dan sudah dinyanyikan sejak zaman Belanda mendatangi Bumi Cenderawasih.
Ketua Dewan Adat Kainkain Karkara Biak, Papua Manpun JJK Mandibodibo kepada Antara di Biak, Senin, mengatakan siapa yang menciptakan lagu Apuse hingga kini masih belum jelas karena pada era kekuasaan Pemerintahan Belanda di Tanah Papua, lagu ini sudah sering dinyanyikan anak-anak pulau Numfor.
"Sebelum Papua berintegrasi dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 1 Mei 1963, lagu Apuse yang berbahasa Biak sudah ada sejak masih anak-anak di tahun 1950-an," katanya.
Menurut Mandibodibo, lagu Apuse dinyanyikan anak-anak dari pulau Numfor saat akan berangkat dan pamitan meminta izin kepada orang tua untuk pergi sekolah menuntut ilmu ke "Holandia" yang sekarang dikenal dengan nama Kota Jayapura.
"Ya anak-anak Numfor suku Biak ingin melanjutkan pendidikan menuju ke Kota Jayapura dan berangkat dari pulau Numfor singgah ke Manokwari dengan menggunakan kapal perusahaan milik Belanda," ujarnya.
Dia menjelaskan hingga kini memang belum diketahui secara pasti siapa yang sebenarnya telah menciptakan lagu Apuse dalam bahasa Biak yang kini sering dinyanyikan pada acara tertentu.
"Saya sekarang sudah berusia 77 tahun dan sejak kecil sudah sering mendengar lagu Apuse dinyanyikan anak-anak suku Biak, " katanya lagi.
Dia menambahkan makna dibalik lagu Apuse dalam bahasa Biak tersebut memberikan pesan dari anak Numfor suku Biak yang berpamitan dan meminta doa restu keberhasilan menempuh pendidikan kepada orang tua selama meninggalkan kampung halaman serta melanjutkan pendidikan ke Kota Jayapura.
"Yang jelas lagu Apuse memberikan kesan mendalam bagi anak-anak suku Biak yang saat itu berangkat menggunakan kapal menuntut ilmu," ujarnya lagi.
Ketua Dewan Adat Kainkain Karkara Biak, Papua Manpun JJK Mandibodibo kepada Antara di Biak, Senin, mengatakan siapa yang menciptakan lagu Apuse hingga kini masih belum jelas karena pada era kekuasaan Pemerintahan Belanda di Tanah Papua, lagu ini sudah sering dinyanyikan anak-anak pulau Numfor.
"Sebelum Papua berintegrasi dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 1 Mei 1963, lagu Apuse yang berbahasa Biak sudah ada sejak masih anak-anak di tahun 1950-an," katanya.
Menurut Mandibodibo, lagu Apuse dinyanyikan anak-anak dari pulau Numfor saat akan berangkat dan pamitan meminta izin kepada orang tua untuk pergi sekolah menuntut ilmu ke "Holandia" yang sekarang dikenal dengan nama Kota Jayapura.
"Ya anak-anak Numfor suku Biak ingin melanjutkan pendidikan menuju ke Kota Jayapura dan berangkat dari pulau Numfor singgah ke Manokwari dengan menggunakan kapal perusahaan milik Belanda," ujarnya.
Dia menjelaskan hingga kini memang belum diketahui secara pasti siapa yang sebenarnya telah menciptakan lagu Apuse dalam bahasa Biak yang kini sering dinyanyikan pada acara tertentu.
"Saya sekarang sudah berusia 77 tahun dan sejak kecil sudah sering mendengar lagu Apuse dinyanyikan anak-anak suku Biak, " katanya lagi.
Dia menambahkan makna dibalik lagu Apuse dalam bahasa Biak tersebut memberikan pesan dari anak Numfor suku Biak yang berpamitan dan meminta doa restu keberhasilan menempuh pendidikan kepada orang tua selama meninggalkan kampung halaman serta melanjutkan pendidikan ke Kota Jayapura.
"Yang jelas lagu Apuse memberikan kesan mendalam bagi anak-anak suku Biak yang saat itu berangkat menggunakan kapal menuntut ilmu," ujarnya lagi.