Jayapura (ANTARA) - Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Papua memprediksikan pertumbuhan ekonomi Papua pada 2023 diperkirakan berada kisaran 3,75 persen hingga 4,15 persen (yoy), namun struktur ekonomi setempat semakin kuat dengan dukungan pertumbuhan ekonomi dari sektor non tambang.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Dedy Irianto di Jayapura, Rabu, mengatakan ke depan, tantangan pengendalian inflasi semakin besar akibat masih berlanjut ketegangan geopolitik global mendorong peningkatan harga energi dunia.
“Kami yakin melalui sinergi bersama inflasi di Papua pada 2023 dapat terkendali kisaran 3 persen (yoy),” katanya.
Menurut Dedi, berbagai kegiatan dan kolaborasi efektif telah dilaksanakan selama, pihaknya optimis pertumbuhan ekonomi Papua hingga akhir 2022 akan mencapai kisaran 8,84 persen hingga 9,24 persen (yoy).
“Kami bersama dengan Pemda di Papua secara aktif berpartisipasi dalam event berskala regional dan nasional seperti Festival Kopi Papua, Gerakan Bangga Buatan Indonesia, dan Karya Kreatif Indonesia 2022 yang menampilkan keunggulan UMKM dari tanah Papua,” ujarnya.
Dia menjelaskan pada aspek pengembangan UMKM, sinergi lintas instansi perlu terus didorong untuk meningkatkan kapasitas produksi, pemasaran, dan penguatan digitalisasi UMKM yang mana memiliki produk unggulan dengan nilai strategis antara lain kopi, cokelat, produk makanan dan minuman, dan kriya seperti noken, aksesoris, serta batik khas Papua.
“Kami mengharapkan sinergi dan kolaborasi tersebut akan terus berlanjut di masa mendatang terutama untuk memperkuat perekonomian Papua demi terwujudnya ‘Papua Bangkit, Mandiri, dan Sejahtera yang Berkeadilan’,” katanya lagi.
Sebelumnya, dilakukan pertemuan tahunan Bank Indonesia 2022 dengan tema "Sinergi dan Inovasi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Menuju Indonesia Maju" diselenggarakan secara hybrid pada Rabu (30/11) di Kota Jayapura, Papua yang mana merupakan puncak high level serentak di Kantor Pusat dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia.