Sentani (ANTARA) - Kabupaten Jayapura adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua. Kabupaten dengan ibu kotanya  di Sentani,  atau sekitar 33 kilometer dari  Kota Jayapura ini  memiliki luas wilayah  17.514 kilometer persegi yang terbagi dalam 19 distrik, 139 kampung dan 5 kelurahan. Penduduk terbanyak tinggal di Distrik Sentani yaitu 60.531 jiwa atau sekitar 35 persen penduduk yang bermukim.

Kabupaten Jayapura merupakan wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam dan jasa lingkungan yang cukup melimpah, di antaranya dalam sektor perikanan.

Untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat,  Dinas Kelautan dan perikanan Kabupaten Jayapura berupaya untuk mengelola potensi tersebut secara maksimal.

“Sumber daya perairan mempunyai potensi yang cukup besar untuk di kelola dan di kembangkan guna meningkatkan pendapatan masyarakat,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jayapura, Rudi Saragih.

Pengembangan  sektor perikanan di daerah pedesaan maupun perkampungan diharapkan dapat  meningkatkan hasil perikanan sehingga pada gilirannya bisa menopang peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat. Hasil perikanan selain dapat dikonsumsi juga bisa dijual untuk menambah pendapatan.

Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Jayapura juga menggandeng tokoh adat dari kampung-kampung yang ada di daerah tersebut guna mengembangkan perikanan sebagai sumber pendapatan.

Kemitraan yang dibangun oleh Dinas Kelautan dan Perikanan telah berlangsung lama, sehingga kegiatan pengembangan perikanan di daerah ini dapat direncanakan dan dijalankan dengan baik.


Potensi perikanan

Kabupaten Jayapura memiliki potensi perikanan di antaranya di Danau Sentani. Untuk mengelola potensi yang ada, di tempat ini  terdapat perahu tanpa motor sebanyak 405 buah, serta karamba 542 unit  dengan  luas 8,71 hektare.

Para nelayan dalam kegiatan perikanan ini merupakan masyarakat asli Papua. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring insang, pancing tombak, sumpit (harpoon), serta perahu sayap (perahu bolotu).

Para nelayan biasa menangkap ikan pada malam hari dan siang hari.  Jumlah nelayan yang ada di daerah ini sekitar  892 orang yang beroperasi   di tiga wilayah, yakni  45 persen di wilayah barat, 42 persen di wilayah tengah dan 13 persen di wilayah timur Danau Sentani.

Sementara itu, jenis ikan yang ada di perairan tersebut  sebanyak 16 jenis, dan dari jumlah itu sebanyak 9 jenis ikan di antaranya ikan asli daerah ini (indigenous species).

Ikan yang paling banyak ditangkap nelayan adalah jenis ikan rainbow atau Hew (Chilaterina Sentaniencis), Gete-gete besar (Apogon wichmani), Sembilang (Hemipimelodus Venutinus), Gabus Putih (Ophiocira aporas) dan Gabus hitam (Glossogobius giuris).

Jumlah hasil tangkapan per tahun diperkirakan sebesar 1.823,52 ton. Tangkapan nelayan berkisar 4,2 - 5,6 kilogram per hari atau rata-rata sekitar 4,7 kilogram per hari. Sedangkan potensi yang ada diperkirakan mencapai 8.922,8 ton per tahun, sehingga pemanfaatannya baru sebesar 18 persen.  


Perikanan budi daya

Jumlah pembudi daya perikanan di Danau Sentani sebanyak 674 orang dengan skala usaha yang kecil, sementara  jumlah pembudi daya  dari kalangan pendatang sebanyak 48 orang.  

Hasil budi daya keramba diperkirakan sebesar 90,105 ton per tahun atau rata-rata produksi pembudidayaan sebesar 132 kilogram per orang dalam setahun.

Luas lahan keramba budi daya yang ada sebesar 8,71 hektare  atau rata-rata pembudi daya mengelola 192 m2.  Jenis ikan yang dominan dibudidayakan yakni ikan introduksi seperti nila, mujair, mas, dan gurame.

Usaha budi daya di Danau Sentani yang boleh diupayakan 149,76 hektare atau 1,6 persen dari luas total danau, sehingga yang telah diusahakan baru sekitar 6 persen dari prospek usaha budi daya yang ditargetkan seluas149,76 hektare.

Dengan potensi yang cukup besar itu, kelompok nelayan binaan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Jayapura, Papua, sejak 2017 telah melakukan ekspor ikan secara rutin ke Hongkong dan Jepang melalui Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jayapura Rudi Saragih mengatakan  kelompok nelayan binaan itu  di Distrik Demta dan Depapre yang mayoritas hidupnya mengandalkan hasil laut. Jenis ikan yang diekspor yakni tuna, ekor kuning dan cakalang.

Menurut Rudi, awal memulai ekspor  pada 2017 pihaknya hanya mampu mengirim enam ton, kemudian pada 2018 naik menjadi tujuh ton per tahun. Pada 2017 pengiriman melalui jalur udara, sehingga jumlahnya terbatas, begitu pula di 2018.  

 Pada 2019 hingga pertengahan 2021 tidak ada kegiatan ekspor karena pandemi COVID-19.  Ekspor ikan kembali dilakukan pada Agustus sampai Desember 2021. Dalam kurun waktu lima bulan, mengekspor 112 ton. Sedangkan pada Januari hingga Desember 2022, pihaknya mengekspor ikan mencapai 320 ton. 

Sementara itu, untuk pemasaran di domestik, Papua Youth Creative Hub (PYCH) menyatakan siap memasarkan hasil ikan nila dari keramba bioflok Kampung Nolokla Distrik Sentani Timur Kabupaten Jayapura, Papua.

Sekretaris kelompok keramba ikan menggunakan teknologi bioflok, Astus Puraro,   ketua kelompok keramba ikan nila di Nolokla, Frans Pouw,      mengatakan bahwa hasil budi daya mereka siap untuk di pasarkan ke restoran, hotel dan pasar di Jayapura.

Frans menyampaikan terima kasih kepada Presiden RI yang sangat memperhatikan serta peduli dengan pengembangan ekonomi pemuda Papua melalui wadah PYCH yang diprakarsai oleh Badan Intelijen Negara (BIN).

Harapan kami usaha keramba ikan terus berjalan dan berkembang serta memberi dampak positif bagi generasi muda di kampung ini juga pemuda Papua lainnya, demikian Frans.


Pewarta : Agustina Estevani Janggo
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024