Jayapura (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Papua Robby Kayame mengakui, hingga kini tingkat kematian ibu melahirkan di Tanah Papua masih tinggi yaitu
mencapai 500 per 1.000 kelahiran hidup.
"Angka itu hampir merata di kampung-kampung yang tersebar di tiga provinsi baru dan induk," kata Kadinkes Papua Robby Kayame kepada ANTARA, di Jayapura, Selasa.
"Angka itu hampir merata di kampung-kampung yang tersebar di tiga provinsi baru dan induk," kata Kadinkes Papua Robby Kayame kepada ANTARA, di Jayapura, Selasa.
Dijelaskan, masih tingginya angka kematian ibu melahirkan itu disebabkan banyak faktor diantaranya tidak memeriksakan kehamilan secara rutin ke bidan atau p6uskesmas karena jauh dari rumah mereka.
Selain itu selama kehamilan sering terkena penyakit malaria hingga menyebabkan daya tahan tubuhnya rentan mengalami kekurangan darah atau anemia serta saat melahirkan tidak ditolong bidan atau tenaga kesehatan yang terlatih.
Oleh karena itu menurut Kadinkes, program 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) yang hingga kini masih dilaksanakan beberapa daerah seperti di Kabupaten Tolikara, Papua Pegunungan.
Program itu, kata Kayame selain dapat menekan tingkat kematian ibu saat melahirkan juga anak yang dilahirkan sehat karena selama kehamilan diberi makanan bergizi dan vitamin serta imunisasi .
Program 1.000 HPK juga diharapkan dapat mencegah kasus stunting karena selain ibu hamil yang diberi makanan bergizi serta vitamin, anak yang dilahirkan juga dipantau perkembangannya dan diberikan makanan serta vitamin hingga umur dua tahun.
"Mudah-mudahan ke depan program tersebut kembali digalakkan agar dapat menurunkan berbagai kasus baik kematian ibu melahirkan maupun stunting," harapnya.
Provinsi Papua saat ini telah dimekarkan menjadi empat provinsi yaitu Papua Selatan, Papua Pegunungan dan Papua Tengah serta Papua itu sendiri.