Sentani (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Jayapura, Papua terus mendorong orang asli Papua membudidayakan sagu sebagai makanan utama.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jayapura Jenny S Deda di Sentani, Rabu mengatakan orang asli Sentani biasa mengkonsumsi sagu yang diolah sebagai papeda dan sagu porno untuk makanan sehari-hari.
“Sagu itu tidak boleh punah, karena orang Papua pada umumnya tetapi khususnya orang Sentani menganggap sagu sebagai makanan utama yang dihidangkan baik di dalam keluarga maupun di acara formal sekalipun,” katanya.
Menurut Jenny, budi daya pohon sagu perlu terus dilestarikan di setiap dusun orang asli Papua sehingga dapat diwariskan kepada anak cucu.
“Sejak dahulu kala sagu merupakan sumber karbohidrat bagi orang Papua sehingga budaya ini diharapkan terus terpelihara hingga diwariskan ke generasi selanjutnya,” ujarnya.
Dia menambahkan apalagi dalam perkembangan zaman saat ini, olahan sagu bisa dimanfaatkan dalam berbagai kreasi kuliner.
“Ini yang harus dijaga dan dilestarikan sehingga melalui berbagai olahan kuliner maka masyarakat di kampung ekonominya bisa meningkatkan dengan hasil Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tersebut,” katanya.
Dia menambahkan saat ini organisasi pangan dan pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ingin membantu masyarakat di Kabupaten Jayapura khususnya Kampung Yoboi dalam pengelolaan sagu yang lebih baik.
“Hal-hal seperti inilah yang harus mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah dan masyarakat adat sehingga keberadaan sagu akan menjadi kehidupan, bukan hanya sebagai sumber pangan semata,” ujarnya.
Representative, Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) for Indonesia and Timor Leste akan mendukung pengelolaan sagu berkelanjutan di Kampung Yoboi, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua sebagai contoh untuk diikuti daerah lainnya di Indonesia.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Jayapura Jenny S Deda di Sentani, Rabu mengatakan orang asli Sentani biasa mengkonsumsi sagu yang diolah sebagai papeda dan sagu porno untuk makanan sehari-hari.
“Sagu itu tidak boleh punah, karena orang Papua pada umumnya tetapi khususnya orang Sentani menganggap sagu sebagai makanan utama yang dihidangkan baik di dalam keluarga maupun di acara formal sekalipun,” katanya.
Menurut Jenny, budi daya pohon sagu perlu terus dilestarikan di setiap dusun orang asli Papua sehingga dapat diwariskan kepada anak cucu.
“Sejak dahulu kala sagu merupakan sumber karbohidrat bagi orang Papua sehingga budaya ini diharapkan terus terpelihara hingga diwariskan ke generasi selanjutnya,” ujarnya.
Dia menambahkan apalagi dalam perkembangan zaman saat ini, olahan sagu bisa dimanfaatkan dalam berbagai kreasi kuliner.
“Ini yang harus dijaga dan dilestarikan sehingga melalui berbagai olahan kuliner maka masyarakat di kampung ekonominya bisa meningkatkan dengan hasil Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tersebut,” katanya.
Dia menambahkan saat ini organisasi pangan dan pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ingin membantu masyarakat di Kabupaten Jayapura khususnya Kampung Yoboi dalam pengelolaan sagu yang lebih baik.
“Hal-hal seperti inilah yang harus mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah dan masyarakat adat sehingga keberadaan sagu akan menjadi kehidupan, bukan hanya sebagai sumber pangan semata,” ujarnya.
Representative, Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) for Indonesia and Timor Leste akan mendukung pengelolaan sagu berkelanjutan di Kampung Yoboi, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua sebagai contoh untuk diikuti daerah lainnya di Indonesia.