Biak (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Biak Numfor, Papua menyebut dapur sehat daerah itu sudah mengelola potensi pangan lokal untuk memenuhi asupan gizi demi mencegah stunting di wilayah setempat.
"Ketersediaan bahan lokal, seperti keladi, ikan, pokem sejenis gandum, daun kelor, dan telur ayam merupakan pangan lokal yang bergizi untuk mengatasi stunting di daerah ini," ujar Kepala DP3AKB Biak Numfor Johanna Nap dialog publik radio di Biak, Selasa
Ia mengajak rumah sehat yang disediakan di distrik dapat dimanfaatkan warga untuk mengelola pangan lokal sebagai makanan bergizi untuk mencegah stunting anak di kampung.
Johanna mengakui penyediaan pangan lokal sangat membantu percepatan pencegahan stunting di kampung-kampung, sebab mencegah stunting adalah program strategis pemerintah daerah yang dilakukan bersama-sama melalui delapan aksi.
Dari hasil rembuk stunting, lanjut dia, semua organisasi perangkat daerah, BUMN/BUMD, lembaga keagamaan, dewan adat, organisasi non-pemerintah hingga TNI/Polri terlibat aktif bersama dalam mencegah stunting.
Ia berharap dukungan dewan adat, lembaga keagamaan, organisasi perangkat daerah lingkup Pemkab Biak Numfor dapat membantu pemerintah menurunkan kasus stunting anak dari 6,11 persen pada 2023, menjadi nol kasus pada 2024/2025.
Johanna mengemukakan pada 2024 penanganan stunting tersebar di lima distrik, yakni Numfor Barat, Samofa, Oridek, Padaido/Aimando, dan Distrik Poiru.
Untuk 10 kampung prioritas penanganan stunting, lanjut dia, adalah Kampung Serbin dan Namber, Kampung Nyamsorem, Saury dan Saribra.
Untuk Kelurahan Samofa, Kelurahan Mansiyas, Kelurahan Karang Mulia, Kampung Anjereuw, dan Kampung Sumberker.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Biak Numfor Rahmat Perlindungan mengingatkan orang tua untuk rutin membawa balitanya ke Posyandu guna mencegah stunting.
Pada 2024 terdapat 14 ribu lebih balita mendapatkan asupan gizi dan pemeriksaan kesehatan di Posyandu.
"Baru 44 persen atau 6.000 balita dari 14 ribu balita yang sudah mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu atau klinik Puskesmas," ujarnya dalam dialog pagi mencegah stunting.
Berdasarkan data kasus stunting, anak di Biak Numfor pada 2023 sebesar 6,11 persen atau sekitar 485 anak menderita stunting.
"Ketersediaan bahan lokal, seperti keladi, ikan, pokem sejenis gandum, daun kelor, dan telur ayam merupakan pangan lokal yang bergizi untuk mengatasi stunting di daerah ini," ujar Kepala DP3AKB Biak Numfor Johanna Nap dialog publik radio di Biak, Selasa
Ia mengajak rumah sehat yang disediakan di distrik dapat dimanfaatkan warga untuk mengelola pangan lokal sebagai makanan bergizi untuk mencegah stunting anak di kampung.
Johanna mengakui penyediaan pangan lokal sangat membantu percepatan pencegahan stunting di kampung-kampung, sebab mencegah stunting adalah program strategis pemerintah daerah yang dilakukan bersama-sama melalui delapan aksi.
Dari hasil rembuk stunting, lanjut dia, semua organisasi perangkat daerah, BUMN/BUMD, lembaga keagamaan, dewan adat, organisasi non-pemerintah hingga TNI/Polri terlibat aktif bersama dalam mencegah stunting.
Ia berharap dukungan dewan adat, lembaga keagamaan, organisasi perangkat daerah lingkup Pemkab Biak Numfor dapat membantu pemerintah menurunkan kasus stunting anak dari 6,11 persen pada 2023, menjadi nol kasus pada 2024/2025.
Johanna mengemukakan pada 2024 penanganan stunting tersebar di lima distrik, yakni Numfor Barat, Samofa, Oridek, Padaido/Aimando, dan Distrik Poiru.
Untuk 10 kampung prioritas penanganan stunting, lanjut dia, adalah Kampung Serbin dan Namber, Kampung Nyamsorem, Saury dan Saribra.
Untuk Kelurahan Samofa, Kelurahan Mansiyas, Kelurahan Karang Mulia, Kampung Anjereuw, dan Kampung Sumberker.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Biak Numfor Rahmat Perlindungan mengingatkan orang tua untuk rutin membawa balitanya ke Posyandu guna mencegah stunting.
Pada 2024 terdapat 14 ribu lebih balita mendapatkan asupan gizi dan pemeriksaan kesehatan di Posyandu.
"Baru 44 persen atau 6.000 balita dari 14 ribu balita yang sudah mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu atau klinik Puskesmas," ujarnya dalam dialog pagi mencegah stunting.
Berdasarkan data kasus stunting, anak di Biak Numfor pada 2023 sebesar 6,11 persen atau sekitar 485 anak menderita stunting.