Biak (ANTARA) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Biak Numfor, Papua menyediakan pojok usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk membantu pemasaran hasil produk usaha ke masyarakat setempat.
"Dengan adanya pojok UMKM bisa menampung semua produk usaha untuk bisa dijual di pasar," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Biak Numfor Yubelius Usior di Biak, Sabtu.
Ia mengaku, berbagai produk usaha dari pelaku UMKM seperti ikan asap, minyak goreng kelapa,abon ikan tuna, sambal, keripik keladi, kue sagu hingga kuliner khas Biak.
Sedangkan selain kuliner, lanjut dia, pojok UMKM yang dibuka Disperindag yakni aneka macam hiasan topi mahkota, tas noken Biak, gantungan kunci serta beragam hiasan rumah.
"Kami hanya memfasilitasi pojok UMKM dibantu pihak pengelola jasa perhotelan untuk menampung tempat pemasaran produk usaha," katanya.
Ia mengatakan, untuk ke depan pihaknya sedang mengupayakan membuka pojok UMKM di area bandara Frans Kaisiepo.
Untuk dibuka pojok UMKM di area Nanda, lanjut Usior, sangat strategis karena bisa menjual berbagai hasil oleh-oleh khas Biak.
"Kami terus lakukan komunikasi dengan pihak otoritas bandara PT Angkasa Pura, ya ini menyangkut tempat dan biaya sewa sehingga perlu dilakukan koordinasi," harapnya.
Diakui Usior, untuk pemasaran produk UMKM Biak Numfor juga telah dilakukan pelaku usaha lewat pasar online di media sosial.
"Untuk media sosial pemasaran produk UMKM lewat layanan Biak dagang Facebook,Tik Tok, WhatsApp, Instagram dan Telegram," katanya.
Hingga 2024 berdasarkan data Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah jumlah pelaku usaha mikro kecil mencapai 5.500 jenis usaha yang telah mendapatkan surat izin berusaha (SIB).
"Dengan adanya pojok UMKM bisa menampung semua produk usaha untuk bisa dijual di pasar," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Biak Numfor Yubelius Usior di Biak, Sabtu.
Ia mengaku, berbagai produk usaha dari pelaku UMKM seperti ikan asap, minyak goreng kelapa,abon ikan tuna, sambal, keripik keladi, kue sagu hingga kuliner khas Biak.
Sedangkan selain kuliner, lanjut dia, pojok UMKM yang dibuka Disperindag yakni aneka macam hiasan topi mahkota, tas noken Biak, gantungan kunci serta beragam hiasan rumah.
"Kami hanya memfasilitasi pojok UMKM dibantu pihak pengelola jasa perhotelan untuk menampung tempat pemasaran produk usaha," katanya.
Ia mengatakan, untuk ke depan pihaknya sedang mengupayakan membuka pojok UMKM di area bandara Frans Kaisiepo.
Untuk dibuka pojok UMKM di area Nanda, lanjut Usior, sangat strategis karena bisa menjual berbagai hasil oleh-oleh khas Biak.
"Kami terus lakukan komunikasi dengan pihak otoritas bandara PT Angkasa Pura, ya ini menyangkut tempat dan biaya sewa sehingga perlu dilakukan koordinasi," harapnya.
Diakui Usior, untuk pemasaran produk UMKM Biak Numfor juga telah dilakukan pelaku usaha lewat pasar online di media sosial.
"Untuk media sosial pemasaran produk UMKM lewat layanan Biak dagang Facebook,Tik Tok, WhatsApp, Instagram dan Telegram," katanya.
Hingga 2024 berdasarkan data Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah jumlah pelaku usaha mikro kecil mencapai 5.500 jenis usaha yang telah mendapatkan surat izin berusaha (SIB).