Admin Portal (ANTARA) - Di balik lancarnya aliran energi yang menerangi rumah-rumah dan menjaga aktivitas ekonomi di Tanah Papua, ada kisah tentang dedikasi para awak mobil tangki (AMT) yang setiap hari menempuh perjalanan panjang di medan berat. Mereka tidak sekadar mengantarkan bahan bakar minyak, tetapi memastikan kehidupan terus berdenyut di wilayah-wilayah yang terpencil dan sulit dijangkau.
Ismail Hasan adalah salah satu di antara mereka. Sejak lebih dari satu dekade lalu, ia mengemudikan mobil tangki dari depo untuk jenis bahan bakar minyak (BBM) ke daerah pegunungan seperti Wamena dan sekitarnya. Di setiap perjalanan, ia berhadapan dengan jalan licin, cuaca ekstrem, serta berbagai risiko keselamatan. Namun, semua dijalani dengan disiplin dan kehati-hatian yang kini menjadi bagian dari budaya kerja sehari-hari.
Ia masih mengingat masa awal bekerja, ketika pengiriman bahan bakar sering kali dilakukan dengan perencanaan sederhana dan minim perlindungan. Kini, setiap keberangkatan selalu diawali dengan briefing keselamatan, pemeriksaan kendaraan, dan evaluasi kondisi fisik pengemudi. Penerapan prinsip Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) telah mengubah cara mereka bekerja. Sistem ini bukan hanya memastikan kelancaran distribusi energi, tetapi juga melindungi pekerja dari potensi bahaya di lapangan.
Bagi Ismail, keberadaan HSSE menjadi penopang penting dalam setiap perjalanan. Ia dan rekan-rekannya kini lebih memahami arti disiplin, keselamatan, dan tanggung jawab. Tidak ada keberangkatan tanpa pemeriksaan menyeluruh. Setiap kendaraan diperiksa, setiap sopir dipastikan dalam kondisi sehat, dan setiap rute dipetakan dengan teliti. Jika ada kendala di lapangan, keputusan selalu diambil melalui koordinasi dengan tim HSSE.
Kehidupan di jalan bukan tanpa tantangan. Cuaca di pegunungan Papua dapat berubah dengan cepat—cerah di pagi hari, hujan deras di siang hari, bahkan kabut tebal di sore menjelang. Dalam kondisi seperti itu, para pengemudi harus mampu mengatur ritme perjalanan, berhenti bila perlu, dan selalu mengikuti prosedur keselamatan. Situasi sosial di beberapa daerah juga menjadi faktor yang harus diwaspadai. Terkadang jalur utama tertutup karena kegiatan masyarakat, pemalangan, atau demonstrasi. Dalam kondisi tersebut, jalur alternatif segera ditentukan melalui komunikasi dengan tim di lapangan.
Namun di balik segala keterbatasan, tumbuh rasa solidaritas yang kuat di antara para pengemudi. Di jalan yang panjang dan sepi, mereka saling menjaga. Setiap hambatan dihadapi bersama. Bila satu kendaraan tertahan, kendaraan lain berhenti membantu. Mereka terhubung lewat radio komunikasi atau telepon genggam saat sinyal memungkinkan. Persaudaraan itu tumbuh dari medan yang sama—Tanah Papua yang menantang sekaligus menguatkan.
Perubahan besar dirasakan setelah penerapan HSSE secara konsisten dalam beberapa tahun terakhir. Disiplin menjadi bagian dari kebiasaan, bukan sekadar aturan. Kesadaran akan pentingnya keselamatan tumbuh bukan karena paksaan, melainkan dari pengalaman sehari-hari. Bagi para pengemudi seperti Ismail, keselamatan kini menjadi bagian dari harga diri profesional. Mereka tidak hanya bekerja untuk menyelesaikan tugas, tetapi untuk memastikan energi tiba dengan selamat kepada masyarakat yang membutuhkannya.
Winarno, rekan seprofesi Ismail, merasakan hal yang sama. Setelah bertahun-tahun menempuh perjalanan ke wilayah pedalaman, ia melihat bagaimana penerapan HSSE telah mengubah budaya kerja. Dulu, banyak pengemudi hanya berfokus pada kecepatan dan target pengiriman. Kini, yang menjadi prioritas adalah keselamatan diri dan orang lain. Pemeriksaan kendaraan dilakukan lebih ketat, pelatihan berkala rutin dilaksanakan, dan setiap pengemudi memiliki kesadaran tinggi terhadap pentingnya kesehatan sebelum bertugas.
Bagi mereka, penguatan HSSE bukan sekadar aturan perusahaan, tetapi bentuk penghargaan terhadap para pekerja lapangan. Dengan sistem ini, mereka merasa diperhatikan dan dilindungi. Bukan hanya dituntut bekerja, tetapi juga dijaga kesejahteraannya. Setiap perjalanan menjadi wujud tanggung jawab moral untuk menghadirkan energi yang adil dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Papua.
Hubungan yang baik antara perusahaan dan pekerja juga tercermin dari keterbukaan komunikasi di lapangan. Setiap masalah yang muncul segera dilaporkan dan diselesaikan bersama. Sistem pemantauan HSSE memungkinkan koordinasi cepat ketika terjadi kendala di jalur distribusi. Misalnya, saat terjadi longsor atau pergeseran tanah di rute pegunungan, tim lapangan segera memberikan laporan dan mendapatkan arahan tindak lanjut. Dengan pola kerja seperti ini, pengiriman bahan bakar menjadi lebih efisien dan terukur.
Keselamatan kini menjadi kesadaran kolektif. Setiap pagi, para pengemudi mengulang pesan-pesan yang sama: menjaga kecepatan, menjaga jarak aman, dan menjaga diri. Kebiasaan itu menjadi bagian dari budaya kerja yang membentuk ketenangan dalam menjalankan tugas.
Bagi para AMT seperti Ismail dan Winarno, pekerjaan mereka adalah bagian dari pengabdian. Setiap tetes bahan bakar yang diantarkan ke pelosok berarti menjaga roda kehidupan masyarakat agar tetap berputar. Energi yang mereka bawa menghidupkan penerangan rumah, menggerakkan kendaraan pelayanan publik, dan memungkinkan aktivitas ekonomi di wilayah terpencil tetap berjalan.
Di balik semua itu, ada rasa bangga yang tidak bisa diukur dengan angka. Mereka sadar, peran kecil yang dijalankan di jalan-jalan sunyi Papua sebenarnya menjadi bagian dari misi besar pemerataan energi di Tanah Air.
Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku menjadi pihak yang terus memperkuat penerapan prinsip HSSE sebagai fondasi utama dalam seluruh kegiatan operasionalnya. Executive General Manager Awan Raharjo menegaskan, setiap tahap distribusi energi—dari perencanaan hingga pengiriman—berjalan dengan prinsip keselamatan yang ketat. Setiap keputusan diambil berdasarkan hasil identifikasi risiko dan evaluasi kondisi lapangan.
Menurut Awan, tantangan di Papua berbeda dibanding wilayah lain. Kondisi geografis yang ekstrem, jarak antardaerah yang jauh, dan keterbatasan infrastruktur menuntut adaptasi tinggi. Karena itu, penerapan HSSE bukan hanya kewajiban, tetapi kebutuhan agar setiap proses berjalan aman dan efisien. Melalui pelatihan rutin, kampanye keselamatan, serta kerja sama dengan pemerintah daerah dan aparat keamanan, distribusi energi tetap terjaga hingga wilayah 3T.
Pertamina juga memperkuat budaya keselamatan dengan menggelar berbagai kegiatan seperti Bulan K3, pelatihan tanggap darurat, serta sosialisasi Corporate Life Saving Rules. Tujuannya agar setiap insan Pertamina tidak hanya menaati aturan, tetapi menjadikan keselamatan sebagai nilai hidup yang dijalankan setiap hari.
Perusahaan menargetkan tercapainya “zero accident” dalam setiap kegiatan distribusi energi di Papua dan Maluku. Teknologi digital juga mulai diterapkan untuk memantau pergerakan armada secara real-time, memastikan jalur distribusi berjalan lancar dan aman. Dengan sistem ini, setiap potensi risiko dapat terdeteksi lebih cepat dan ditangani secara tepat.
Penerapan HSSE di Papua bukan hanya persoalan teknis, tetapi juga sosial. Setiap pengemudi yang aman berarti keluarga yang menunggu di rumah dapat tenang. Setiap bahan bakar yang tiba di tempat tujuan berarti masyarakat dapat menyalakan lampu, mengoperasikan alat, dan melanjutkan kehidupan. Dalam arti yang lebih luas, HSSE telah menjadi jembatan antara keselamatan pekerja dan kesejahteraan masyarakat.
Kini, ketika malam tiba dan lampu-lampu di pegunungan mulai menyala, ada kebanggaan tersendiri di hati para awak mobil tangki. Mereka tahu, di balik setiap nyala lampu itu, ada perjalanan panjang yang ditempuh dengan disiplin dan tanggung jawab. Ada nilai keselamatan yang dijaga, ada semangat kebersamaan yang tumbuh, dan ada keyakinan bahwa energi yang mereka antarkan adalah bagian dari keadilan sosial yang nyata.
Melalui penerapan HSSE yang konsisten dan menyeluruh, pemerataan akses energi di Tanah Papua tidak lagi menjadi cita-cita di atas kertas. Ia hidup dalam kerja keras dan ketulusan para pekerja lapangan yang setiap hari menjaga agar nyala energi di Tanah Papua tidak pernah padam.