Timika (Antara Papua) - Tokoh masyarakat Papua di Kabupaten Mimika, Yosep Yopi Kilangin menyatakan keprihatinannya atas terjadinya konflik antara warga Tataaran Minahasa dengan mahasiswa Universitas Negeri Manado asal Papua yang mengakibatkan satu mahasiswa Papua tewas beberapa hari lalu.
"Saat ini anak-anak Papua sudah berkumpul di Kota Manado karena mereka ketakutan dan merasa terancam. Mahasiswa mendesak untuk segera dipulangkan ke Papua. Saya kira ini masalah yang sangat serius dan berbahaya sehingga pemerintah harus secepatnya menetralkan situasi ini," ujar Yopi Kilangin kepada Antara di Timika, Selasa.
Ia mengatakan, Gubernur Papua Lukas Enembe, Gubernur Papua Barat Abraham Octavianus Atururi dan para bupati se-Papua dan Papua Barat saat ini sedang berada di Manado, Sulawesi Utara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Bupati Mimika Eltinus Omaleng dan pimpinan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) serta perwakilan PT Freeport Indonesia juga berada di Manado untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Menurut Yopi, jumlah pelajar dan mahasiswa asal Mimika cukup banyak yang sedang belajar di berbagai lembaga pendidikan di Sulawesi Utara seperti Tomohon, Manado dan lainnya. Mereka melanjutkan studi di Sulawesi Utara atas dukungan dana beasiswa dari LPMAK dan PT Freeport Indonesia.
"Sudah bertahun-tahun Sulawesi Utara menjadi salah satu tujuan kota studi mahasiswa dan pelajar Papua karena kondisinya aman. Karena itu banyak orang tua, pemerintah daerah dan lembaga-lembaga swasta yang mengirim anak-anak mereka untuk melanjutkan studi di Manado. Ada ribuan pelajar dan mahasiswa Papua yang saat ini sedang belajar di Manado dan kota-kota lainnya di Sulawesi Utara," ujar Yopi Kilangin, mantan Ketua DPRD Mimika.
Pemprov Sulut
Yopi berharap Pemprov Sulawesi Utara bijaksana dalam mengupayakan penyelesaian masalah antara mahasiswa Papua dengan warga Tataaran Minahasa agar warga Papua yang saat ini berada di wilayah Sulawesi Utara tidak merasa terancam.
Jika sampai mahasiswa Papua memilih pulang ke Papua karena merasa kehidupannya terancam di Sulawesi Utara maka hal itu juga bisa berimbas kepada warga Sulawesi Utara yang ada di Papua.
"Di sini juga jumlah masyarakat Manado tidak sedikit. Ada ribuan orang Manado yang hidup di Papua," ujarnya.
Konflik antara mahasiwa Papua dengan warga Tataaran bermula ketika mahasiswa Unima asal Papua menggelar acara syukuran wisuda di Asrama Mahasiswa Kelurahan Tataaran Patar, Minahasa, Sabtu (18/10) malam.
Usai syukuran, pada Minggu (19/10) dinihari sekitar pukul 03.00 WITA, sejumlah mahasiswa yang sudah dipengaruhi minuman keras beralkohol melempari kios-kios di kawasan pertokoan Tataaran dengan batu mengakibatkan kaca pecah berserakan.
Tak terima dengan perlakuan mahasiwa ini, warga kemudian keluar rumah dan melakukan perlawanan. Bentrokan pun tak bisa dihindari.
Akibat bentrokan ini satu mahasiwa asal Politeknik Negeri Manado meregang nyawa, dan sejumlah mahasiwa dan warga luka-luka. Korban tewas tersebut diketahui merupakan mahasiswa asal Kabupaten Lanny Jaya. (*)
Tokoh Mimika prihatin soal konflik warga Minahasa dengan mahasiswa Papua
"Saat ini anak-anak Papua berkumpul di Kota Manado karena mereka ketakutan dan merasa terancam. Saya kira ini masalah yang sangat serius dan berbahaya sehingga pemerintah harus secepatnya menetralkan situasi ini," ujar Yopi Kilangin.