Jakarta (ANTARA) - Pada pertemuan khusus para menteri luar negeri ASEAN, Menlu Retno Marsudi berbicara mengenai peran perempuan dalam perdamaian dan keamanan.
Menurut Retno, tahun ini merupakan momentum yang baik untuk mendorong peran perempuan dalam perdamaian dan keamanan guna memperingati 20 tahun pengesahan Resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB 1325 mengenai Women, Peace and Security, yang merupakan resolusi pertama yang secara khusus membahas peran perempuan dalam perdamaian.
“Bahkan 20 tahun setelah resolusi ini, peran perempuan dalam perdamaian ternyata masih perlu ditingkatkan. Hanya 13 persen sebagai negosiator, 3 persen sebagai mediator, dan 4 persen sebagai penandatangan perdamaian antara tahun 1992-2018. Jumlah perempuan hanya 4,7 persen di unit militer dan 10,8 persen di unit kepolisian dalam misi perdamaian PBB,” kata Retno dalam konferensi pers secara daring, Kamis.
Saat menjalankan tugas sebagai presiden DK PBB pada Agustus, Indonesia berhasil mengesahkan Resolusi 2358 mengenai perempuan dalam misi perdamaian PBB yang telah disponsori oleh 97 negara, termasuk semua negara anggota DK.
“Ini secara khusus akan meningkatkan peran perempuan dalam misi perdamaian PBB,” kata Retno.
Lebih lanjut, menlu perempuan pertama RI itu mengatakan bahwa dalam lima tahun terakhir, isu perempuan telah menjadi salah satu isu utama dalam politik luar negeri Indonesia. Diplomasi Indonesia aktif dalam memajukan isu perempuan baik di Afghanistan, Palestina, maupun di ASEAN.
Untuk itu, Retno mengusulkan adanya semacam gerakan global untuk meningkatkan peran perempuan dalam perdamaian, yang dapat dicapai dengan memperhatikan pentingnya mendobrak rintangan struktural maupun kultural terhadap peran perempuan dalam perdamaian dan keamanan; memastikan adanya perangkat dan situasi yang mendukung bagi pemberdayaan perempuan dalam perdamaian dan keamanan termasuk melalui tindakan afirmasi, insentif, pengembangan kapasitas perempuan dan lainnya; serta memperkuat jejaring global untuk perempuan dalam perdamaian dan keamanan.
“Jejaring ini sangat penting untuk meningkatkan kepedulian global dan memberikan kesempatan bagi peran perempuan dalam perdamaian dan keamanan,” ujar dia.
Dalam konteks kawasan, Indonesia akan membentuk Southeast Asia Network of Women Peace Negotiators and Mediators tahun ini sehingga bisa menjadi bagian dari jejaring global yang dimaksud.