Jayapura (ANTARA) - Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan RI mengharapkan kehadiran rumah produksi sagu di Kampung Yoboi, pada Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua berdampak ekonomis bagi masyarakat di wilayah ini.
Ketua Kelompok Substansi Pemasaran Hasil Perkebunan Ditjen Perkebunan Elvyrisma Nainggolan kepada ANTARA di Sentani, Senin, mengatakan berharap peradaban rumah produksi sagu dapat menjadi mendorong perekonomian masyarakat, khusus di wilayah sentra sagu ini.
"Dengan adanya rumah produksi sagu dan alat-alat pendukungnya, dapat membantu masyarakat untuk lebih efisien dengan waktu dibandingkan cara manual yang memakan waktu berhari-hari," katanya.
Menurut Elvyrisma bahwa dengan bantuan rumah produksi dan kelengkapannya maka hanya membutuhkan waktu lima jam untuk mengolah sagu hingga menjadi mendapatkan patinya, ini sangat memudahkan masyarakat di tengah keterbatasan tenaga kerja lokal.
"Rendemen sagu yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan pengolahan manual, ini memberikan nilai tambah bagi petani dan meningkatkan keuntungan bagi masyarakat," ujarnya.
Menurut National Program Assistant Food and Agriculture Organizationbof the United Nation (FAO UN) Theresa Siahaan, pihaknya membantu masyarakat pada Kampung Yoboi mengembangkan pengolahan sagu dengan tetap menjaga keberlanjutan hutan sagu.
"Salah satu cara yang dapat dilakukan, yakni mengembangkan hasil olahan berbasis sagu, seperti membuat produk turunan dan olahan lain untuk meningkatkan ekonomi masyarakat serta tetap menjaga hutan sagu," katanya.
Founder Analisi Papua Strategi (APS) Claus Rumayom menjelaskan bahwa pihaknya sebagai lembaga yang mendorong percepatan pembangunan Papua, menjadi penghubung antara FAO UN dan masyarakat adat di Kampung Yoboi.
"Sesuai visi kami bahwa pendorong percepatan pembangunan maka kami menjembatani FAO UN, Pemerintah Selandia Baru dan Pemerintah Indonesia untuk dapat berkontribusi langsung ke pusat penerima manfaat yakni masyarakat adat di Kampung Yoboi," katanya.
Kepala Kampung Yoboi Sefanya Wally menambahkan bahwa masyarakat sangat mengapresiasi perhatian Ditjen Perkebunan, FAO UN, Pemerintah Selandia Baru dan APS yang memberikan perhatian khusus bagi masyarakat adat setempat.
"Kami masyarakat mau yang seperti ini, langsung nyata bentuk perhatiannya bukan sekedar bicara tetapi langsung turun ke kampung bertemu masyarakat dan eksekusi program yang direncanakan bersama masyarakat, jadi tepat sasaran dan efisien, itu yang selama ini kami inginkan," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ditjen Perkebunan RI: Rumah sagu bantu tingkatkan ekonomi masyarakat