Jayapura (Antaranews Papua) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua menargetkan swasembada beras di 2023 dengan catatan seluruh sarana dan prasarana yang dibutuhkan, khususnya pengairan, bisa dipenuhi oleh "stakeholder" terkait.
"Kalau di Renstra kami, kalau kita mendapat dukungan baik maka 2023 Papua swasembada beras. Sebenarnya tidak sulit, yang penting airnya tersedia, di Merauke lahannya tersedia," ujar Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua, Semuel Siriwa, di Jayapura, Selasa.
Ia yang berbicara usai pembukaan kegiatan Rapat Teknis Tanaman Pangan se-Provinsi Papua, menjelaskan dengan asumsi satu kali tanam dalam satu tahun, makan dibutuhkan luas areal tanam padi sebesar 120.000 hektare, sementara kini jumlahnya baru mencapai 60.000 hektare.
kendala utama pertanian di Papua adalah masalah ketersediaan air karena sebagian besar areal tanam padi bertipe tadah hujan karena infrastruktur irigasinya belum terbanmgun dengan baik.
"Sesungguhnya kalau luas panen padi kita bisa mencapai 120 ribu hektare dengan rata-rata produksinya mencapai 5 ton gabah kering giling perhektare, itu Papua sudah swasembada. Saat ini luas panen padi kita baru sekitar 60 ribu hektare," kata dia.
Menurut dia, bila infrastruktur irigasi sudah terbangun dan dengan luas areal panen padi di Merauke saat ini sudah bisa membuat Papua swasembada beras.
"Saat ini di Merauke lahan tanamnya baru sekitar 42.000 hektare, kalau dalam setahun kita bisa tanam tiga kali maka Papua bisa swasembada beras. Di Merauke tipenya lahan tadah hujan, jadi kalau tersedia air yang cukup," kata dia.
Mengenai Sumber Daya Manusia (SDM), Siriwa menyebut hal tersebut bukan menjadi kendal utama karena sudah banyak bantuan mekanisasi yang diberikan negara melalui Kementerian Pertanian.
Menurut dia kini petani di Papua sudah tergolong moderen karena sejak proses tanam hingga pengeringan gabah sudah dilakukan dengan mesin.
"Sekarang dukungan alat pertanian di Papua (2014 hingga 2018) sudah ada sekitar 2.400 unit melalui dukungan APBN. Jenis alatnya mulai dari pengolahan lahan sampai panen, bahkan hingga pengeringan gabah," kata Siriwa.
"Kalau di Renstra kami, kalau kita mendapat dukungan baik maka 2023 Papua swasembada beras. Sebenarnya tidak sulit, yang penting airnya tersedia, di Merauke lahannya tersedia," ujar Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Papua, Semuel Siriwa, di Jayapura, Selasa.
Ia yang berbicara usai pembukaan kegiatan Rapat Teknis Tanaman Pangan se-Provinsi Papua, menjelaskan dengan asumsi satu kali tanam dalam satu tahun, makan dibutuhkan luas areal tanam padi sebesar 120.000 hektare, sementara kini jumlahnya baru mencapai 60.000 hektare.
kendala utama pertanian di Papua adalah masalah ketersediaan air karena sebagian besar areal tanam padi bertipe tadah hujan karena infrastruktur irigasinya belum terbanmgun dengan baik.
"Sesungguhnya kalau luas panen padi kita bisa mencapai 120 ribu hektare dengan rata-rata produksinya mencapai 5 ton gabah kering giling perhektare, itu Papua sudah swasembada. Saat ini luas panen padi kita baru sekitar 60 ribu hektare," kata dia.
Menurut dia, bila infrastruktur irigasi sudah terbangun dan dengan luas areal panen padi di Merauke saat ini sudah bisa membuat Papua swasembada beras.
"Saat ini di Merauke lahan tanamnya baru sekitar 42.000 hektare, kalau dalam setahun kita bisa tanam tiga kali maka Papua bisa swasembada beras. Di Merauke tipenya lahan tadah hujan, jadi kalau tersedia air yang cukup," kata dia.
Mengenai Sumber Daya Manusia (SDM), Siriwa menyebut hal tersebut bukan menjadi kendal utama karena sudah banyak bantuan mekanisasi yang diberikan negara melalui Kementerian Pertanian.
Menurut dia kini petani di Papua sudah tergolong moderen karena sejak proses tanam hingga pengeringan gabah sudah dilakukan dengan mesin.
"Sekarang dukungan alat pertanian di Papua (2014 hingga 2018) sudah ada sekitar 2.400 unit melalui dukungan APBN. Jenis alatnya mulai dari pengolahan lahan sampai panen, bahkan hingga pengeringan gabah," kata Siriwa.