Biak (ANTARA) - Bupati Kabupaten Biak Numfor, Papua, Herry Ario Naap sedang menyiapkan strategi kebijakan pembangunan sektor pendidikan di daerah dalam upaya mencetak Generasi Emas Papua 2045 yang religius, berkarakter dan berbudaya serta memiliki kecerdasan Intelligence Quotient (IQ).

"Untuk menjadikan anak Biak memiliki kecerdasan untuk generasi emas Indonesia 2045, maka dibutuhkan peran orang tua untuk memperhatikan tumbuh kembang anak, pimpinan organisasi perangkat daerah, anggota DPRD serta pemangku kepentingan pendidikan lainnya," kata Herry pada Seminar Nasional Biak Religius Berkarakter dan Berbudaya Menyiapkan Generasi Emas 2045 di Biak, Kamis.

Ia mengakui setiap anak akan memiliki kecerdasan yang majemuk, yakni kecerdasan intelektual (IQ) maupun kecerdasan emosional (Emotional Quotient/EQ).

Bupati mengharapkan Generasi Emas 2045 Biak Numfor juga menguasai teknologi sehingga dapat menghadapi persaingan global di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Herry mengingatkan generasi milenial Kabupaten Biak Numfor diharapkan dapat bersaing dalam menuju generasi emas Indonesia 2045 supaya dapat menghindari penyalahgunaan minuman beralkohol dan narkoba.

"Untuk mencetak Generasi Emas 2045 maka sektor pendidikan memegang peranan penting dalam kebijakan daerah yang tertuang dalam visi Biak religius berkarakter dan berbudaya," katanya.

Sedangkan hal lain juga menjadi perhatian program pemerintah dalam mencetak generasi emas Indonesia 2045, menurut Bupati, adalah sektor kesehatan terutama dalam memperhatikan pemenuhan asupan gizi untuk fase 1.000 hari kehidupan pertama.

Dalam pemaparan lain Herry Naap mengutip teori Pendidikan Universitas Harvard Amerika Serikat Profesor Howard Gardner bahwa terdapat sembilan aspek kecerdasan seorang anak (multiple intelligences).

Sembilan kriteria kecerdasan anak, menurut Herry Naap, diantaranya anak memiliki kecerdasan musikal karena anak mudah sekali mengikuti dan mengingat lagu.

"Cara melatihnya adalah dengan mendengarkan musik dan bernyanyi. Mengajarkan anak menyanyikan lagu-lagu sederhana sesuai usia mereka. Melakukan pekerjaan dengan bernyanyi, misalnya saat mandi dan bangun pagi," katanya.

Sedangkan kecerdasan kedua adalah intrapersonal yang berkaitan dengan kemampuan daya tahan, untuk tidak mudah jatuh (down), gigih berusaha, tidak minder. misalnya ketika mengikuti perlombaan, tampil depan umum.

Cara melatih kecerdasan intrapersonal dengan mengajarkan anak untuk terbiasa berada dalam sebuah kelompok dan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya.

Kriteria lain dimiliki anak, kata Bupati, adalah kecerdasan interpersonal (sosial) yang berkaitan dengan kemampuan anak beradaptasi, bekerjasama, berelasi dengan lingkungan teman sebaya dan orang di sekitarnya.

Cara melatihnya adalah dengan memberi kesempatan si kecil untuk sering ditemani bergaul bersama teman-teman sebaya, bermain dan berkomunikasi pada anak- anak seusianya.

Syarat lain anak menjadi cerdas adalah kecerdasan visual spasial, yakni kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan memahami pandang ruang. Anak mampu membedakan posisi dan letak serta membayangkan ruang, di kanan, kiri, atas, bawah, depan, belakang dan samping.

Kecerdasan natural (alam), menurut Herry Naap, dimana anak diperkenalkan dengan lingkungan hidup selain manusia, yaitu binatang, tumbuhan dan beraneka suasana alam, misalnya sesekali ajak anak memberi makan pada ikan atau ke kebun binatang, mengunjungi taman flora dan bermain di alam terbuka.

Ia menyebut kemampuan lain anak adalah kecerdasan kinestetik tubuh anak memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan tubuh, misalkan gerakan tubuh saat berdoa, menggambar, melompat hingga berlari dan olahraga yang menggerakkan tubuh, menari, senam dan sebagainya.

Sedangkan anak juga harus memiliki kecerdasan moral yaitu kepekaan anak untuk meresap kepatuhan dalam berperilaku yang baik, misalnya tahu mengucapkan terimakasih, maaf, permisi dan membedakan perbuatan baik dan buruk.

Kecerdasan verbal linguistik anak, menjadikan kriteria lain anak dapat berbicara dan menceritakan suatu kejadian yang dilihatnya dengan mudah, terangkai dengan baik dan kronologis, dan kejadian tidak melompat lompat.

"Anak juga harus mempunyai kecerdasan logika matematika. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan anak untuk memahami persoalan dan memecahkan teori sederhana yang berkaitan dengan angka," ujarnya.

Seminar Nasional bertemakan Menatap 2045 Indonesia yang religius, berkarakter dan berbudaya menampilkan tiga narasumber diantaranya mantan Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Prof Dr Jhon Titaley, Ketua Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi XIV Papua dan Papua Barat Dr Suriel Mofu M.Phil serta Bupati Biak Herry Ario Naap dengan moderator Sekretaris Badan Pendapatan Daerah Kamaruddin S.Pd.*

Pewarta : Muhsidin
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024