Timika (ANTARA) - Pengurus organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Mimika, Provinsi Papua mendesak Bupati Eltinus Omaleng agar menyediakan alat pelindung diri (APD) yang memadai bagi petugas kesehatan yang akan menangani perawatan pasien terpapar virus corona baru atau COVID-19.

"Kalau sampai terjadi ada kasus COVID-19 positif di Mimika, suka atau tidak suka kami petugas kesehatan yang ada harus bisa menangani. Cuma untuk melakukan itu kami memerlukan alat perang. APD harus disiapkan, termasuk juga rapid test. Kami sudah membicarakan itu dengan bupati dan beliau siap mendukung itu," kata Ketua IDI Mimika Dr Leonard Pardede di Timika, Kamis.

Berdasarkan laporan dari pihak RSUD Mimika selaku salah satu rumah sakit rujukan untuk penanganan dan perawatan pasien terduga terpapar COVID-19, pakaian pelindung sekali pakai (biological hazard) yang sudah disiapkan sebanyak 100 unit.

Pakaian tersebut akan digunakan oleh petugas medis setiap kali bertemu untuk merawat pasien terduga terpapar COVID-19.

Leonard mengapresiasi langkah cepat yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan setempat yang telah memesan peralatan rapid test maupun APD yang siap didatangkan dalam pekan ini ke Timika.

IDI akan berkoordinasi dengan Pelaksana Tugas Kepala Dinkes Mimika Reynold Ubra bersama Direktur RSUD Mimika Dr Anthonius Pasulu untuk menentukan orang-orang yang akan dilakukan pemeriksaan cepat dengan peralatan rapid test tersebut.

"Semakin banyak yang kita periksa rapid test-nya, kalau seandainya positif terjangkit COVID-19 maka orang tersebut harus diisolasi walaupun tanpa gejala. Test ini tentunya dilakukan kepada orang yang terindikasi. Setelah itu akan dikonfirmasi lagi dengan pemeriksaan swab," jelas Leonard.

Saat ini di Mimika terdapat sebanyak 167 tenaga dokter (sudah termasuk dokter spesialis) yang tersebar pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari Puskesmas, klinik, rumah sakit baik pemerintah maupun swasta, termasuk fasilitas kesehatan milik PT Freeport Indonesia.

Leonard mengatakan penanganan pasien terduga terpapar COVID-19 memerlukan kewaspadaan tinggi dengan mengenakan pakaian pelindung diri yang memadai agar tidak jatuh korban, termasuk di kalangan petugas medis.

Pengalaman di tempat lain seperti di Jakarta, Bandung dan lainnya dimana ada sejumlah tenaga dokter ikut menjadi korban pandemi COVID-19 menjadi pembelajaran penting bagi petugas medis di daerah-daerah.

"Pengalaman teman-teman sejawad yang telah pergi mendahului kita itu perlu kita evaluasi bagaimana kinerja mereka. Kalau melihat pekerjaan tenaga medis di Wuhan China, mereka sangat savety. Pakaiannya berlapis-lapis, apakah kita sudah siap seperti itu? Mudah-mudahan saja barangnya tersedia," harap Leonard.

Menyinggung tentang banyaknya peralatan rapid test yang kini dijual dan dipromosikan melalui media sosial, Leonard mengaku tidak berani menyimpulkan apakah peralatan tersebut standar atau tidak.

"Kami serahkan sepenuhnya kepada Dinkes Mimika untuk membelanjakan peralatan rapid test. Kalau di tempat-tempat lain disediakan juga, silakan saja, itukan sifatnya personal. Apakah akurasinya bagus atau tidak, saya tidak bisa memastikan. Kalau peralatan standar akurasinya bisa mencapai 95 persen. Tapi tetap gold standardnya melalui pemeriksaan swab. Setelah rapid test positif baru dilakukan pemeriksaan swab, kalau negatif tidak perlu diperiksa swabnya," jelas Leonard.

Hingga kini Gugus Tugas Pencegahan, Pengendalian dan Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Kabupaten Mimika melaporkan belum ada satupun warga di wilayah itu yang positif tertular COVID-19.

Sejauh ini RSUD Mimika menyatakan satu pasien yaitu balita berusia 1 tahun 11 bulan dinyatakan sebagai orang dalam pemantauan (ODP).

Pewarta : Evarianus Supar
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024