Jayapura (ANTARA) - Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Merauke mencatat sepanjang masa pandemi di semester I 2020, telah memfasilitasi ekspor minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) sebanyak empat kali.
"Masing-masing dua kali sertifikasi ekspor CPO dengan total 6.300 ton senilai Rp51,6 miliar di bulan Juni, dilanjutkan pada bulan April disertifikasi sebanyak dua kali, dengan total volume 6.801 ton atau senilai Rp111 miliar. Dan di bulan Juni tercatat 5.951 ton dengan nilai Rp35,6 miliar," kata Kepala Karantina Pertanian Merauke, Sudirman ketika dihubungi dari Kota Jayapura, Rabu.
Hal ini merupakan signal positif, walaupun di masa pembatasan sehingga berkurangnya jadwal moda transportasi namun sektor pertanian di Kabupaten Merauke tetap berproduksi bahkan tetap bisa memasok pasar ekspor.
“Seluruh komoditas pertanian yang diekspor telah melalui serangkaian tindakan karantina pertanian agar dapat dipastikan sehat, aman dan sesuai dengan persyaratan teknis negara tujuan,” katanya mengaku usai melakukan monitoring tindakan karantina pertanian terhadap 7.351 ton CPO yang akan diekspor ke India dengan menumpang Kapal Sinosea Cherry.
Menurut Sudirman, komoditas ekspor dengan nilai ekonomi sebesar Rp55,98 miliar ini milik PT BIA dan merupakan pengiriman perdana di bulan Juli atau paska diberlakukannya era adaptasi kebiasaan baru.
"Semoga dengan dibukanya secara bertahap pembatasan akibat pandemi ini, transportasi menjadi lancar, kapal tersedia dan ekspor dapat kita pacu lagi,” kata Sudirman.
Sementara itu, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Merauke, Ali Jamil mengemukakan bahwa Kabupaten Merauke merupakan salah satu wilayah Indonesia yang berpotensi besar untuk terus dikembangkan produk unggulan ekspornya.
Dengan ketersediaan lahan yang luas, keragaman produk, dan peluang pangsa pasar yang strategis serta dukungan dari seluruh stakeholder, tidak menutup kemungkinan roda perekonomian Merauke akan terus bertumbuh dengan baik.
"Sejalan dengan program strategis yang digiatkan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dalam meningkatkan kinerja ekspor sektor pertanian, Badan Karantina Pertanian (Barantan) yang berperan selaku fasilitator pertanian di perdagangan internasional melakukan langkah operasional berupa peningkatan sinergisitas," katanya.
Tidak hanya dengan instansi terkait dan pemerintah daerah namun juga kerjasama dengan pelaku usaha dan petani.
Bimbingan teknis pemenuhan persyaratan sanitari dan fitosanitari guna meningkatkan akseptabilitas produk pertanian ekspor, penyediaan klinik ekspor juga dengan memberikan percepatan dan digitalisasi layanan.
"Tentunya upaya memacu ekspor menjadi tugas bersama," kata Ali Jamil.
Jamil menyebutkan, berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan pertanian selama semester I 2020 surplus sebesar Rp55,09 triliun. Dan komoditas perkebunan menyumbang paling banyak yakni sebear Rp138,76 triliun, dengan andalan kelapa sawit, karet dan kakao.
Sementara disusul dari tanaman pangan menyumbang Rp52,07 triliun, hortikultura Rp11,81 triliun dan peternakan Rp20 triliun.
"Capaian ini harus kita jaga bersama, dari hulu hingga hilir karena ekspor bukan hanya soal jumlah namun ada kebanggaan atau ‘pride’ di sana. Ini pesan Mentan,” katanya.
"Masing-masing dua kali sertifikasi ekspor CPO dengan total 6.300 ton senilai Rp51,6 miliar di bulan Juni, dilanjutkan pada bulan April disertifikasi sebanyak dua kali, dengan total volume 6.801 ton atau senilai Rp111 miliar. Dan di bulan Juni tercatat 5.951 ton dengan nilai Rp35,6 miliar," kata Kepala Karantina Pertanian Merauke, Sudirman ketika dihubungi dari Kota Jayapura, Rabu.
Hal ini merupakan signal positif, walaupun di masa pembatasan sehingga berkurangnya jadwal moda transportasi namun sektor pertanian di Kabupaten Merauke tetap berproduksi bahkan tetap bisa memasok pasar ekspor.
“Seluruh komoditas pertanian yang diekspor telah melalui serangkaian tindakan karantina pertanian agar dapat dipastikan sehat, aman dan sesuai dengan persyaratan teknis negara tujuan,” katanya mengaku usai melakukan monitoring tindakan karantina pertanian terhadap 7.351 ton CPO yang akan diekspor ke India dengan menumpang Kapal Sinosea Cherry.
Menurut Sudirman, komoditas ekspor dengan nilai ekonomi sebesar Rp55,98 miliar ini milik PT BIA dan merupakan pengiriman perdana di bulan Juli atau paska diberlakukannya era adaptasi kebiasaan baru.
"Semoga dengan dibukanya secara bertahap pembatasan akibat pandemi ini, transportasi menjadi lancar, kapal tersedia dan ekspor dapat kita pacu lagi,” kata Sudirman.
Sementara itu, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Merauke, Ali Jamil mengemukakan bahwa Kabupaten Merauke merupakan salah satu wilayah Indonesia yang berpotensi besar untuk terus dikembangkan produk unggulan ekspornya.
Dengan ketersediaan lahan yang luas, keragaman produk, dan peluang pangsa pasar yang strategis serta dukungan dari seluruh stakeholder, tidak menutup kemungkinan roda perekonomian Merauke akan terus bertumbuh dengan baik.
"Sejalan dengan program strategis yang digiatkan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dalam meningkatkan kinerja ekspor sektor pertanian, Badan Karantina Pertanian (Barantan) yang berperan selaku fasilitator pertanian di perdagangan internasional melakukan langkah operasional berupa peningkatan sinergisitas," katanya.
Tidak hanya dengan instansi terkait dan pemerintah daerah namun juga kerjasama dengan pelaku usaha dan petani.
Bimbingan teknis pemenuhan persyaratan sanitari dan fitosanitari guna meningkatkan akseptabilitas produk pertanian ekspor, penyediaan klinik ekspor juga dengan memberikan percepatan dan digitalisasi layanan.
"Tentunya upaya memacu ekspor menjadi tugas bersama," kata Ali Jamil.
Jamil menyebutkan, berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan pertanian selama semester I 2020 surplus sebesar Rp55,09 triliun. Dan komoditas perkebunan menyumbang paling banyak yakni sebear Rp138,76 triliun, dengan andalan kelapa sawit, karet dan kakao.
Sementara disusul dari tanaman pangan menyumbang Rp52,07 triliun, hortikultura Rp11,81 triliun dan peternakan Rp20 triliun.
"Capaian ini harus kita jaga bersama, dari hulu hingga hilir karena ekspor bukan hanya soal jumlah namun ada kebanggaan atau ‘pride’ di sana. Ini pesan Mentan,” katanya.