Jakarta (ANTARA) - Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengatakan penularan virus SARS-CoV-2 penyebab pandemik corona virus disease 2019 (COVID-19) melalui perantara manusia.

"COVID-19 berbahaya. Tetapi manusia yang membawa COVID-19 atau sebagian carrier itu jauh lebih berbahaya," kata Doni dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Minggu.

Hal itu juga  disampaikan Doni dalam Rakor dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Sumatera Utara di Medan, Sumatera Utara, Jumat (25/9).

Upaya menegakkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan adalah hal yang wajib dilakukan.

Doni Monardo yang juga menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menuturkan setiap manusia berpotensi menulari maupun tertular virus corona jenis baru itu, dan itu lebih berbahaya.

"Yang berisiko adalah tanpa diketahui dia adalah carrier atau pembawa virus. Inilah yang berbahaya," ujar Doni.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo juga telah memberikan imbauan dan penegasan tentang pentingnya 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mencuci tangan dengan sabun.

Doni menuturkan hingga saat ini, menjaga jarak dan menghindari kerumunan adalah hal yang masih sulit dilakukan di beberapa daerah. Oleh karenanya, diperlukan upaya kolektif dalam menegakkan 3M tersebut.

"Inilah yang harus kita sadari bahwa setiap saat setiap detik, disiplin adalah harga mati. Sedikit saja kita lengah, kita abai dengan protokol kesehatan, maka kita akan mudah terpapar," tuturnya.

Menurut Doni, setiap wilayah yang telah memiliki penderita atau pasien COVID-19 menjadi wilayah yang tidak lagi aman. Oleh sebab itu, kesadaran masyarakat akan bahaya COVID-19 dan pemahaman bahwa penyakit yang menyerang sistem pernafasan itu benar-benar nyata dan bukan rekayasa.

"Dalam masa pandemi ini, tidak ada sejengkal tanah pun di wilayah yang telah menjadi status pandemi menjadi aman. Tidak ada. Oleh karena itu kita harus selalu waspada tidak boleh lengah," ujar Doni.

Berdasarkan hasil beberapa survei termasuk dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan pada Juli 2020, banyak sekali masyarakat yang menganggap bahwa mereka tidak akan terkena COVID-19 dan COVID-19 itu tidak ada. Padahal secara global, korban meninggal COVID-19 telah mencapai satu juta jiwa dan hampir setara dengan korban Perang Dunia I.

"COVID-19 ini nyata. Bahwa COVID-19 ini bukan rekayasa. Bahwa COVID-19 ini bukan konspirasi,” tutur Doni.

Doni mengapresiasi adanya penegakan disiplin kesadaran perilaku yang dilakukan di daerah seperti memberikan sanksi kepada mereka yang melanggar protokol kesehatan.

Akan tetapi pendisiplinan itu hanya akan berjalan apabila ada petugas yang mengawasi, padahal COVID-19 mengancam selama 24 jam. Untuk itu, disiplin penerapan protokol kesehatan harus dimulai dari diri sendiri dan komitmen komunitas.

"Kalau kita tidak punya semangat untuk melakukan perubahan perilaku, maka dampak yang akan terjadi pasti akan tinggi. Tetapi kalau seluruhnya memiliki komitmen yang sama untuk taat kepada protokol kesehatan, maka kita bisa menekan kasus," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, BNPB sebagai Satgas Penanganan COVID-19 juga memberikan bantuan kepada Pemerintah Sumatera Utara untuk penanganan COVID-19. Bantuan tersebut diserahkan secara simbolis dari Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Doni Monardo kepada Gubernur Sumatera Utara Eddy Rachmayadi.

Bantuan tersebut berupa dua unit ventilator, dua disinfectan spryer, lima thermometer gun, 10 jerigen handsanitizer, 50 alat pelindung diri (APD) hazmat, 2.000 face shield, 10.000 lembar masker respirator KN95, 30.000 lembar masker non medis dan masker kain sebanyak 200.000 lembar.
 

Pewarta : Martha Herlinawati S
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024