Jayapura (ANTARA) - Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua menyebut lima SMA swasta di wilayahnya dijadikan sekolah percontohan dalam penerapan sistem kredit semester (SKS).
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua Christian Sohilait di Jayapura, Rabu mengatakan kelima sekolah yang melaksanakan program SKS itu adalah SMA YPPK Taruna Dharma, SMA YPPK Taruna Bhakti, SMA Gabungan, SMA Kristen Kalam Kudus dan SMA Hikmah Yapis.
"Untuk di Papua sendiri, dari 237 SMA di seluruh Papua, kami baru melakukan uji coba atau pilot percontohan pada lima sekolah," katanya.
Menurut Christian, keistimewaan dari program ini adalah membentuk para siswa untuk lebih cepat menyelesaikan studi atau pendidikan, hal tersebut karena penerapan SKS yang diterapkan sama seperti di perguruan tinggi.
"Minimal bisa menyelesaikan studi dua tahun jika memiliki kemampuan baik dan bisa mengambil mata pelajaran di atasnya, namun jika tidak, maka bisa menyelesaikan studi empat tahun. Hal ini dikarenakan sistem SKS, sehingga tidak seperti sistem naik kelas," ujarnya.
Dia menjelaskan dengan program SKS ini tentu membantu anak-anak untuk lebih berinovasi dan mampu mengeluarkan kemampuannya. Karena jika dilihat sistem pelajaran, meskipun anak tersebut pintar, tetap berada di kelas satu dan tidak bisa menyaingi anak-anak yang berada di atasnya.
"Sistem SKS ini, memang masih uji coba, sehingga tidak dipungkiri terjadi kekurangan di sana dan sini. Hal tersebut tentu sangat manusiawi, kelemahannya tentu seperti kekurangan guru, tetapi ada perangkat fasilitas pendukung yang diberikan dan anak sekolah dipaksakan untuk menyesuaikan dengan sistem baru," katanya.
Dia menambahkan pihaknya bersyukur, karena lima sekolah itu bisa melaksanakan uji coba SKS tersebut, dan hal itu akan dilaporkan kepada Kemendikbud, sehingga ke depan jika ada sekolah-sekolah yang sudah siap, maka akan didorong untuk melakukan uji coba.
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua Christian Sohilait di Jayapura, Rabu mengatakan kelima sekolah yang melaksanakan program SKS itu adalah SMA YPPK Taruna Dharma, SMA YPPK Taruna Bhakti, SMA Gabungan, SMA Kristen Kalam Kudus dan SMA Hikmah Yapis.
"Untuk di Papua sendiri, dari 237 SMA di seluruh Papua, kami baru melakukan uji coba atau pilot percontohan pada lima sekolah," katanya.
Menurut Christian, keistimewaan dari program ini adalah membentuk para siswa untuk lebih cepat menyelesaikan studi atau pendidikan, hal tersebut karena penerapan SKS yang diterapkan sama seperti di perguruan tinggi.
"Minimal bisa menyelesaikan studi dua tahun jika memiliki kemampuan baik dan bisa mengambil mata pelajaran di atasnya, namun jika tidak, maka bisa menyelesaikan studi empat tahun. Hal ini dikarenakan sistem SKS, sehingga tidak seperti sistem naik kelas," ujarnya.
Dia menjelaskan dengan program SKS ini tentu membantu anak-anak untuk lebih berinovasi dan mampu mengeluarkan kemampuannya. Karena jika dilihat sistem pelajaran, meskipun anak tersebut pintar, tetap berada di kelas satu dan tidak bisa menyaingi anak-anak yang berada di atasnya.
"Sistem SKS ini, memang masih uji coba, sehingga tidak dipungkiri terjadi kekurangan di sana dan sini. Hal tersebut tentu sangat manusiawi, kelemahannya tentu seperti kekurangan guru, tetapi ada perangkat fasilitas pendukung yang diberikan dan anak sekolah dipaksakan untuk menyesuaikan dengan sistem baru," katanya.
Dia menambahkan pihaknya bersyukur, karena lima sekolah itu bisa melaksanakan uji coba SKS tersebut, dan hal itu akan dilaporkan kepada Kemendikbud, sehingga ke depan jika ada sekolah-sekolah yang sudah siap, maka akan didorong untuk melakukan uji coba.