New York (ANTARA) - Dolar jatuh untuk hari ketiga berturut-turut pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor mencari mata uang berimbal hasil lebih tinggi, ketika data AS yang lebih baik dari perkiraan dan berlanjutnya optimisme tentang paket stimulus besar-besaran mendorong harapan pemulihan ekonomi terbesar di dunia itu.
Euro, di sisi lain, menguat terhadap dolar yang melemah secara keseluruhan, bahkan ketika Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde memperingatkan tentang lonjakan baru infeksi COVID-19 dan prospek pembatasan berkepanjangan yang dapat menantang prospek ekonomi kawasan.
ECB, yang mempertahankan suku bunga stabil pada Kamis (21/1/2021), juga berjanji untuk memberikan lebih banyak dukungan bagi perekonomian jika diperlukan.
Pasar valas menunjukkan sedikit reaksi terhadap komentar Lagarde, karena pelaku pasar terus fokus pada apa yang tampak seperti prospek ekonomi global yang membaik dan paket stimulus AS hampir dua triliun dolar AS yang diusulkan oleh pemerintahan baru Presiden Demokrat Joe Biden.
Pada Kamis (21/1/2021) data AS menunjukkan ekonomi perlahan-lahan mendapatkan traksi, dengan klaim pengangguran awal sedikit lebih baik dari perkiraan, data pembangunan perumahan positif, dan indeks pabrik yang lebih tinggi untuk kawasan Mid-Atlantik.
"Di seluruh pasar-pasar aset, optimisme tentang pertumbuhan tinggi dan menurut saya itu tepat," kata Manajer Portofolio Pendapatan Tetap Global Brandywine Global Investment Management, Anujeet Sareen, di Philadelphia.
"Kami melihat dolar melemah karena pertumbuhan global akan menjadi lebih baik, neraca perdagangan memburuk, dan Federal Reserve akan mempertahankan kebijakan moneternya yang longgar," tambahnya.
Dolar biasanya merugi terhadap rekan-rekan utamanya pada saat ekspansi global, ketika investor cenderung mengambil lebih banyak risiko.
Dalam perdagangan sore hari, indeks dolar turun 0,3 persen menjadi 90,103, setelah menyentuh level tertinggi hampir satu bulan di 90,956 pada Senin (18/1/2021).
Euro menguat 0,5 persen terhadap dolar menjadi 1,2163 dolar, juga naik 0,5 persen terhadap yen menjadi 125,92 yen.
Kepala Strategi Valas Global TD Securities, Mark McCormick, mencatat ada pergeseran untuk euro yang lebih rendah terhadap dolar karena penundaan vaksinasi di zona euro dibandingkan dengan Amerika Serikat.
“Penundaan ini akan menyebabkan waktu yang lebih lambat untuk kekebalan kelompok. Sisi negatif pasar adalah hal itu juga cenderung berdampak langsung pada tren mobilitas dan pertumbuhan," tulis McCormick dalam catatan penelitian.
Greenback juga turun terhadap mata uang yang terkait dengan harga-harga komoditas seperti dolar Australia, Kanada, dan Selandia Baru.
Sterling juga menetapkan di level tertinggi baru 2,5 tahun terhadap dolar dan tertinggi baru delapan bulan terhadap euro di tengah harapan langkah cepat vaksinasi COVID-19 Inggris akan mengarah pada rebound yang relatif lebih cepat dalam pertumbuhan ekonomi.
Banyak analis secara keseluruhan memperkirakan dolar akan melanjutkan tren turunnya, yang membuatnya kehilangan hampir tujuh persen pada tahun lalu.
Di pasar mata uang kripto, bitcoin anjlok 9,1 persen menjadi 32.247 dolar, mundur lebih jauh dari rekor tertinggi, saat para pedagang mengutip kekhawatiran regulasi AS yang lebih ketat.
Euro, di sisi lain, menguat terhadap dolar yang melemah secara keseluruhan, bahkan ketika Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde memperingatkan tentang lonjakan baru infeksi COVID-19 dan prospek pembatasan berkepanjangan yang dapat menantang prospek ekonomi kawasan.
ECB, yang mempertahankan suku bunga stabil pada Kamis (21/1/2021), juga berjanji untuk memberikan lebih banyak dukungan bagi perekonomian jika diperlukan.
Pasar valas menunjukkan sedikit reaksi terhadap komentar Lagarde, karena pelaku pasar terus fokus pada apa yang tampak seperti prospek ekonomi global yang membaik dan paket stimulus AS hampir dua triliun dolar AS yang diusulkan oleh pemerintahan baru Presiden Demokrat Joe Biden.
Pada Kamis (21/1/2021) data AS menunjukkan ekonomi perlahan-lahan mendapatkan traksi, dengan klaim pengangguran awal sedikit lebih baik dari perkiraan, data pembangunan perumahan positif, dan indeks pabrik yang lebih tinggi untuk kawasan Mid-Atlantik.
"Di seluruh pasar-pasar aset, optimisme tentang pertumbuhan tinggi dan menurut saya itu tepat," kata Manajer Portofolio Pendapatan Tetap Global Brandywine Global Investment Management, Anujeet Sareen, di Philadelphia.
"Kami melihat dolar melemah karena pertumbuhan global akan menjadi lebih baik, neraca perdagangan memburuk, dan Federal Reserve akan mempertahankan kebijakan moneternya yang longgar," tambahnya.
Dolar biasanya merugi terhadap rekan-rekan utamanya pada saat ekspansi global, ketika investor cenderung mengambil lebih banyak risiko.
Dalam perdagangan sore hari, indeks dolar turun 0,3 persen menjadi 90,103, setelah menyentuh level tertinggi hampir satu bulan di 90,956 pada Senin (18/1/2021).
Euro menguat 0,5 persen terhadap dolar menjadi 1,2163 dolar, juga naik 0,5 persen terhadap yen menjadi 125,92 yen.
Kepala Strategi Valas Global TD Securities, Mark McCormick, mencatat ada pergeseran untuk euro yang lebih rendah terhadap dolar karena penundaan vaksinasi di zona euro dibandingkan dengan Amerika Serikat.
“Penundaan ini akan menyebabkan waktu yang lebih lambat untuk kekebalan kelompok. Sisi negatif pasar adalah hal itu juga cenderung berdampak langsung pada tren mobilitas dan pertumbuhan," tulis McCormick dalam catatan penelitian.
Greenback juga turun terhadap mata uang yang terkait dengan harga-harga komoditas seperti dolar Australia, Kanada, dan Selandia Baru.
Sterling juga menetapkan di level tertinggi baru 2,5 tahun terhadap dolar dan tertinggi baru delapan bulan terhadap euro di tengah harapan langkah cepat vaksinasi COVID-19 Inggris akan mengarah pada rebound yang relatif lebih cepat dalam pertumbuhan ekonomi.
Banyak analis secara keseluruhan memperkirakan dolar akan melanjutkan tren turunnya, yang membuatnya kehilangan hampir tujuh persen pada tahun lalu.
Di pasar mata uang kripto, bitcoin anjlok 9,1 persen menjadi 32.247 dolar, mundur lebih jauh dari rekor tertinggi, saat para pedagang mengutip kekhawatiran regulasi AS yang lebih ketat.