Jayapura (ANTARA) -
PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading Maluku Papua menyampaikan aplikasi MyPertamina merupakan solusi tepat bagi pengendara roda empat sehingga penyaluran subsidi bahan bakar minyak (BBM) bisa tepat sasaran di Bumi Cenderawasih.

Executive General Manager Pertamina Regional Papua Maluku, I Ketut Permadi Arya Kuumara di Jayapura, Jumat, mengatakan untuk wilayahnya sendiri pihaknya masih berkoordinasi dengan pusat karena harus melihat infrastruktur yang ada.
 
"Jadi kami kini fokus pada penentuan koordinasi dengan pihak pemerintah daerah untuk juga bisa mendapatkan dukungan dalam pelaksanaannya," katanya.

Menurut Ketut, pihaknya juga akan terus mensosialisasikan kepada masyarakat, mengenai nanti proses pendaftaran, agar ke depannya tidak ada pemahaman yang keliru terhadap program ini.
 
"Untuk tahap awal kami akan utamakan daerah-daerah yang infrastrukturnya sudah cukup baik," ujarnya.
 
Dia menjelaskan seperti di Kota Jayapura, kemudian Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika dan beberapa daerah yang infrastruktur jaringannya sudah memungkinkan.
 
"Jadi memang yang menjadi latar belakang kenapa program tersebut kemudian berjalan, agar subsidi ini benar-benar bisa tepat sasaran di Papua apalagi kini terlihat antrean panjang di SPBU," kata Ketut.
 
Dia menambahkan hadirnya MyPertamina juga menjaga daya beli masyarakat dengan tidak menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi terutama dengan kondisi tekanan global yang luar biasa besar saat ini.
 
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya Pertamina Patra Niaga mendorong masyarakat untuk mendaftarkan kendaraan ke dalam laman MyPertamina sebagai syarat membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di SPBU mulai 1 Juli 2022.

Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan aplikasi digital itu berfungsi untuk mendata masyarakat agar penyaluran BBM bersubsidi ke depan bisa lebih tepat sasaran.

"Kami menyiapkan platform digital MyPertamina untuk membantu pencatatan orang-orang yang membeli BBM subsidi. Jadi ke depan, pencatatan data ini bisa digunakan untuk menetapkan kebijakan subsidi energi bersama pemerintah," kata Irto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (30/6).

Penggunaan platform itu, kata dia, juga merupakan upaya pencegahan potensi terjadinya penyelewengan atau kasus penyalahgunaan BBM bersubsidi di lapangan.

Irto mengungkapkan BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar saat ini masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat golongan menengah ke atas dengan komposisi hampir 60 persen terkaya menikmati hampir dari 80 persen dari total konsumsi BBM subsidi. Sedangkan masyarakat miskin dan rentan atau 40 persen terbawah hanya menikmati sekitar 20 persen dari BBM bersubsidi tersebut.
 

Pewarta : Qadri Pratiwi
Editor : Hendrina Dian Kandipi
Copyright © ANTARA 2024