Jayapura (ANTARA) -
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua melalui Dinas Kesehatan setempat meminta kepada puskesmas agar gencar melakukan sosialisasi bahaya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) kepada warga, mengingat saat ini beberapa daerah di Bumi Cenderawasih mengalami dampak kekeringan.
 
Untuk itu, menurut Kepala Bidang Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit (Kabid P2P) Dinas Kesehatan Papua Arinius Weya di Jayapura, Kamis, kapasitas petugas puskesmas perlu ditingkatkan sehingga sosialisasi yang diberikan bisa tersampaikan dengan jelas ke masyarakat.
 
“Dalam penanggulangan ISPA kami akan mengadakan lokakarya peningkatan kapasitas kepada petugas puskesmas dan melakukan update data,” katanya.
 
Menurut Arinius, pasca-terbentuknya Daerah Otonomi Baru (DOB) banyak data-data yang belum diperbaharui. Karena itu selain lokakarya,  pihaknya juga akan melihat kembali program-program penanggulangan ISPA mana saja yang perlu dievaluasi.
 
“Berdasarkan data kami perkembangan ISPA pada 2022 dilaporkan terjadi pada lima kabupaten/kota yakni Kabupaten Jayapura terdapat 1.511 kasus, Biak ada 374 kasus disusul Sarmi 198 kasus, Kota Jayapura 131 kasus, dan Keerom 7 kasus,” ujarnya.
 
Sementara itu sampai dengan Juni 2023, kata dia, kasus ISPA pada balita dilaporkan ada pada 3 kabupaten/kota yakni Kabupaten Jayapura 124 kasus, lalu Kabupaten Biak 220 kasus ,dan Kota Jayapura ada 242 kasus.
 
“Untuk itu kami berharap agar puskesmas yang bersentuhan langsung dengan masyarakat ini bisa mensosialisasikan bahayanya ISPA, dimana dengan menjaga pola makan serta kebiasaan hidup sehingga dapat mencegah terjadinya ISPA,” katanya.
 
Untuk itu pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat, khususnya yang memiliki balita agar memberikan ASI eksklusif selama enam bulan, kemudian menjaga kecukupan gizi, serta jangan lupa rajin minum air putih.

Pewarta : Qadri Pratiwi
Editor : Muhsidin
Copyright © ANTARA 2024