Jayapura (ANTARA) - Akademisi Universitas Cenderawasih Prof Dr Elsyan Rienette Marlissa mengatakan, menurunnya daya beli masyarakat dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya pengangguran.
Memang benar bila penurunan daya beli masyarakat terus berlangsung dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya pengangguran akibat para pengusaha mengurangi pekerjanya karena menurunnya pendapatan mereka.
"Untuk mengatasi hal itu maka perlu peran serta pemerintah, misalnya dengan tidak menaikkan pajak sehingga diharapkan dapat kembali meningkatkan daya beli masyarakat, sekaligus menghindari terjadinya pemutusan hubungan kerja," kata Prof Dr Elsyan Rienette Marlissa kepada Antara, Kamis.
Dihubungi dari Jayapura, Guru Besar Fakultas Ekonomi Uncen mengakui, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan daya beli masyarakat diantaranya, menurunnya pendapatan sehingga mereka harus menentukan skala prioritas baik untuk belanja barang maupun jasa.
Masyarakat saat ini harus pintar mengelola keuangan mereka agar semua kebutuhan keluarga terpenuhi, kata Prof Dr Elsyan Rienette Marlissa yang juga Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNCEN
Sementara itu, Ketua Assosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Papua Harris Manuputty mengakui, saat ini daya beli masyarakat khususnya di Kota Jayapura mengalami penurunan.
Penurunan daya beli masyarakat hingga berdampak pada pendapatan para pengusaha ritel.
"Para pengusaha ritel yang tergabung dalam Aprindo Papua memang melaporkan penurunan daya beli masyarakat yang terjadi sejak awal tahun 2024, dan penurunan itu berkisar antara 10-20 persen penyebabnya diduga akibat pendapatan masyarakat.
Masyarakat tetap berbelanja kebutuhan namun dengan skala prioritas dan mencari harga yang lebih murah, misalnya kebutuhan minyak goreng sebulan membutuhkan lima liter maka jumlahnya tetap namun yang dibeli harganya relatif lebih murah, jelas Harris Manuputty yang juga menjabat sebagai General Manager SAGA Group.
Memang benar bila penurunan daya beli masyarakat terus berlangsung dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya pengangguran akibat para pengusaha mengurangi pekerjanya karena menurunnya pendapatan mereka.
"Untuk mengatasi hal itu maka perlu peran serta pemerintah, misalnya dengan tidak menaikkan pajak sehingga diharapkan dapat kembali meningkatkan daya beli masyarakat, sekaligus menghindari terjadinya pemutusan hubungan kerja," kata Prof Dr Elsyan Rienette Marlissa kepada Antara, Kamis.
Dihubungi dari Jayapura, Guru Besar Fakultas Ekonomi Uncen mengakui, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan daya beli masyarakat diantaranya, menurunnya pendapatan sehingga mereka harus menentukan skala prioritas baik untuk belanja barang maupun jasa.
Masyarakat saat ini harus pintar mengelola keuangan mereka agar semua kebutuhan keluarga terpenuhi, kata Prof Dr Elsyan Rienette Marlissa yang juga Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNCEN
Sementara itu, Ketua Assosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Papua Harris Manuputty mengakui, saat ini daya beli masyarakat khususnya di Kota Jayapura mengalami penurunan.
Penurunan daya beli masyarakat hingga berdampak pada pendapatan para pengusaha ritel.
"Para pengusaha ritel yang tergabung dalam Aprindo Papua memang melaporkan penurunan daya beli masyarakat yang terjadi sejak awal tahun 2024, dan penurunan itu berkisar antara 10-20 persen penyebabnya diduga akibat pendapatan masyarakat.
Masyarakat tetap berbelanja kebutuhan namun dengan skala prioritas dan mencari harga yang lebih murah, misalnya kebutuhan minyak goreng sebulan membutuhkan lima liter maka jumlahnya tetap namun yang dibeli harganya relatif lebih murah, jelas Harris Manuputty yang juga menjabat sebagai General Manager SAGA Group.