Biak (Antaranews Papua) - Islam Nusantara cerminan dari sikap seorang Muslim dalam mengamalkan ajaran Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) dalam kehidupan sehar-hari, kata Ketua Dewan Mustasyar Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Biak Ustadz Haji Ahmad Burhanulhaq.
"Al Quran sebagai sumber utama agama Islam memuat tiga ajaran, yakni akidah, akhlak/tasawuf, dan syariat," katanya dalam acara "Ngaji Bareng Kebangsaan" yang diselenggarakan Gerakan Pemuda Anshor di Masjid Al Ikhlas Samofa, Minggu.
Ia menyebut akidah atau keyakinan sejumlah ajaran berkaitan dengan apa yang wajib diyakini oleh umat Islam menyangkut eksistensi Allah, malaikat, para utusan, kitab-kitab Allah, dan hari pembalasan.
Ia mengatakan akhlak/tasawuf adalah ajaran yang berintikan "takhalli dan tahalli", yakni membersihkan jiwa dan hati dari sifat-sifat tercela dan menghiasinya dengan sifat terpuji.
Syariat adalah aturan-aturan praktis (al-ahkam al amaliyah) yang mengatur tingkah laku mulai dari peribadatan, pernikahan, transaksi, hingga?hubungan sosial kemasyarakatan.
"Jadi konsep Islam Nusantara di Indonesia bukan sesuatu yang baru tetapi ini sudah dilakukan para wali dan ulama Indonesia ketika memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan perilaku akidah,?akhlak, dan syariat," ujar mantan Ketua MUI Biak periode 2012-2017 itu.
Ustad Burhanulhaq menjelaskan makna Islam Nusantara yang tak lain adalah pemahaman, pengamalan, dan penerapan Islam dalam segmen fiqih mu?amalah sebagai hasil dialektika antara nash, syariat, budaya, dan realita di Bumi Nusantara.
Dalam istilah Islam Nusantara, menurut Ustad Burhanulhaq, tidak ada sentimen benci terhadap bangsa dan budaya negara mana pun, apalagi negara Arab, khususnya Saudi, sebagai tempat kelahiran Islam dan bahasanya menjadi bahasa Al Quran.
"Sebagai umat Islam kita tidak boleh apriori dengan konsep Islam Nusantara yang digagas warga nahdiyin. Dengan Islam Nusantara kita jaga keutuhan dan kedaulatan NKRI," kata dia.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Biak Kamaruddin mengatakan Islam Nusantara bermakna berbeda pendapat dan aliran tetapi manusia diciptakan satu untuk saling mengenal.
Ia mengatakan Islam Nusantara sudah ada di Indonesia sebelum kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Saya tetap menghormati adanya perbedaan pandangan dan sikap seseorang Muslim yang menafsirkan pengertian Islam Nusantara," ujar dia.
Acara "Ngaji Bareng Kebangsaan" digagas Pengurus Cabang Gerakan Pemuda Anshor Biak ditandai dialog dengan narasumber Ketua Dewan Mustasyar NU Cabang Biak Ustads Ahmad Burhanulhaqa dan Ketua MUI Kabupaten Biak Kamaruddin.

