Jakarta (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut (BRG) dan Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) menggagas kehadiran kader jemaat gereja pencinta alam yang diwujudkan melalui Program Green School Gereja Sahabat Alam 2020.
Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRG, Myrna A. Safitri mengatakan kegiatan Gereja Sahabat Alam ini merupakan tindak lanjut kerja sama BRG dan PGI beberapa tahun lalu mengenai peningkatan kapasitas pendeta di wilayah kerja restorasi gambut.
"Sudah ada 104 pendeta peduli gambut yang menjadi mitra BRG. Tujuannya untuk menyebarluaskan pesan perlindungan alam untuk jemaat gereja dengan bahasa keimanan yang kita ketahui,” kata Myrna melalui keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, upaya restorasi gambut perlu juga memasukkan unsur aspek moral keagamaan, alasannya, kerja pemulihan tidak bisa berjalan tanpa ada niat ibadah kepada Tuhan.
"Kerusakan lingkungan yang dihadapi ini karena ulah manusia, untuk itu kebijakan restorasi yang dimulai sejak 2016 menjadi bentuk pertobatan kita bersama atas kerusakan yang terjadi di masa lalu," kata dia.
Saat ini, kata Myrna, BRG melalui dialog dengan para petani juga mengenalkan cara pemanfaatan lahan gambut tanpa bakar dan tanpa bahan kimia.
"Hal tersebut memberi sesuatu yang baik bagi para petani, membuktikan bahwa pertanian masih bisa dilanjutkan tanpa harus takut melanggar hukum," ujar dia.
Sementara itu Ketua Umum PGI, Pendeta (Pdt) Gomar Gultom mengatakan masalah lingkungan telah dibicarakan dalam Sidang Raya PGI 2014 di Nias, Sumatera Utara dan masuk dalam empat keprihatinan selain persoalan kemiskinan, ketidakadilan dan radikalisme.
Mengenai persoalan gambut, menurut dia, perlu pendekatan spiritual untuk memperbaikinya sebab, kerusakan gambut telah mengakibatkan kerugian yang mencapai triliunan rupiah dan kesehatan manusia, hingga kematian.
"Upaya restorasi ini memang butuh waktu panjang, tetapi kalau tidak dimulai sekarang bagaimana mau pulih?" kata dia.
Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan PGI, Pdt. Jimmy Sormin dalam paparannya menyebut kegiatan ini diharapkan tidak hanya menjadi peningkatan literasi jemaat gereja namun, juga bisa menjadi bekal keterampilan.
Dengan pelatihan ini, diharapkan muncul agen perubahan di lingkungan gereja dan gambut di wilayah Nusantara.
Pelatihan Gereja Sahabat Alam ini digelar secara berseri selama tujuh kali pertemuan sejak 25 November hingga 3 Desember 2020 secara daring.