"Ribuan pekerja OAP tersebar di berbagai perusahaan, dari PT Tunas Sawa Erma (TSE), PT Dongin Prabhawa (DP) hingga PT Berkat Cipta Abadi (BCA) yang seluruhnya bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Kabupaten Merauke dan Boven Digoel, Provinsi Papua,"ungkap Direktur Human Resource dan General Affair (HR-GA) TSE Group Ronny Makal dalam keterangan diterima ANTARA,Rabu dinihari.
Ronny mengatakan, jumlah ini lebih banyak dibandingkan ketika pertama kali TSE Group beroperasi di tanah Papua pada 1997.
Saat itu, menurut Ronny, jumlah putra-putri daerah OAP yang bekerja di perusahaan tidak mencapai ratusan orang.
“Sebab, kebanyakan warga putra asli Papua belum terbiasa bekerja di kebun, terutama sawit,”ucap Ronny.
Di sisi lain bekerja di perkebunan sawit, menurut Ronny, memang membutuhkan kemampuan khusus.
"Sedangkan, masih banyak angkatan kerja yang tidak memahami cara mengelola dan mengolah hasil perkebunan,"ujarnya.
Ronny mengatakan, tapi seiring berjalannya waktu ketertarikan masyarakat terhadap kebun sawit mulai meningkat.
Khususnya ketika mereka melihat teman sedaerah yang sudah sukses bekerja di perusahaan sawit TSE Group.
“Mereka melihat ada putra daerah yang berkembang di kebun ini, sehingga mulai tertarik untuk bekerja di sawit,”tutur Ronny.
Melihat minat itu, lanjut Ronny, pihak perusahaan mulai melakukan proses rekrutmen OAP secara lebih aktif.
Perusahaan kerap melakukan sosialisasi mengenai lapangan kerja hingga ‘jemput bola’ ke banyak distrik dan kampung.
Terlebih khusus ke Kabupaten Merauke dan Boven Digoel, lanjut Ronny, yang merupakan area kerja TSE Group.
Sedangkan terobosan lain dilakukan perusahaan, menurut Ronny, melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah, terutama kepala distrik yang rutin dilakukan.
Ronny mengatakan, melalui berbagai upaya ini, perusahaan berharap dapat memaksimalkan penyerapan tenaga kerja OAP sehingga jumlah pengangguran bisa terus berkurang.
"Hasil akhirnya, tingkat kesejahteraan masyarakat di kampung bisa membaik,"ungkapnya.
Sampai saat ini, Ronny mengatakan, putra-putri asli Papua sudah menduduki berbagai posisi strategis di TSE Group mulai dari kepala seksi, asisten manajer hingga manajer di lapangan maupun perkantoran.
Untuk memaksimalkan potensi penyerapan tenaga kerja, Ronny menuturkan, perusahaan memberikan banyak kemudahan. Salah satunya, tidak menyertakan ijazah sekolah sebagai syarat administrasi.
“Untuk di kampung, terpenting adalah mereka punya KTP dan Kartu Keluarga (KK),” katanya.
Kalaupun ada masyarakat yang tidak memiliki KTP dan KK, menurut Ronny, pihak perusahaan kembali memberikan keringanan tetap dapat melamar pekerjaan.
"Dan jika lolos, manajemen TSE Group akan membantu mengurus administrasinya dengan melibatkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil),"katanya.
Langkah ‘jemput bola’ ini diambil perusahaan, menurut Ronny, karena minimnya kemauan dari putra-putri daerah untuk bekerja di industri sawit.
Oleh karena itu, lanjutnya, perusahaan harus aktif menawarkan kesempatan kepada mereka untuk mendaftar.
"TSE Group juga kerap menggaet Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Papua untuk memperluas cakupan perekrutan ke angkatan kerja yang memiliki ijazah,"ujarnya.
Ronny mengakui, banyak tantangan yang dihadapi dalam menyerap tenaga kerja. Di antaranya, para pekerja OAP yang sudah menempuh pendidikan tinggi lebih memilih menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) ketika sudah bekerja di TSE Group selama satu sampai dua tahun.
"Tapi, tantangan itu tidak memudarkan semangat perusahaan untuk memaksimalkan pemberdayaan masyarakat asli orang Papua,"ungkapnya
Ronny menekankan, TSE Group tetap berkomitmen untuk memprioritaskan penyerapan tenaga kerja dari warga sekitar perusahaan.
Komitmen ini dilakukan TSE Group untuk ikut mendorong kesejahteraan masyarakat sekitar melalui penciptaan lapangan kerja.
Menurut data ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Papua per Agustus 2020 berada di level 4,28 persen.
Data ini merupakan angka terbaru yang dirilis BPS pada November 2020 lalu.
Tingkat pengangguran di Papua itu masih di bawah rata-rata nasional yang sebesar 7,07 persen.
Meski demikian, data ini menggambarkan bahwa potensi angkatan kerja masih belum banyak terserap sehingga membutuhkan perhatian khusus dari banyak pihak, termasuk pihak swasta seperti TSE Group.