Timika (ANTARA) - Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri Komisaris Jenderal Polisi Paulus Waterpauw menyebut upaya pencegahan penularan COVID-19 di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, harus dimulai dari tingkat yang paling bawah, dengan melibatkan perangkat desa atau kampung, kelurahan, para ketua RT dan lainnya.
"Pemkab Mimika perlu meningkatkan PPKM mikro dengan memberdayakan pos-pos awal di tingkat kelurahan dan desa. Libatkan semua unsur terkait, mulai dari babinkamtibmas, babinsa, para kepala desa dan lurah untuk bersama-sama melakukan testing, tracing dan treatment," kata Komjen Waterpauw di Timika, Kamis.
Hal itu dinilainya sangat penting mengingat kasus COVID-19 di Mimika terus meningkat, dengan jumlah kasus kematian yang juga meningkat drastis dalam kurun waktu lebih dari satu bulan terakhir.
Menurut dia, jika penanganan pencegahan penularan COVID-19 bisa dilakukan maksimal di lingkungan terkecil, yaitu rukun tetangga dan rukun warga serta desa dan kelurahan, maka bisa dipastikan penularan COVID-19 di Mimika bisa diputus atau dikendalikan.
"Kata kuncinya sebetulnya ada di pelaksanaan PPKM mikro itu. Kalau PPKM Level IV itu pembatasan aktivitas kegiatan masyarakat agar lebih banyak tinggal di rumah," ujar mantan Kapolda Papua itu.
Kepala Dinas Kesehatan Mimika Reynold Ubra menyebut penularan kasus COVID-19 di wilayah itu hingga kini masih terus berlangsung dengan cepat dengan jangkauan yang lebih luas.
"Sampai hari ini kasus masih terus naik. Untuk menurunkan kasus, sejak beberapa hari lalu kami melakukan tracing melibatkan tim terpadu, terdiri dari aparat TNI dan Polri, dan petugas puskesmas. Kami juga akan melibatkan staf distrik (kecamatan), kelurahan dan desa supaya kami melakukan tracing sama-sama dan memantau sama-sama," ujarnya.
Setelah menemukan orang terpapar COVID-19, melalui kegiatan tracing tersebut, maka langkah selanjutnya melakukan pemeriksaan cepat dengan usap hidung di rumah-rumah, dimana pasien isolasi mandiri tinggal bersama dengan kontak-kontak erat yang bersangkutan.
Dengan melihat percepatan penyebaran COVID-19 di Mimika akhir-akhir ini, dinkes setempat menyarankan agar warga benar-benar menaati protokol kesehatan, terutama soal penerapan 3M, yaitu mengurangi mobilitas dan kerumunan, menggunakan masker dan rajin mencuci tangan.
"Kondisi hari ini COVID-19 sudah tidak lagi memilih pejabat, kepala kantor, kepala dinas, kepala pasar, semua orang punya peluang yang sama tertular, bahkan lebih ganas dari pada malaria. Kami imbau warga masyarakat tidak usah mendengar berita-berita yang tidak benar terkait COVID-19, tidak usah terpengaruh dengan ajakan menolak vaksin," ujar Reynold.
Ia berharap warga Mimika harus belajar dari penularan kasus HIV-AIDS di Mimika yang demikian cepat dari tahun 1996 hingga 2004 yang telah membunuh banyak orang.
"Kita punya pengalaman dengan kasus HIV tahun 1996. Sampai tahun 2004 banyak tokoh yang menyampaikan kepada warganya bahwa HIV itu hanya penyakit untuk orang pendatang, penyakit pekerja seks. Namun kondisi hari ini kita bisa melihat berapa banyak penduduk asli yang terpapar HIV," ujarnya.
Hingga 3 Agustus 2021, total kumulatif kasus COVID-19 di wilayah itu sudah mencapai 8.781 orang, dengan tambahan 88 kasus baru.
Dari jumlah itu, pasien sembuh dari COVID-19 di Mimika berjumlah 7.553 orang atau 86 persen dari total kasus dan jumlah pasien meninggal dunia 139 orang atau 1,58 persen dari kumulatif kasus.