Jayapura (ANTARA) - Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduknya muslim, memiliki berbagai tradisi menjelang hingga akhir bulan Ramadhan. Tradisi-tradisi ini bisa ditemui di hampir semua penjuru Tanah Air, termasuk di Tanah Papua.
Seperti diketahui, di Tanah Papua yang sebelumnya hanya terdiri dari Provinsi Papua dan Papua Barat, kini memiliki empat Daerah Otonomi Baru (DOB) menyusul diresmikannya empat provinsi pemekaran.
DOB di Papua itu adalah Provinsi Papua Selatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2022, Provinsi Papua Tengah dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2022, dan Provinsi Papua Pegunungan melalui Undang-Undang Nomor 16 tahun 2022 . Menyusul kemudian, Provinsi Papua Barat Daya melalui UU Nomor 29 Tahun 2022 tentang Pembentukan Provinsi Papua Barat Daya.
Dengan demikian, kini ada enam provinsi di Tanah Papua yakni Provinsi Papua dengan Ibu Kota Jayapura, Papua Barat dengan Ibu Kota Manokwari, Papua Tengah dengan Ibu Kota Nabire, Papua Selatan dengan Ibu Kota Merauke, Papua Pegunungan dengan Ibu Kota Wamena dan Papua Barat Daya dengan Ibu Kota Sorong.
Papua memiliki khazanah budaya yang sangat beragam, karena masyarakatnya dari berbagai suku. Jumlah suku di Papua diperkirakan mencapai 255. Masing-masing mempunyai bahasa dan kebudayaan sendiri.
Suku-suku di Papua tersebut antara lain Ansus, Amungme, Asmat, Ayamaru, Bauzi, Biak, Dani, Empur, Iha,Komoro, Mee, Meyakh, Moskona, Nafri, Sentani, Souk, Waropen, Wamesa, Muyu, Tobati, Enggros, Korowai, Fuyu, Kayubatu, dan Kayupulo.
Menjelang bulan Ramadhan, ada tradisi umat Islam di Tanah Papua, khususnya di Ibu Kota Provinsi Papua, Kota Jayapura, yakni berziarah kubur. Setelah selesai membersihkan makam, masyarakat muslim di Bumi Cendrawasih berdoa untuk orang tua dan kerabat yang sudah meninggal. Kegiatan seperti ini juga biasa dilakukan pada akhir bulan Ramadhan atau saat Hari Raya Idul Fitri.
Sedangkan menjelang Hari Raya Idul Fitri, mereka biasa menggelar buka puasa bersama di masjid dalam rangka menjalin silaturahmi antarjamaah dan ada pula dilakukan di lingkungan pekerjaan maupun lingkungan sosial kemasyarakatan.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Jayapura Abdul Hafid Jusuf, mengatakan kegiatan yang sudah berlangsung bertahun-tahun itu bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antarumat dan antarmasyarakat di Kota Jayapura. Acara buka bersama biasa dihadiri umat muslim maupun non-muslim, sehingga mereka bisa merasakan suasana puasa Ramadhan bersama umat Islam.
Kebersamaan dan kekeluargaan tetap terjaga antarumat beragama di Kota Jayapura, Ibu Kota Provinsi Papua, tersebut. Harmonisasi masyarakat di daerah berjuluk 'Port Numbay' itu dikuatkan dengan berdirinya tugu Harmoni Award yang diresmikan Wakil Menteri Agama RI Zainut Tauhid Sa'adi pada 7 Maret 2023. Harmonisasi umat di Kota Jayapura diharapkan akan tetap terjaga dan terawat sampai kapanpun.
Pada akhir Ramadhan menjelang Hari Raya Idul Fitri pada 1 Syawal masyarakat muslim melaksanakan takbir keliling sambil membawa obor di Kota Jayapura. Pawai obor biasa dilakukan umat Islam di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura. "Untuk saat ini, pawai obor sepertinya tidak lagi dilaksanakan, tetapi digantikan dengan takbir di setiap masjid," kata Abdul Hafid Jusuf.
Bakar Batu
Selain berziarah kubur dan berbuka puasa bersama antarumat Islam dan antarumat beragama lainn, salah satu tradisi menjelang Idul Fitri di Papua adalah "bakar batu". Tradisi bakar batu ini rutin dilakukan umat Islam di Bumi Cenderawasih, terutama yang berasal dari Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan.
Tradisi bakar batu merupakan salah satu tradisi penting di Papua Pegunungan yang berupa ritual memasak bersama-sama warga satu kampung yang bertujuan untuk bersyukur, bersilaturahmi.
Pengurus Masjid Baiturrahim Jayapura, Papua, Ustaz Abdul Kahar Yelipelle, mengatakan tradisi bakar batu menjelang Idul Fitri 2023 ditiadakan karena untuk menghormati Ketua ikatan keluarga Distrik Walesi Jayawijaya, Papua Pegunungan, yang meninggal di Jayapura sebelum bulan puasa Ramadhan. Tradisi bakar batu dijadwalkan baru akan dilakukan setelah perayaan Idul Fitri pada April 2023.
Dia menjelaskan, terkait dengan kegiatan bakar batu, sebelum memasuki bulan puasa ikatan keluarga Distrik Walesi di Jayapura wajib memberikan iuran kepada panitia yang bertugas. Dalam ikatan keluarga Distrik Walesi, panitia yang bertugas mengumpulkan iuran dari setiap keluarga berganti. Jika pada saat Ramadhan hingga halal bihalal yang menjalankan iuran ialah dari umat Kristen, begitupun sebaliknya jika umat kristiani ada kegiatan maka umat Islam yang menarik iuran.
Dalam tradisi bakar batu semua keluarga baik dari Kristen maupun Islam yang berasal dari Jayawijaya yang berada di Kota Jayapura akan bersama-sama ikut dalam tradisi tersebut.
"Bagi umat Islam, bakar batu ini berisikan ratusan ekor ayam yang dibeli menggunakan iuran yang sudah dijalankan sebelum bulan puasa," katanya.
Tradisi umat Islam khususnya dari Provinsi Papua Tengah sering berbuka puasa bersama dilakukan pada pertengahan Ramadhan dan akhir Ramadhan, seperti dijalankan umat Islam di daerah lain. Selanjutnya, untuk pawai obor, tidak dilaksanakan, tapi hanya malam takbiran di Kota Jayapura.
Kendati demikian, selaku Ketua umum Masjid Raya Provinsi pihaknya mengimbau kepada seluruh takmir masjid di wilayah itu untuk tidak mengadakan takbiran melebihi pukul 22.00 WIT. Malam takbiran hanya dilakukan pukul 19.00 WIT hingga pukul 22.00 WIT. Tujuannya, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Untuk menjaga hubungan kerja sama dan toleransi antarumat beragama di Papua yang sangat luar biasa, pengurus Masjid Raya Papua mengajak seluruh masyarakat khususnya umat Islam, melakukan malam takbiran sesuai dengan jam yang telah ditentukan.
Dia juga berpesan kepada generasi muda Papua, khususnya umat Islam dari wilayah Pegunungan, agar melestarikan tradisi bakar batu menjelang Hari Raya Idul Fitri serta menghindari pergaulan bebas, mengonsumsi minuman keras dan narkoba.
Harmomis, saling menjaga, dan saling menghormati antarumat Muslim dan non-Muslim di Kota Jayapura, Papua, menjadikan suasana sejuk. Papua yang terdiri dari berbagai suku dan budaya, mampu menjaga keharmonisan di tengah pluralitasnya.