Jayapura (ANTARA) - Dinas kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah menyebut daerah ini endemik malaria karena merupakan kawasan yang memiliki curah hujan tinggi.
Kepala Dinkes Mimika Reynold Ubra di Timika, Jumat, mengatakan, daerah ini menjadi endemik malaria karena termasuk wilayah basah, disebabkan curah hujan yang cukup tinggi.
“Jadi dalam sehari Timika akan diguyur hujan, jika pagi tidak maka sore atau malam hari akan terjadi hujan dan itu sudah menjadi siklus yang terus berlangsung,” katanya.
Menurut Reynold, sejak Januari sampai April 2023 jumlah kasus malaria di daerah ini sebanyak 31.383, jika melihat data Kementerian Kesehatan RI per 2022 maka Mimika masuk pada urutan pertama dengan angka malaria tertinggi, yakni 77.379.
“Jadi dari data Kementerian Kesehatan RI 2022, diketahui Kabupaten Mimika masuk urutan pertama angka malaria tertinggi kemudian disusul Kota Jayapura 27.436 kasus; Kabupaten Jayapura 17.676; Yahukimo 12.099 dan Keerom 10.804,” ujarnya.
Dia menjelaskan, nyamuk malaria berkembang dengan cepat pada wilayah yang drainase atau saluran airnya menggenang.
“Wilayah Pasar Sentral dan Wania kasus malaria lebih tinggi juga termasuk di Bhintuka, hal ini terjadi karena saluran drainase yang sudah tergenang air kotor juga sampah,” katanya.
Dia menambahkan, untuk menekan angka malaria maka diharapkan kerja sama dari masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
“Dengan menjaga lingkungan bersih maka nyamuk juga tidak akan bersarang, jadi tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk harus dimusnahkan agar masyarakat sehat,” ujarnya.