Manokwari (ANTARA) - Otoritas Bandara wilayah IX berharap aktivitas penerbangan pesawat perintis di Provinsi Papua Barat tetap dibuka melayani angkutan udara selama masa pandemi Virus Corona.
Kepala Otoritas Bandara wilayah IX Agus Irianto di Manokwari, Rabu, mengutarakan bahwa pesawat perintis hanya melayani penerbangan di wilayah Papua Barat. Kehadiranya pun merupakan permintaan pemerintah daerah (pemda) setempat yang dibantu dengan program subsidi.
"Kalau ini tidak digunakan, kami khawatir pemerintah pusat akan ambil sehingga tidak ada lagi penerbangan antardaerah di sini. Untuk itu pertimbangan kami penerbangan perintis ini agar tetap berjalan," ucap Agus pada pertemuan bersama Gugus Tugas COVID-19 Provinsi Papua Barat tersebut.
Pada pertemuan yang dipimpin Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotani itu, ia berharap pemerintah provinsi (pemprov) memberikan pemahaman kepada kepala daerah di kabupaten. Saat ini tidak semua daerah di Papua Barat terbuka terhadap aktivitas penerbangan perintis.
"Sesuai surat edaran provinsi penerbangan perintis agar dibuka, tapi masih ada beberapa kabupaten belum membuka diri. Untuk itu kami mohon bantuan pemerintah provinsi," katanya lagi.
Ia mengutarakan bahwa aktivitas bandara di Papua Barat tetap terbuka sejak awal pendemi masuk. Ada maupun tidak ada penerbangan, pihaknya tetap membuka bandara.
Agus menambahkan beberapa waktu lalu di sejumlah daerah hanya ada pesawat perintis kargo yang beroperasi. Sedangkan perintis penumpang terkendala karena pembatasan yang dilakukan pemerintah daerah setempat.
"Untuk perintis pengangkut barang di Papua Barat tidak ada subsidi. Yang disubsidi hanya pesawat penumpang, maka kami mohon agar dipertimbangkan," ujarnya lagi.
Ia memastikan bahwa protokol kesehatan dapat diterapkan secara baik di setiap bandara. Surat kesehatan berupa hasil rapid test maupun real time Polymerase Chain Reaction (PCR) wajib bagi seluruh calon penumpang.
Pesawat perintis di Papua Barat sangat dibutuhkan untuk memperlancar aktivitas transportasi udara di daerah-daerah sulit seperti Pegunungan Arfak, Teluk Wondama, Maybrat, Fakfak, dan beberapa daerah lain.
Pandemi corona memberi dampak sangat signifikan terhadap aktivitas penerbangan di daerah tersebut. Penerbangan perintis umum pun hingga saat ini belum normal di Papua Barat.
Kepala Otoritas Bandara wilayah IX Agus Irianto di Manokwari, Rabu, mengutarakan bahwa pesawat perintis hanya melayani penerbangan di wilayah Papua Barat. Kehadiranya pun merupakan permintaan pemerintah daerah (pemda) setempat yang dibantu dengan program subsidi.
"Kalau ini tidak digunakan, kami khawatir pemerintah pusat akan ambil sehingga tidak ada lagi penerbangan antardaerah di sini. Untuk itu pertimbangan kami penerbangan perintis ini agar tetap berjalan," ucap Agus pada pertemuan bersama Gugus Tugas COVID-19 Provinsi Papua Barat tersebut.
Pada pertemuan yang dipimpin Wakil Gubernur Papua Barat Mohamad Lakotani itu, ia berharap pemerintah provinsi (pemprov) memberikan pemahaman kepada kepala daerah di kabupaten. Saat ini tidak semua daerah di Papua Barat terbuka terhadap aktivitas penerbangan perintis.
"Sesuai surat edaran provinsi penerbangan perintis agar dibuka, tapi masih ada beberapa kabupaten belum membuka diri. Untuk itu kami mohon bantuan pemerintah provinsi," katanya lagi.
Ia mengutarakan bahwa aktivitas bandara di Papua Barat tetap terbuka sejak awal pendemi masuk. Ada maupun tidak ada penerbangan, pihaknya tetap membuka bandara.
Agus menambahkan beberapa waktu lalu di sejumlah daerah hanya ada pesawat perintis kargo yang beroperasi. Sedangkan perintis penumpang terkendala karena pembatasan yang dilakukan pemerintah daerah setempat.
"Untuk perintis pengangkut barang di Papua Barat tidak ada subsidi. Yang disubsidi hanya pesawat penumpang, maka kami mohon agar dipertimbangkan," ujarnya lagi.
Ia memastikan bahwa protokol kesehatan dapat diterapkan secara baik di setiap bandara. Surat kesehatan berupa hasil rapid test maupun real time Polymerase Chain Reaction (PCR) wajib bagi seluruh calon penumpang.
Pesawat perintis di Papua Barat sangat dibutuhkan untuk memperlancar aktivitas transportasi udara di daerah-daerah sulit seperti Pegunungan Arfak, Teluk Wondama, Maybrat, Fakfak, dan beberapa daerah lain.
Pandemi corona memberi dampak sangat signifikan terhadap aktivitas penerbangan di daerah tersebut. Penerbangan perintis umum pun hingga saat ini belum normal di Papua Barat.