Timika (ANTARA) - Para pengusaha di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua mengharapkan Pemkab setempat perlu mengantisipasi sedini mungkin akan terjadinya gelombang ketiga pandemi COVID-19.
Manajer Hotel Grand Tembaga Timika Semuel Tandiyono di Timika, Jumat, mengatakan meskipun saat ini jumlah kasus COVID-19 di Mimika sudah menurun drastis, namun langkah-langkah antisipasi terhadap munculnya kembali gelombang ketiga COVID-19 harus mulai disiapkan.
"Setiap organisasi perangkat daerah sudah harus mulai merancang strategi apa yang harus mereka buat kalau terjadi lagi lonjakan kasus COVID-19 yang umumnya disebut sebagai gelombang ketiga. Di tingkat pusat baik kementerian maupun Satgas COVID-19 nasional sudah mulai mengantisipasi itu, lantas bagaimana kita di daerah," kata Semuel.
Dunia usaha di Mimika, katanya, siap mendukung kebijakan pemerintah yang akan menerapkan kembali Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level III di seluruh wilayah Indonesia saat akan memasuki liburan Natal dan Tahun Baru.
"Suka atau tidak suka, kalau memang itu kebijakan pemerintah untuk melindungi rakyat agar tidak lagi tertular COVID-19, maka tentu kita akan mendukung penuh. Namun di sisi lain pemerintah harus juga memikirkan bagaimana dampak dari kebijakan itu terhadap sendi-sendi perekonomian rakyat," ujar mantan staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Cenderawasih itu.
Sebagai pelaku usaha di bidang perhotelah, Semuel mengakui pandemi COVID-19 gelombang pertama dan kedua sejak Maret 2020 hingga awal September lalu sangat berdampak pada usaha perhotelan dan restoran di Mimika.
Belajar dari pengalaman itu, katanya, semua tempat usaha perlu membentuk semacam pokja COVID-19 untuk mengatur tata laksana pengelolaan usahanya dengan mengedepankan protokol kesehatan.
Tanpa dukungan dari seluruh pelaku usaha dan masyarakat, katanya, penularan COVID-19 akan terus terjadi, bahkan bisa memicu lonjakan kasus yang tidak terkendali hingga memicu meningkatnya kasus kematian warga.
"COVID-19 bukan hanya masalah lokal, regional dan nasional, tapi sudah menjadi masalah dunia. Sekarang kasusnya memang menurun jauh, itu karena hampir semua orang sekarang sudah divaksin, termasuk pelaku usaha perhotelan dan seluruh karyawan," ujar Semuel.
Menurut dia, pengalaman menghadapi gelombang pertama dan kedua pandemi COVID-19 sejak Maret 2020 hingga sekarang harus menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk bisa melakukan berbagai langkah antisipasi sejak awal.
"Saya rasa kita tidak boleh meremehkan COVID-19 karena pandemi ini sulit kita menebak akan berlangsung sampai kapan selesai. Negara-negara lain sekarang angka kasusnya mulai meningkat. Harusnya kita di Indonesia, terutama di Mimika sudah mulai antisipasi. Jangan menunggu sampai terjadi lonjakan kasus baru mencari solusi," ujarnya.
Semuel meyakini jajaran Dinkes Mimika sudah sangat siap menghadapi kemungkinan datangnya gelombang ketiga COVID-19 di wilayah itu, Hanya saja kesiapan serupa juga harus didukung oleh semua sektor yang lain agar tidak sampai memukul sektor perekonomian di wilayah Mimika.
Saat ini, katanya, sektor usaha perhotelan dan restoran maupun beragam usaha lainnya di Timika sudah kembali bergairah sejak Pemkab setempat mencabut larangan beroperasi hingga pukul 20.00 WIT sejak penyelenggaraan PON XX pada akhir September hingga pertengahan Oktober lalu.
"Perhotelan dan restoran di Timika sekarang lebih baik walaupun belum bisa pulih 100 persen, tapi berangsur-angsur membaik. Harapan kami kondisi ini terus dijaga dan dipelihara oleh semua pemangku kepentingan, terutama dengan menerapkan prokes yang ketat di semua lini usaha maupun semua fasilitas publik dan lainnya," kata Semuel.
Jajaran Pemkab Mimika melalui Satgas COVID-19 terus menyosialisasikan kepada warga tentang pentingnya penerapan protokol kesehatan yakni mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, hindari kerumunan serta menjaga jarak.
Manajer Hotel Grand Tembaga Timika Semuel Tandiyono di Timika, Jumat, mengatakan meskipun saat ini jumlah kasus COVID-19 di Mimika sudah menurun drastis, namun langkah-langkah antisipasi terhadap munculnya kembali gelombang ketiga COVID-19 harus mulai disiapkan.
"Setiap organisasi perangkat daerah sudah harus mulai merancang strategi apa yang harus mereka buat kalau terjadi lagi lonjakan kasus COVID-19 yang umumnya disebut sebagai gelombang ketiga. Di tingkat pusat baik kementerian maupun Satgas COVID-19 nasional sudah mulai mengantisipasi itu, lantas bagaimana kita di daerah," kata Semuel.
Dunia usaha di Mimika, katanya, siap mendukung kebijakan pemerintah yang akan menerapkan kembali Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level III di seluruh wilayah Indonesia saat akan memasuki liburan Natal dan Tahun Baru.
"Suka atau tidak suka, kalau memang itu kebijakan pemerintah untuk melindungi rakyat agar tidak lagi tertular COVID-19, maka tentu kita akan mendukung penuh. Namun di sisi lain pemerintah harus juga memikirkan bagaimana dampak dari kebijakan itu terhadap sendi-sendi perekonomian rakyat," ujar mantan staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Cenderawasih itu.
Sebagai pelaku usaha di bidang perhotelah, Semuel mengakui pandemi COVID-19 gelombang pertama dan kedua sejak Maret 2020 hingga awal September lalu sangat berdampak pada usaha perhotelan dan restoran di Mimika.
Belajar dari pengalaman itu, katanya, semua tempat usaha perlu membentuk semacam pokja COVID-19 untuk mengatur tata laksana pengelolaan usahanya dengan mengedepankan protokol kesehatan.
Tanpa dukungan dari seluruh pelaku usaha dan masyarakat, katanya, penularan COVID-19 akan terus terjadi, bahkan bisa memicu lonjakan kasus yang tidak terkendali hingga memicu meningkatnya kasus kematian warga.
"COVID-19 bukan hanya masalah lokal, regional dan nasional, tapi sudah menjadi masalah dunia. Sekarang kasusnya memang menurun jauh, itu karena hampir semua orang sekarang sudah divaksin, termasuk pelaku usaha perhotelan dan seluruh karyawan," ujar Semuel.
Menurut dia, pengalaman menghadapi gelombang pertama dan kedua pandemi COVID-19 sejak Maret 2020 hingga sekarang harus menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk bisa melakukan berbagai langkah antisipasi sejak awal.
"Saya rasa kita tidak boleh meremehkan COVID-19 karena pandemi ini sulit kita menebak akan berlangsung sampai kapan selesai. Negara-negara lain sekarang angka kasusnya mulai meningkat. Harusnya kita di Indonesia, terutama di Mimika sudah mulai antisipasi. Jangan menunggu sampai terjadi lonjakan kasus baru mencari solusi," ujarnya.
Semuel meyakini jajaran Dinkes Mimika sudah sangat siap menghadapi kemungkinan datangnya gelombang ketiga COVID-19 di wilayah itu, Hanya saja kesiapan serupa juga harus didukung oleh semua sektor yang lain agar tidak sampai memukul sektor perekonomian di wilayah Mimika.
Saat ini, katanya, sektor usaha perhotelan dan restoran maupun beragam usaha lainnya di Timika sudah kembali bergairah sejak Pemkab setempat mencabut larangan beroperasi hingga pukul 20.00 WIT sejak penyelenggaraan PON XX pada akhir September hingga pertengahan Oktober lalu.
"Perhotelan dan restoran di Timika sekarang lebih baik walaupun belum bisa pulih 100 persen, tapi berangsur-angsur membaik. Harapan kami kondisi ini terus dijaga dan dipelihara oleh semua pemangku kepentingan, terutama dengan menerapkan prokes yang ketat di semua lini usaha maupun semua fasilitas publik dan lainnya," kata Semuel.
Jajaran Pemkab Mimika melalui Satgas COVID-19 terus menyosialisasikan kepada warga tentang pentingnya penerapan protokol kesehatan yakni mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, hindari kerumunan serta menjaga jarak.