Simpang Empat, Sumbar (ANTARA) - Kepala Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati menegaskan informasi yang beredar mengenai akan muncul gempa susulan berkekuatan magnitudo 7,5 di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera adalah berita palsu atau hoaks.
"Saat ini tidak pernah kami informasikan aman ada gempa susulan sebesar itu. Tetapi potensi gempa patahan atau segmen angkola tertinggi magnitudo 7,5 sebagai mitigasi bencana," katanya dalam pernyataan yang diterima di Simpang Empat, Kabupaten Pasaman Barat, Ahad..
Sementara, katanya. gempa yang terjadi di Pasaman Barat belum dipastikan apakah segmen angkola, sianok, segmen semangko atau ada patahan baru.
"Saat ini kami masih melakukan pengkajian terhadap segmen mana gempa yang terjadi di Pasaman Barat ini," katanya.
Menurutnya gempa susulan terus terjadi namun makin lama makin melemah. Pihaknya tidak bisa memastikan kapan gempa terjadi tetapi hanya prediksi.
"Masyarakat perlu waspada namun jangan panik. Dari data kami gempa susulan tetap terjadi namun magnitudonya makin lemah," katanya.
Ia menegaskan masalah gempa saat ini sudah mereda dan yang perlu dikhawatirkan saat ini adalah masalah longsor.
"Yang perlu ditakutkan saat ini adalah longsoran di lereng Gunung Talamau karena material bisa menutupi aliran sungai yang ada," katanya.
Jika aliran sungai tertutup dan hujan terus terjadi. katanya. dikhawatirkan aliran sungai dengan material kaki Gunung Talamau itu bisa membuat aliran baru yang mengancam warga aliran air bukan.
"Longsoran itu bisa diikuti oleh banjir yang bisa menghantam permukiman warga," katanya.
Pihaknya menekankan perlunya pemetaan pemukiman di sekitar kaki Gunung Talamau agar untuk sementara warganya dipindahkan.
Untuk itu. kata Dwikorita Karnawati , pihak Balai Sungai, BPBD Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang perlu melakukan penyisiran untuk membersihkan tumpukan material di sungai yang ada.
Sementara itu Kepala Pusat Sesmologi Teknik Geofisika Potensial BMKG Rahmat Triyono menambahkan saat ini pihaknya terus melakukan survei kelapangan untuk memetakan kerusakan yang disebabkan gempa itu.
Kemudian pemetaan tanah untuk rencana relokasi jika memang nanti sangat membahayakan bagi warga.
"Diukur dulu betapa jarak bisa merelokasi warga. Bagi rumahnya yang retak jangan dihuni dahulu. Hasil survei lapangan nanti akan dipublikasikan," katanya.
Ia menegaskan isu tentang gempa susulan yang kuat tidak perlu dikhawatirkan lagi tetapi bahaya longsor yang perlu diwaspadai.
"Kita fokus sekmen atau patahan mana yang terjadi gempa Pasaman Barat ini dalam rangka mitigasi bencana," katanya.
Sementara itu Bupati Pasaman Barat Hamsuardi didampingi Wakil Bupati Risnawanto mengatakan data sementara sekitar 2.000 rumah rusak akibat gempa, lima orang meninggal dunia dan sekitar 10.500 orang mengungsi akibat gempa Jumat (25/2) .
"Saat ini tidak pernah kami informasikan aman ada gempa susulan sebesar itu. Tetapi potensi gempa patahan atau segmen angkola tertinggi magnitudo 7,5 sebagai mitigasi bencana," katanya dalam pernyataan yang diterima di Simpang Empat, Kabupaten Pasaman Barat, Ahad..
Sementara, katanya. gempa yang terjadi di Pasaman Barat belum dipastikan apakah segmen angkola, sianok, segmen semangko atau ada patahan baru.
"Saat ini kami masih melakukan pengkajian terhadap segmen mana gempa yang terjadi di Pasaman Barat ini," katanya.
Menurutnya gempa susulan terus terjadi namun makin lama makin melemah. Pihaknya tidak bisa memastikan kapan gempa terjadi tetapi hanya prediksi.
"Masyarakat perlu waspada namun jangan panik. Dari data kami gempa susulan tetap terjadi namun magnitudonya makin lemah," katanya.
Ia menegaskan masalah gempa saat ini sudah mereda dan yang perlu dikhawatirkan saat ini adalah masalah longsor.
"Yang perlu ditakutkan saat ini adalah longsoran di lereng Gunung Talamau karena material bisa menutupi aliran sungai yang ada," katanya.
Jika aliran sungai tertutup dan hujan terus terjadi. katanya. dikhawatirkan aliran sungai dengan material kaki Gunung Talamau itu bisa membuat aliran baru yang mengancam warga aliran air bukan.
"Longsoran itu bisa diikuti oleh banjir yang bisa menghantam permukiman warga," katanya.
Pihaknya menekankan perlunya pemetaan pemukiman di sekitar kaki Gunung Talamau agar untuk sementara warganya dipindahkan.
Untuk itu. kata Dwikorita Karnawati , pihak Balai Sungai, BPBD Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang perlu melakukan penyisiran untuk membersihkan tumpukan material di sungai yang ada.
Sementara itu Kepala Pusat Sesmologi Teknik Geofisika Potensial BMKG Rahmat Triyono menambahkan saat ini pihaknya terus melakukan survei kelapangan untuk memetakan kerusakan yang disebabkan gempa itu.
Kemudian pemetaan tanah untuk rencana relokasi jika memang nanti sangat membahayakan bagi warga.
"Diukur dulu betapa jarak bisa merelokasi warga. Bagi rumahnya yang retak jangan dihuni dahulu. Hasil survei lapangan nanti akan dipublikasikan," katanya.
Ia menegaskan isu tentang gempa susulan yang kuat tidak perlu dikhawatirkan lagi tetapi bahaya longsor yang perlu diwaspadai.
"Kita fokus sekmen atau patahan mana yang terjadi gempa Pasaman Barat ini dalam rangka mitigasi bencana," katanya.
Sementara itu Bupati Pasaman Barat Hamsuardi didampingi Wakil Bupati Risnawanto mengatakan data sementara sekitar 2.000 rumah rusak akibat gempa, lima orang meninggal dunia dan sekitar 10.500 orang mengungsi akibat gempa Jumat (25/2) .