Biak (ANTARA) - Para siswa dari 13 sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Supiori, Papua mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tahun pelajaran 2022/2023.
"Tujuan ANBK mendiagnosa kekurangan dan kelebihan sekolah untuk digunakan pada perencanaan program pendidikan," ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Supiori Rafles Ngilamele seusai membuka lokakarya literasi numeric di Biak, Rabu.
Rafles mengakui dua hari pelaksanaan ANBK di 13 SMP Kabupaten Supiori berjalan dengan aman dan lancar hingga selesai 21 September 2022.
Melalui ANBK, menurut Rafles, diharapkan terpetakan kondisi suatu sekolah yang bisa memberikan perlakuan pada komponen yang kurang, baik dari input, output, proses, sampai pada kemampuan guru dan lingkungan sekolah.
Rafles berharap dengan adanya pemetaan yang tepat bisa memberikan perlakuan khusus kepada sekolah tertentu.
"Ya misalnya di sekolah ketika kurang sarana pendukung belajar atau ternyata yang kurang proses pembelajaran dan di situ semua akan kelihatan melalui ANBK,"ujarnya.
Rafles menambahkan ANBK diperlukan untuk menilai efektivitas pembelajaran dan ketercapaian kurikulum pada satuan pendidikan.
Diakui Rafles, ANBK sendiri adalah sebuah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah dan kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah.
"Saya bersyukur 100 persen dari 13 SMP dapat melaksanakan ANBK hingga selesai,"ujar Kadisdikbud Supiori Rafles.
ANBK merupakan program penilaian terhadap mutu pendidikan di sekolah baik itu tingkat SD, MI, MTs, SMP dan tingkat selanjutnya. ANBK juga menilai kinerja dari sekolah dan guru.
"Tujuan ANBK mendiagnosa kekurangan dan kelebihan sekolah untuk digunakan pada perencanaan program pendidikan," ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Supiori Rafles Ngilamele seusai membuka lokakarya literasi numeric di Biak, Rabu.
Rafles mengakui dua hari pelaksanaan ANBK di 13 SMP Kabupaten Supiori berjalan dengan aman dan lancar hingga selesai 21 September 2022.
Melalui ANBK, menurut Rafles, diharapkan terpetakan kondisi suatu sekolah yang bisa memberikan perlakuan pada komponen yang kurang, baik dari input, output, proses, sampai pada kemampuan guru dan lingkungan sekolah.
Rafles berharap dengan adanya pemetaan yang tepat bisa memberikan perlakuan khusus kepada sekolah tertentu.
"Ya misalnya di sekolah ketika kurang sarana pendukung belajar atau ternyata yang kurang proses pembelajaran dan di situ semua akan kelihatan melalui ANBK,"ujarnya.
Rafles menambahkan ANBK diperlukan untuk menilai efektivitas pembelajaran dan ketercapaian kurikulum pada satuan pendidikan.
Diakui Rafles, ANBK sendiri adalah sebuah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah dan kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah.
"Saya bersyukur 100 persen dari 13 SMP dapat melaksanakan ANBK hingga selesai,"ujar Kadisdikbud Supiori Rafles.
ANBK merupakan program penilaian terhadap mutu pendidikan di sekolah baik itu tingkat SD, MI, MTs, SMP dan tingkat selanjutnya. ANBK juga menilai kinerja dari sekolah dan guru.