Sentani (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Jayapura meminta tengkulak tidak mainkan harga tomat di pasaran.
Harga tomat di pasaran saat ini berkisar Rp25.000-30.000 per kilogram, padahal kalau harga normal hanya Rp5.000-10.000 per kilogram.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Jayapura Suliono di Sentani, Selasa mengatakan tengkulak supaya dapat melihat kondisi masyarakat di daerah sehingga tidak memainkan harga sepihak sehingga harga tomat menjadi 'meroket'.
"Harga dari petani itu murah, tetapi sampai di pasar, dimainkan oleh tengkulak atau pemborong pertama dari petani sehingga harga menjadi naik," katanya.
Menurut Suliono, dengan kenaikan harga tomat maka akan meningkatkan inflasi di Kabupaten Jayapura.
"Inflasi di kabupaten Jayapura per Juni 2024 sebesar 2,18 persen dan tingkat inflasi month to month (m-to-m) Provinsi Papua 0,61 persen, dan ini disebabkan kenaikan harga tomat dan beberapa bahan pokok lainnya," ujarnya.
Dia menjelaskan pihaknya akan melakukan operasi pasar untuk dapat mengendalikan harga tomat sehingga tidak memicu inflasi yang lebih tinggi lagi.
"Kami akan berkoordinasi dengan beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) untuk melakukan operasi karena harga tomat dalam beberapa Minggu terakhir sangat tinggi," katanya.
Dia menambahkan pihaknya juga menyadari dalam beberapa waktu terakhir cuaca di Jayapura curah hujannya cukup tinggi dan mempengaruhi hasil panen tomat, cabai atau tanaman palawija lainnya.
"Kami berharap harga tomat kembali normal sehingga seluruh masyarakat khususnya pedagang lalapan, rumah makan tidak diberatkan dengan kenaikan tersebut dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Harga tomat di pasaran saat ini berkisar Rp25.000-30.000 per kilogram, padahal kalau harga normal hanya Rp5.000-10.000 per kilogram.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Jayapura Suliono di Sentani, Selasa mengatakan tengkulak supaya dapat melihat kondisi masyarakat di daerah sehingga tidak memainkan harga sepihak sehingga harga tomat menjadi 'meroket'.
"Harga dari petani itu murah, tetapi sampai di pasar, dimainkan oleh tengkulak atau pemborong pertama dari petani sehingga harga menjadi naik," katanya.
Menurut Suliono, dengan kenaikan harga tomat maka akan meningkatkan inflasi di Kabupaten Jayapura.
"Inflasi di kabupaten Jayapura per Juni 2024 sebesar 2,18 persen dan tingkat inflasi month to month (m-to-m) Provinsi Papua 0,61 persen, dan ini disebabkan kenaikan harga tomat dan beberapa bahan pokok lainnya," ujarnya.
Dia menjelaskan pihaknya akan melakukan operasi pasar untuk dapat mengendalikan harga tomat sehingga tidak memicu inflasi yang lebih tinggi lagi.
"Kami akan berkoordinasi dengan beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) untuk melakukan operasi karena harga tomat dalam beberapa Minggu terakhir sangat tinggi," katanya.
Dia menambahkan pihaknya juga menyadari dalam beberapa waktu terakhir cuaca di Jayapura curah hujannya cukup tinggi dan mempengaruhi hasil panen tomat, cabai atau tanaman palawija lainnya.
"Kami berharap harga tomat kembali normal sehingga seluruh masyarakat khususnya pedagang lalapan, rumah makan tidak diberatkan dengan kenaikan tersebut dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari," ujarnya.