Biak (ANTARA) - Kota Wamena, Ibukota Kabupaten Jayawijaya, Papua hingga kini masih menjadi tempat pemasaran utama daging babi dari peternak asal Biak, Kabupaten Biak Numfor.
“Kejadian kerusuhan di Wamena September lalu sempat mempengaruhi pemasaran daging babi ke daerah itu, tetapi hingga Desember 2019 permintaannya sudah mulai kembali normal,” kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Biak I Made Suaryadana dihubungi di Biak, Kamis.
Ia mengatakan, untuk memenuhi permintaan daging babi di Wamena mencapai tiga ton hingga lima ton setiap pekan hingga sekarang masih dapat dipenuhi oleh peternak mitra binaan Dinas Pertanian Tanaman Pangan sesuai permintaan.
Kadis Made mengakui peternak di Kabupaten Biak Numfor sampai saat ini masih memiliki stok hewan babi mencapai 3.000-an ekor sehingga masih dapat menjawab kebutuhan daging babi bagi warga di Wamena.
Menyinggung pengawasan penyakit ternak di Biak Numfor, menurut Made, sampai sekarang masih sangat ketat sebagai bukti komitmen pemerintah daerah melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan untuk senantiasa menjaga Biak masih aman dari berbagai penyakit ternak.
Setiap unggas hewan yang masuk ke wilayah Kabupaten Biak Numfor, menurut Made, harus dilengkapi surat karantina tentang kesehatan hewan dari daerah asal ternak bersangkutan.
“Ya jika pemasok ternak hewan atau pelaku usaha tidak dapat memperlihatkan surat keterangan kesehatan ternak maka langsung dilakukan penindakan sesuai aturan yang berlaku,” ungkap Kadistan Made Suaryadana.
Berdasarkan data peternak, harga daging babi berkisar Rp70 ribu hingga Rp85 ribu perkilogram sementara harga hewan babi dijual sangat bervariaasi sesuai dengan ukuran dan bobot babi dengan kisaran Rp3,5 juta hingga Rp6 jutaan/ekor.

Wamena masih jadi pasar utama daging babi dari peternak Biak


Tumpukan daging segar untuk kebutuhan pememuhan gizi warga. ANTARA/HO-Distan Biak
Kejadian kerusuhan di Wamena September lalu sempat mempengaruhi pemasaran daging babi ke daerah itu, tetapi hingga Desember 2019 permintaannya sudah mulai kembali normal